Sebulan ini aku belajar untuk diatur dan diarahkan orang lain.
Bagi kalian yang tahu dan kenal aku sejak lama, dua hal ini barangkali adalah yang paling berat bahkan untuk dibayangkan bisa aku lakukan.

Teman lamaku, Viktor, dulu sampai pernah bilang gini, “Mas Don, kamu tuh megaloman banget! AKU-nya gede!”
Lalu aku pura-pura kaget sambil pegang selangkangan, “ANUKU masih sama tuh, Tor”
Hahaha!
Tapi bener sih, ego-ku gede banget dan ada sosok megaloman hidup di dalamku.
Aku orang yang nggak mau diatur, maunya ngatur. Aku orang yang nggak mau diarahkan maunya menyuruh yang dalam bahasa halusnya mengarahkan.
Sialnya, eh beruntungnya maksudku, aku punya kapasitas untuk itu; mengatur dan mengarahkan. Aturan dan arahanku kebanyakan baik. Dan semakin banyak orang mengapresiasi, semakin aku yakin dan percaya bahwa aku memang bukan follower, aku leader!
Maka memberikan hati dan pikiran, waktu serta tenaga untuk diatur dan diarahkan orang lain saat orang-orang lain bilang, “Buat apa? Kan kamu udah keren!” adalah sebuah ke-wow-an tersendiri bagiku.
Karena ini soal pengorbanan dan penyangkalan diri. Mengorbankan ego dan menyangkal pencapaian yang sudah kuraih untuk diam dan manut pada apa kata orang.
Adalah Ignasius Bowo Sarjito.
Pria Jambi, adik kelas di SMA, kukenal sejak beberapa tahun lalu. Selama ini ia banyak membantuku untuk mengerjakan lagu-laguku. Ia lebih sering kuberi arahan dan ia menurutinya.
Tapi sebulan lalu, Bowo memintaku untuk menyanyikan lagu yang menurutnya adalah yang terbaik yang pernah diciptakannya, Cinta Tak Kasat Mata. Lagu ini diciptakan sejak awal milenium, 2002. Ujarnya, lagu ini sudah mengalami empat kali perubahan aransemen dan melewati percobaan berkali-kali untuk menemukan vokalis yang tepat dan entah kenapa dia merasa akulah dia! Tentu aku merasa tersanjung meski aku tahu ketika aku memutuskan untuk menerima pinangan itu aku akan lebih banyak diatur dan diarahkan.
Dan benar saja, tidak mudah hahaha!
Bowo bahkan memberikan arahan hingga ke hal-hal detail tentang tarikan nafas dan cengkok ini dan itunya. Aku sampai harus take vokal beberapa kali dan aku menurut saja. Nyaman? Enggak lah! Tapi kutelan rasa itu namanya juga belajar!
Bersama Nara Koe pun demikian. Nara teman baruku.
Seorang musisi asal Jogja yang berdomisili di Jakarta. Nara menawariku untuk bernyanyi bersama dalam proyek lagunya. Tawaran berlanjut ketika ia mengirim demo lagu Rengkuh. Sebenarnya ‘harga tawarku’ agak lebih tinggi ketika diajak bekerja sama oleh orang yang belum terlalu kukenal apalagi aku tahu akan cenderung diarahkan.
Tapi mendengarkan Rengkuh, hatiku luluh.
Lagu ini seolah diciptakan Nara untukku karena sangat cocok dengan lekuk-cengkok suaraku. (Dan ternyata Nara memang sudah mempelajari suaraku dari lagu-laguku sebelumnya dan memilihkan Rengkuh untukku). Tapi sama dengan proyek Cinta Tak Kasat Mata-nya Bowo, aku nurut pada Nara. Pokoknya aku nyanyi, take vocal, beres!
Hasilnya?
Cinta Tak Kasat Mata jadi salah satu lagu yang paling kusuka dalam proses pengerjaan dan hasil poroduksinya. Kalian sudah bisa menikmatinya di semua digital music platform. Tapi untuk versi gratisannya, bisa kalian check di sini:
Rengkuh, duh masih rahasia tunggu aja Jumat ini, 24 Juni 2022. Tapi keseruan prosesnya kuceritakan gamblang di behind the schene video di sini:
Tapi apapun itu, hasil yang paling kusyukuri adalah diriku betapa proses belajar ini menjadikan diriku semakin lengkap. Aku tak hanya bisa mengatur dan mengarahkan, aku kini bisa diatur dan diarahkan tergantung ‘wani piro’ hahahaha. Dan Bowo juga Nara adalah sarana untuk mencapai kelengkapan itu.
0 Komentar