• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Membagi Waktu Membagi… Cinta

17 Maret 2010 38 Komentar

Hampir sebulan terakhir ini, ada delapan makhluk yang sedang mengalami krisis identitas di rumah setelah kelahiran Odilia, anak pertamaku. ?Mereka adalah ketujuh ikan cupangku (Broto, Parno, Bambang, Jarwo dan tiga lain yang belum kuberi nama) serta Simba, anjing kesayanganku.

Sindrom yang ditunjukkan di antaranya turunnya nafsu makan, kegelisahan yang meningkat (kalau Simba dengan cara meringik sedangkan ikan cupangku menunjukkannya dengan belingsatan menabrak-nabrak kaca akuarium) serta khusus untuk Simba adalah tatapannya yang nanar lengkap dengan ekor yang dijatuhkan tepat diselangkangannya ketika akan kami tinggal tidur ke atas setiap malam tiba.
Lantas kenapa itu semua bisa terjadi?
Tak lain dan tak bukan karena mereka semua merasa kehilangan segala kehangatan yang pernah didapatnya dariku dan istriku hingga sesaat sebelum Odi hadir…
Berikut adalah salah sedikit contoh dari apa yang ‘mereka dapat’ sebelum Odi dilahirkan:

  • Simba, terlebih selama istriku hamil, adalah teman tidur kami. Kami terbiasa membagi ranjang bertiga dengannya.
  • Ketika sedang menonton tv, Simba tak duduk di lantai layaknya anjing biasa, ia dibebaskan melompat dan nangkring di atas sofa bersama dengan kami.
  • Ketika makan, tak jarang kami menyuapinya langsung dari tangan terlebih kalau ia sedang tampak malas melahap, kami sodorkan butir demi butir makanan ke mulutnya.
  • Kami masih agak sedikit ragu dengan manjurnya ungkapan “Beri perhatian pada anjing kesayangan dengan mengelus-elus kepala dan perutnya”, kami lebih merasa optimal untuk menyayanginya dengan cara menciumnya, ya benar-benar mencium, menempelkan bibir kami padanya.
  • Ikan-ikan cupangku, meski mereka tak kami dudukkan di sofa (bagaimana bisa?), mereka bertengger mesra di atas almari pakaian kami di kamar hingga dua hari sesudah Odi pulang ke rumah, mereka kami pindahkan ke kamar mandi.
  • Tiga puluh menit menjelang tidur, dulu kami selalu meluangkan waktu untuk memberi makan dan sekadar bercengkrama dengan para ikan itu tadi.

