Melibatkan Allah dalam karya dan keputusan hidup

14 Jan 2019 | Kabar Baik

Maria dan saudara-saudaraNya datang mencari Yesus, tapi ketika diberi tahu bahwa mereka datang, Yesus malah bilang, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (lih Lukas 8:21)

Yesus bukannya tidak berlaku hormat pada Maria dan saudara-saudaraNya, Ia justru sedang menunjukkan kepada kita bahwa bukan berarti kalau kita itu bukan ibuNya dan bukan saudara-saudaraNya maka kita tak berhak untuk dekat denganNya. Bagi Yesus tak ada kolusi! Selama kita mendengarkan firman Allah dan melakukannya, kita ini adalah ibu dan saudara-saudaraNya.

Kian hari rasa-rasanya kian banyak kawan serta kenalan yang dipanggil Tuhan. Kadang aku heran, apa aku salah memilih kawan atau karena banyaknya kawanku yang lantas memberi kesan itu.

Dan setiap mendengar berita duka, aku bawaannya jadi gusar. Istriku, Joyce, pun sampai beberapa kali menegur karena kegusaranku berimbas pada fokus kerja dan keluarga. Bawaanku loyo, uring-uringan dan sering melamun.

Lalu kenapa sih aku jadi begitu?

Pertama, sedih karena kehilangan teman. Rasanya seperti pemandangan di ruang tunggu dokter. Awalnya ramai, banyak orang datang, kita saling berkenalan dan beradu cerita lalu satu per satu dipanggil masuk ke ruang dokter hingga keadaan kian sepi dan kesendirian itu mengerikan!

Kedua, grogi karena semakin lama, kemungkinan untuk ?dipanggil? kian besar karena demikianlah hukum alam, bukan? Kita menua dan akhirnya mati juga.

Tapi yang ketiga adalah hal yang sebenarnya menjadi sumber terbesar kegusaranku itu. Setiap kali ada berita kematian, aku seperti diingatkan bukan tentang seberapa dekat waktu yang tersisa sebelum maut menjemput tapi seberapa jauh kita telah melibatkan Allah dalam keputusan-keputusan hidup yang kita ambil!

Melibatkan Allah dalam pengambilan keputusan menjadi amat penting sebagai wujud bahwa kita telah mendengarkan dan melakukan firman Allah. Mendengarkan itu mudah! Pergi ke Gereja, pergi ke retret atau berguru pada sosok yang mengenal hukum-hukum Kasih, kita telah mendengarkan firmanNya. Tapi melakukan adalah lepas dari ketergantungan kita pada agama dan orang lain, kitalah yang harus memulai dalam hidup kita masing-masing!

Mulai dari bangun tidur mau ngapain, bagaimana bersikap dengan kawan kerja, hingga hal-hal berat seperti menentukan pasangan hidup, kita libatkan Tuhan! Hanya dengan begitu maka Tuhan dan aturan-aturan kasihNya itu teraktualisasi dan tidak berhenti di ruang-ruang ibadah saja.

Sehingga ketika nanti kita dipanggil, kapanpun itu, kekatolikan tak hanya menempel dalam identitas atau pada nisan yang berbentuk salib saja! Kekatolikan muncul dalam karya-karya kita selama hidup yang telah kita putuskan karena di sana firman Allah tergambar nyata dan kita pun layak untuk disebut sebagai ibu dan saudara-saudaraNya.

Sydney, 14 Januari 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.