Masih relevankah untuk menaruh harapan kepadaNya?

26 Jul 2018 | Kabar Baik

Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” (lih. Mat 12:21)

Masihkah relevan ketika kita membaca penggalan ayat dalam Kabar Baik yang ditulis Matius di atas? Ini abad ke-21, kenapa tak berharap pada ilmu pengetahuan dan teknologi? Kenapa tak berharap pada Elon Musk, Bill Gates, Mark Zuckerberg atau.. Google? Bukankah mereka lebih layak dijadikan harapan?

Bagiku, selama-lamanya hidup, harapan yang paling layak untuk jadi tempat gantungan hanyalah Yesus! Semua tergantung bagaimana cara kita memandang.

Berharap pada Yesus bukan berarti kita berdoa terus-menerus kepadaNya dan melupakan usaha serta diam saja. Berharap padaNya adalah bagaimana kita berlaku aktif menggunakan ajaran-ajaranNya sebagai pedoman hidup dalam berkarya dan berusaha.

Bagaimana prakteknya? Ini versiku.

#1 Fokus pada tujuan

Orang yang berharap pada Yesus adalah orang yang fokus pada tujuan karena Yesus juga mengajarkan dan melakukan hal yang sama. Dalam pengembaraanNya di dunia, Yesus fokus pada tujuan yaitu menjalankan misi karya keselamatan yang dikehendaki BapaNya.

Padahal jika mau, Ia bisa jadi raja dunia tapi Ia menyangkal bahkan terhadap diriNya sendiri, rela disalib hingga mati lalu bangkit.

Ketika kita menghadapi satu masalah, untuk fokus pada tujuan adalah dengan jalan setia mencari jalan keluar yang terbaik. Jangan malah menganggap masalah tidak ada?

#2 Berjuang hingga akhir

Pernahkah kamu diberitahu seseorang, ?Jangan kerja terlalu keras, ingat Tuhan!? Bagaimana sikapmu terhadap hal seperti itu?

Sebagai orang yang berharap pada Yesus, kita tak boleh menolaknya tapi juga tak menerima begitu saja. Orang yang berharap pada Tuhan tak menempatkan Tuhan jauh-jauh darinya. Dengan kata lain, apa perlunya berhenti untuk bekerja keras kalau dalam setiap tetesan keringat saat bekerja kita selalu mengingatNya?

Justru dengan terus mengingatNya kita juga sekaligus mengingat bagaimana Ia bekerja keras dalam pelayanan-pelayananNya dulu.

#3 Terbuka pada dunia dan dinamikanya

Tuhan mengirimkan kita ke dunia bukan tanpa sebab-musabab. Jika Ia mau, bisa saja kita saat ini tak ada lagi di dunia.

Sebagai orang yang berharap kepadaNya, kita juga punya harapan bahwa Tuhan hendak bicara dan memberitahukan kehendakNya melalui dunia yang kita hadapi sehari-hari.

Misalnya ada seseorang yang sakit. Orang yang berharap kepadaNya akan membuka mata pada perkembangan dan dinamika dunia, tentang sebab-sebab penyakit dan perkembangan medis yang memungkinkan pengobatan jadi lebih mudah dan barangkali murah.

Adalah tidak masuk akal ketika kita mengaku berharap kepadaNya tapi kita malah menolak hal-hal seperti di atas semata-mata karena kita menganggap teknologi adalah produk dunia?

#4 Setia pada iman

Namun meski membuka diri terhadap dunia tak berarti kita harus menerima semuanya mentah-mentah. Iman kita jadikan pegangan. Iman yang lantas membedakan siapa sejatinya yang kita harapkan karena dalam iman kita bersinggungan dengan Tuhan.

Contohnya soal rekayasa kecerdasan buatan (AI) yang sedang marak dibicarakan. Seorang yang beriman tak lantas menerima begitu saja pengembangan robot-robot berbasis AI yang menggantikan pekerjaan-pekerjaan kita. Perkembangan dunia termasuk teknologi tetaplah harus mengacu pada bagaimana hal tersebut bisa membuat hidup manusia semakin baik dan nama Tuhan dipermuliakan. Bukan sebaliknya, perkembangan yang memicu kesulitan bahkan kehancuran hidup, apa guna dan untungnya?

#5 Memutuskan yang lebih baik

Ingat saat Yesus dicobai di padang gurun? Setan menawarkan pilihan-pilihan yang kuyakin tak mudah untuk dihindarkan. Dari sisi manusia Yesus menggunakan pertimbangan untuk akhirnya menolak semua tawaran setan karena melihat ada hal-hal yang lebih baik untuk dipilih dan dilakukan.

Demikian pulalah kita. Berharap padaNya tidak berarti pasrah dan diam saja. Berharap adalah aktif memutuskan mana yang lebih memuliakan namaNya dan mana yang tidak. Dalam keputusan, Tuhan ada dan menopang.

Jadi masih relevankah berharap kepadaNya?

Jelas! Sangat dan akan terus relevan!
Yang lebih tidak relevan adalah kalau kita mengaku orang kristiani tapi tak menganggapNya sebagai tumpuan dan harapan!

Sydney, 21 Juni 2018

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.