Sekarang bagaimana? Ya, sejujurnya sekarang jelas berbeda keadaannya. Kami, aku dan istriku, tak bisa lagi memberikan perhatian seperti yang kutulis di atas. Sebagian besar waktu kami habiskan untuk mengurus si kecil Odilia.
Namun meski demikian, dengan segala apa yang ada sejujurnya, cinta kami kepada Simba dan ketujuh ikan cupang itu boleh dibilang tak menghablur sedikitpun! Secuilpun!
Halah, masa? Nggak percaya, coba kalian tanya pada istriku apakah cintanya berkurang pada Simba dan konco-konconya setelah Odi muncul di tengah kami? Dengan gusar, aku bisa membayangkan ia pasti akan menjawab , “Eh, nggak ya! Aku tetep cinta Simba!” Dan, tak kurang akupun juga akan seperti itu kalau ditanya …
Cinta, bagiku, adalah sesuatu yang tak bisa dinilai, ditakar dan didefinisikan akan tetapi kalau disuruh membayangkannya, aku lebih suka menggambarkan cinta sebagai gumpalan sesuatu yang besarnya seperti apa akupun tak tahu. Ia termasuk dalam aras uncountable (tak terhitung) namun justru dari situlah manusia lantas mencoba menghitung serta menakarnya sesuai dengan kemampuan dan keterbatasannya.
Kemampuan dan keterbatasan yang lantas dinamai akal budi itu lantas menggiring kita untuk menggunakan “waktu” sebagai variabel bantu penghitung cinta.Waktu adalah variabel yang bisa dihitung dan padanyalah bersandar pula daur seumur hidup kita, oleh karenanya tak heran kita lantas meletakkan cinta kepada waktu, cinta terhadap waktu.?Perpaduan keduanya menimbulkan ekuivalensi, sebuah persamaan yang sebenarnya tak sama benar seperti kutulis di bawah ini:
Ketika kamu bicara seberapa banyak waktumu untuk mencintai seseorang, orang lain lantas menterjemahkannya sebagai seberapa besar cintamu kepadanya berdasarkan berapa ribu detik yang kau habiskan dalam seminggu untuk bersamanya. Dan konsekuensinya, ketika kamu absen di depan hidungnya, ia yang sebenarnya tetap kau simpan cintanya dalam hatimu itu bisa meluap-luap marahnya hanya karena dalih “Nggak ada waktu.. nggak cinta!?!”
Sekarang persoalannya, salahkah kita menghitung dan menakar cinta?Jawabku adalah tak mengapa, asalkan kita tak semena-mena langsung mengidentikkan hasil penghitungan dan penakaran itu kepada cinta itu sendiri.
Therefore, kembali ke soal hubungan kami dengan para binatang piaraan yang kami begitu cintai,Kalau ukurannya adalah waktu, maka penghakiman tentang berkurangnya cinta kami pada mereka bisa diputuskan sebagai suatu yang benar, tapi kalau ukurannya adalah cinta itu sendiri, hakikatnya tidak akan pernah ada penghakiman karena tak ada hakim yang mampu menakar dan menghitung cinta sejak manusia tak ditakdirkan untuk dapat mendefinisikannya…

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan Ditag dengan:cinta, odilia, simba

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. Arham mengatakan

    17 Maret 2010 pada 4:15 am

    Cinta memang sudah sewajarnya tak bisa ditakar. cukup dirasa dan diterka.
    Ngomong2 soal hewan dan cinta. Jadi inget film Hachiko …

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 2:38 pm

      Hehehe apaan tuh Hachiko? Film jepang tentang anjing yang pahlawan itukah?

      Balas
  2. zee mengatakan

    17 Maret 2010 pada 5:24 am

    Wah kasihan Simba. Aku rasa dia memang merasa dilupakan, krn selama ini dialah “anak” satu2nya, dan kemudian muncul penghuni baru, ur baby. Byk org yg memang jd lupa sama anjingnya, tp mudah2an kalian berdua tdk begitu. Mgkn saat istrimu sibuk dgn ur baby, dirimulah yg main dgn Simba. Ah tapi dikau pasti tahulah bgmn menunjukkan cinta mati pada Simba. Sayangi Simba ya, jgn lupakan dia *aq teringat anjingku yg sudah dead dan rasanya jd sedih :(

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 2:42 pm

      Ya, pada akhirnya memang kami punya ‘dua’ anak :)
      Saat istriku sibuk dengan Odi, sesekali aku turun ke bawah dan main dengan Simba.
      Simba sangat kami sayangi… dan percayalah bahkan pemerintah pun turut campur seandainya ada warganya yang menelantarkan hewan piaraannya

      Balas
  3. joyce mengatakan

    17 Maret 2010 pada 7:02 am

    As far as i’m concerned, i have 9 babies… :)

    Balas
    • Dewa Bantal mengatakan

      17 Maret 2010 pada 7:12 am

      Eh ini Mrs. Verdian? Hiahahaha, salam!

      Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 2:45 pm

      Simba + 7 ikan + Odi.. lha aku??? :))
      10 dong…

      Balas
      • ignaz mengatakan

        19 Maret 2010 pada 12:32 pm

        kowe kuwi bapake Odi… bojone mbak Joice… mosok meh dadi bayi maneh …. jan kebangeten tenan … hahaha

        Balas
  4. Dewa Bantal mengatakan

    17 Maret 2010 pada 7:11 am

    Bayangkan misal si Simba itu bukan anjing peliharaanmu, melainkan anak mu pertama, dan Odilia anak kedua… ;-(
    Contohnya lagi, sibuk dengan pekerjaan sehingga habis waktunya untuk bersama2 dengan keluarga (umum banget terjadi).
    Cinta si ayah memang gak berubah (walau ada yang emang udah gak urusan lagi, yang penting setor duit)… tapi sayangnya, gak semua anak bisa menerima cinta semacam itu. Yang bisa menerimanya sekalipun pasti bakal jenuh dan meledak frustrasi kalo dicuekin mlulu hehehe.
    Kamu belajar menyisihkan waktu juga dong PAPAH. Kasian Simbaa!!! Bunuh diri ntar!!!

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 2:46 pm

      Hahahahahahhahaha…… Papah gedang!

      Balas
  5. wahyurez mengatakan

    17 Maret 2010 pada 10:24 am

    kasian si simba. pasti dia cemburu abis hahaha. andai dia bisa nulis surat atau ngomong, dia pasti udah ngomong tuh :D

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 2:47 pm

      Hehehehehe dia tak perlu ngomong untuk kami ketahui kecemburuannya, Mas…
      Sebenernya dia tidak cemburu karena dia juga tampak sayang ke Odi, cuma dia merasa tersisihkan… obyek yang ia kesali tetap kami bukannya Odi…

      Balas
  6. Bro Neo mengatakan

    17 Maret 2010 pada 4:02 pm

    ati-ati Don, jangan sampai ke”cemburaan” simba berakibat buruk pada odilia lho…
    sebaik baiknya Simba, tetep aja ASU

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 2:48 pm

      Kalimat berikutmu pasti: SENGSU! hahahaha

      Balas
      • ignaz mengatakan

        19 Maret 2010 pada 12:34 pm

        sengsu very muach….

        Balas
  7. fekhi mengatakan

    17 Maret 2010 pada 5:33 pm

    errrr bukannya ngajarin, hanya berbagi pendapat.
    bagaimana kalau simba dan ikannya diajar untuk mencintai odi juga hihihi…
    nanti pasti odinya juga lama2 cinta sama mereka. akhirnya semua saling cinta dehhh… gak ada yang dikesampingankan toh? iya toh??? :D

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 2:51 pm

      Ya, itu sudah kami pikirkan sejak Odi masih di dalam kandungan…
      Simba tampak tidak cemburu ke Odi kok… dia hanya merasa waktunya tercuri oleh sesuatu yang barangkali ia belum sadari hehehe….

      Balas
      • Tuti Nonka mengatakan

        1 April 2010 pada 11:50 am

        Apakah berbahaya kalau Simba diajak sekalian ketika mengurus Odi? Tentu saja kesehatan Simba harus selalu dikontrol ya (divaksin rutin atau apa gitu). Kasihan juga membayangkan kesepian hati Simba … :(

        Balas
  8. Riris E mengatakan

    17 Maret 2010 pada 8:20 pm

    setuju dengan pendapat Femi (kok malah ngomentari komentator!) ajari Simba dan para Cupang itu untuk mencintai Odi, supaya tidak terjadi efek buruk seperti yg dibilang Bro!
    Kamu bilangin aja Simba dan para Cupang,”Hey, aku tetap mencintai kalian; jadi jangan kuatir ya! Walaupun bentuk cintaku berbeda, namun volumenya tetap sama !”
    Hihihii

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 2:52 pm

      Itu selalu kukatakan hehehe
      Kamu bole sependapat dengan komentator kok… justru kalian itu yang memperkaya kontenku melalui komentar2 kalian

      Balas
  9. Susan Noerina mengatakan

    18 Maret 2010 pada 11:09 am

    kalo gw seh Mas ga pernah menakar cinta dari berapa banyak waktu yang dihabiskan bersama, tapi kualitas menghabiskan waktu bersama. Soalnya laki dinas luar mulu, pulang weekend. Jadi kalo mo nuntut untuk bisa bareng2 mulu yah susah.

