Matane dan Matamu

17 Feb 2009 | Cetusan

Apa yang menarik dari mata?

Waktu kukecil dulu, aku suka seram kalau Mama sudah membelalakkan mata ke arahku.
Ketika kami sedang bertamu ke rumah orang lantas aku tak bisa berhenti makan kudapan yang dihidangkan tuan rumah, matanya bisa jadi memerah dan seperti hendak keluar meski bibir tetap tersenyum ke arah tamu.
Matanya adalah isyarat. Isyarat supaya aku berhenti memamah biak atau jika tetap nekat, sekeluarnya dari situ, telingaku akan memerah karena dijewer lalu ditariknya ke atas tinggi-tinggi.

Waktu kuberanjak remaja dulu, setengah mati aku belajar mengedipkan sebelah mata.
Kawan dekatku dulu bilang “Kedipkanlah mata pada gadis yang kau suka!”
Maka akupun belajar melakukannya meski kadang gagal karena aku tak bisa mengedip hanya salah satu melainkan keduanya.
Sehingga, alih-alih mendapatkan balasan perhatian, yang ada justru ketika aku kedipkan mata bersama-sama, sekejap kemudian, gadis sasaranku itu telah hilang entah kemana.

Kita menangkap isyarat lewat mata.
Ini tentu hal yang sangat luar biasa kalau kita mau sadari dan resapkan.
Bayangkan, mata itu kan harusnya kita gunakan untuk menangkap “isyarat” warna, bentuk dan kelengkapan obyek lainnya yang ada di depan kita, tapi siapa nyana bahwa mata bisa juga aktif mengeluarkan isyarat.
Seperti halnya mata Mamaku yang membelalak kuceritakan di atas, ia mengisyaratkan amarah.
Atau mata-mata yang terkedip sebelah di depan gadis yang kutaksir, ia mengisyaratkan suka, mungkin birahi meski barangkali jauh dari cinta.

Lantas bagaimana hidup tanpa mata?
Masihkah isyarat bisa terkirimkan meski tidak melaluinya?
Belajarlah pada Stevie Wonder serta Ray Charles! Dua orang divo yang tetap berkibar meski tak dianugerahi mata yang berfungsi normal seperti halnya kita. Mereka bisa menangkap isyarat, menuangkannya dalam lagu, dan melemparkannya kembali pada kita isyarat itu bukan dari mata tapi dari suara yang merdu.

At First SightAtau coba tonton film At First Sight (1999). Bahwa cinta pun bisa diisyaratkan tidak melalui mata, adalah pesan yang dibawakannya. Seorang Virgil Adamson (diperankan oleh Val Kilmer) yang buta itu bisa jatuh cinta kepada Amy Benic (Mira Sorvino) dan sebaliknya, meski tak bisa menangkap isyarat dari mata si Virgil, Amy yang arsitek itupun bisa jatuh cinta dan merasai adanya gelora cinta dari si Virgil.

Si Buta dari Gua HantuBelum lagi cerita si Barda Mandrawata dari pelosok Banten sana.
Akibat dendamnya kepada Si Mata Malaekat yang telah mengobrak-abrik kampung serta membunuh ayahnya, Barda kemudian memutuskan untuk menyepi, mempelajari ilmu silat dan berkaca pada musuhnya, ia memutuskan untuk menancapkan golok pada kedua bola matanya dan jadilah ia Si Buta dari Gua Hantu yang secara hebat pernah diceritakan oleh Ganesh Th yang kesohor itu.
Bagi Barda, kebutaan yang ia alami justru bisa digunakan untuk “memandang” dunia dari balik kegelapan untuk mendapatkan “terang” dari apa yang bukan berasal dari mata, yaitu nurani.

Orang bilang mata adalah jendela dunia, penghantar sekaligus penangkap isyarat yang ada di sekitar kita.
Tapi pengecualian patut kita berikan pada sosok seperti Virgil, Barda, Stevie Wonder, Ray Charles atau bahkan Ramona Purba sekalipun. Mereka semua adalah orang-orang yang barangkali harus hadir tanpa mata, tapi pada prakteknya tetap memiliki “mata” dan justru terkadang mereka lebih “bermata” ketimbang kita yang memiliki mata.

Adapun “matamu!” itu lain lagi.
Ia adalah sejenis pisuhan, ungkapan makian, khas Jogja dan sekitarnya yang sangat patut kita ucapkan pada mereka yang meski bermata tapi terkadang tampak seperti orang yang tak menggunakan anugerah mata untuk hal-hal yang dilakukannya.
Pada kenyataannya, seperti halnya mata itu sendiri, ungkapan “matamu!” mengalami perluasan arti.
Orang yang berniat menggembosi sepeda pak guru, kita maki saja “matamu!” karena ia tak memakai “mata hatinya” dengan mencelakai orang yang berjasa memberi ilmu.
Orang yang berniat pergi ke rumah bordil padahal sedang tanggal tua, kita maki saja “matamu!” karena ia tak memakai “mata hatinya” dengan hidup berboros membeli “daging” tidak pada waktunya.

Seperti halnya seorang kurus ceking berambut hitam dan bermata kurang lebih sama sipitnya denganku yang tadi pagi harusnya mengantri di belakangku untuk masuk ke dalam bis dan tiba-tiba nyelonong mendahuluiku, kepadanya kubilang “matane!!!!” meski… ya meski ia tak tahu sama sekali apa arti ucapanku, tapi mataku, ya mataku, dengan terbelalaknya ke arahnya, mengisyaratkan bahwa ia benar-benar seperti orang yang tak punya mata dan main tabrak saja!

Oh ya, “matane!” itu sama dengan “matamu!”

Sumber foto dari sini dan
sini

Sebarluaskan!

36 Komentar

  1. Hihihihih……gue ngebayangin pas dirimu melotot dan teriak “matane” itu ke orang itu boss ..wakakakka..keknya lucu deh …
    Makanya..jagalah matamu…heheh..
    Gue suka tulisan ini…tetep gaya seorang DV ..cuma belakangnya memaki dengan gaya lucu…lo aslinya lucu apa galak si Don???

    Balas
  2. huahaha…
    untung dia gak ngerti yah…
    :-)

    Balas
    • Dia ngerti, lewat tatapn mataku :)

      Balas
  3. slononger ya… jitak aja pak… he..he..
    nek gak ngerti matane… omonge dnjacuk ae pak… wkakaka

    Balas
    • Oh, ngono yo Cuk :)

      Balas
  4. O,iya….DAGADU itu kalau dibalik, artinya matamu….dari aksara dalam bahasa Jawa (lupa Don urutannya).
    Hmm tulisan menarik, zaman dulu orangtua menegur melalui lirikan mata, lambaian dan remasan tangan. Donny bersyukur mengalami hal itu, kalau kulakukan itu pada anakku, dia akan ganti tanya..”Maksud ibu apa sih?” Tapi ada bahasa lain, yaitu bahasa hati, yang selama ini kuterapkan dalam menghadapi anak-anakku, yang sulit untuk diucapkan. Dan ternyata bahasa hati, mengerahkan melalui pikiran ini lebih mencapai sasaran, terutama jika dilakukan pada saat sang anak sedang tidur.
    Jadi mungkin juga mirip ini (komunikasi meralui rabaan, atau melalui hati)…yang dilakukan antara orang yang matanya tidak normal.
    Udah lama ga mendengar makian “matamu”

    Balas
    • Hahahaha, DAGADU itu MATAMU :)
      Saya juga udah jarang memaki “matamu” kecuali ya kemarin itu :)

      Balas
  5. Hahahhahahahahahaha…
    Kirain lo mo posting apaan..don..don!

    Balas
  6. saya koq jadi inget lagu “love is blind”

    Balas
    • Love is Blind itu kan Cinta Buta ya?
      Lagunya Koes Plus dong!
      Cinta buta,
      buta mata dan telinga :)

      Balas
  7. hahaa betul juga mas pisuhan sekaligus cerita asal mendasar kenapa misuh ,dengan MATAMU itu .
    di paparkan kisah si barda juga memberikan contoh kalao mata hati kadang lebih tajam dari mataku
    eh kalo di autralia ngumpat pake bahasa enggres piye mas
    nek matamu = your eye
    ndasmu = your head hahahaha keren kali yoh hahaha

    Balas
    • lha nek manukmu dadi = your bird ?!? Hahaha!

      Balas
  8. salam kenal, numpang promote yah
    alow teman-teman blogger

    Balas
  9. emang mata mami kamu seram yah….

    Balas
    • Seram? Arung seram, pho :)

      Balas
  10. nang jogja ga ono JANCOK yo … xixixi

    Balas
    • Ono, Cuk :)

      Balas
  11. Wah, dalem banget isi postinganmu.
    *membayangkan reaksi orang itu kalau ngerti maksudmu*

    Balas
    • Tau! Ia tahu dari tatapan mataku bukan dari ungkapan “matane” :)

      Balas
  12. saya sering berseloroh kalau ada teman yg kesulitan nyari barangnya dg kalimat begini: “nyari tu pake mata, jangan pake idung!”
    mata bisa melihat apa yg tampak, tapi matabatin lebih bisa melihat apa yg tak tampak… :)

    Balas
    • Mata batin bisa kelilipan juga ngga ya :)

      Balas
  13. Nice post, Bro. All that long story for a simple ending: MATANE…!!! Salam kenal mas Donny

    Balas
    • Thanks! Salam kenal juga :)

      Balas
  14. tulisanmu iki menambah keyakinanku nek kowe iso ngganteni Ringgo utk main di Jagad X Code. hehehe. pisuhan yg khas! hahaha…

    Balas
    • Ringgo yang Agus Rahman itu? Ah lewat dah!

      Balas
  15. makasih atas kunjungan baliknya…..
    makasih atas komennya….
    moga kamu salah satu orang yang mau memberantas para koruptor…

    Balas
    • Benar! Mari kita berantas mirasantika!

      Balas
  16. setuju mas. kalau melihat orang tidak memanfaatkan matanya dengan baik, itu seperti tidak melakukan segala sesuatu dengan hati.
    ora wholeheartedly, kalo kata temen walondoku. karena kata dia, hati kita selalu menyuarakan kebaikan kok. cuman, suka ndak sinkron aja sama indera kita.

    Balas
    • Setubuh!

      Balas
  17. lho kok ngga di translate aja mas,
    jadi eyesyou!(=asu!) hehehe

    Balas
  18. Hahaha…
    Kreatif sekali maz ini.
    Koq ya bisa lho, mata dijadikan sebuah cerita yang menari sperti ini. Ckckck

    Balas
    • sengsu! eh tengkyu!

      Balas
  19. di tegal, kalo tdk salah, ada desa bernama matamu juga lho :D. btw salam kenal …

    Balas
    • Oh ya, wah info menarik tuh!
      Makasih :)
      Salam kenal juga

      Balas
  20. Asemik!

    Balas
    • Asemik kuwi kancane Arsenik :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.