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 2:55 pm

      Hahahahahaha…
      long distance relationship memang pengecualian, Mbak :)
      Saya dulu juga seperti Anda…

      Balas
  10. zulhaq mengatakan

    18 Maret 2010 pada 12:20 pm

    Cinta itu tanpa batas. Jadi tak ada yang mampu mengukurna memang. Karena cinta mampu merubah apapun

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 2:56 pm

      Makasih, Mas Zia… udah meluangkan waktu untuk nge test web ini.
      Salam untuk Sumbawa!

      Balas
  11. ikkyu_san mengatakan

    18 Maret 2010 pada 12:29 pm

    kalo hidup di jepang
    ngga bisa menakar cinta dengan waktu
    wong jarak Tokyo-Osaka yang bisa berjam-jam naik kereta biasa aja cuma 3 jam kalau naik shinkansen hihihi….
    Aku ngga usah menambahkan komentar bagus-bagus di atas… cuma aku mau tambahin: cepet aja bikin Justice Timbelake dan akan lebih KACAU lagi jadwal kamian semua bercinta hahahha…..
    EM

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 3:00 pm

      Hahahahah kamu baca juga ya guyonanku di FB.. Justice timberlake.. ide spontan tuh hehehe

      Balas
      • Chandra mengatakan

        19 Maret 2010 pada 12:15 pm

        Hihi sekalian juga bikin Justine Tinkerbell…wkwkwk…
        Btw, sms gue bales duong…

        Balas
  12. Ceritaeka mengatakan

    18 Maret 2010 pada 1:07 pm

    Cinta itu soal rasa bung! ;)
    Eeeeh potone Simba endi?

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      18 Maret 2010 pada 3:05 pm

      Soal rasa? Apa? Pandan? Hahahaha
      Fotone simba ngga kupasang takut kalian lebih kepincut padanya hahaha

      Balas
      • Ceritaeka mengatakan

        22 Maret 2010 pada 2:21 pm

        Aku request potone Simbaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa :D

        Balas
  13. edratna mengatakan

    19 Maret 2010 pada 12:26 am

    Dan bisa aja nanti Donny merasa kehilangan cinta (atau agak cemburu) …jika selagi lucu2nya (atau sekarang udah ya)..Odi lebih memilih menempel pada mamanya…

    Balas
  14. am-ply jimbo mengatakan

    19 Maret 2010 pada 1:30 am

    aduh…..
    cinta ituh berbagai macam ya…
    buat hewan pun ada…hehehehe
    emank susah buat berbagi cinta ituh…hehehe
    salam kenal iia

    Balas
  15. hanif IM mengatakan

    19 Maret 2010 pada 4:34 pm

    saya gak pernah punya peliharaan sih. hehe, ikan itu pun saya lalai terus di makan kucing. haduh…

    Balas
  16. deady mengatakan

    19 Maret 2010 pada 7:22 pm

    errr
    jadi apakah Simba ituh?

    Balas
  17. Ria mengatakan

    24 Maret 2010 pada 1:09 pm

    aku percaya kok mas…bahwa cinta itu gak akan habis dibagi2 dengan orang2 tersayang dan hewan kesayangan kita atau bahkan dengan orang-orang disekeliling yang membutuhkan cinta seperti anak2 di panti atau anak2 jalanan.
    pesenku cuman satu harus adil2 ya :D

    Balas
  18. mami odi mengatakan

    25 Maret 2010 pada 2:21 pm

    jujur aku ketawa liat nama anak mu krn 10 thn yg lalu aku sdh merancang nama nt anak aku kalau laki Odi kalau perempuan Odilia krn yg keluar laki jadilah dia Odi btw karena Tuhan tau kali yah Odilia milik orang lain.GBU

    Balas
  19. blontankpoer mengatakan

    22 Juni 2011 pada 7:46 am

    Paklik, jika tiga belum dikasih nama, saya usul masing-masing dinamai dengan awalan huruf S, B dan Y. itu perlu dijadikan monumen… LOL

    Balas
    • DV mengatakan

      23 Juni 2011 pada 10:41 pm

      Susi, Bimbi dan Yuli ? Demikian, Lik?:)

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT