Hari ini Gereja Katolik memperingati Hari Raya Kabar Sukacita. Hari dimana Bunda Maria, 2000 tahun silam, untuk pertama kalinya menerima kabar sukacita dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung Yesus, Juru Selamat Dunia. Mendengar itu, Maria pun menjawab, ?Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.? (lih. Lukas 1:38)
Adakah Maria waktu itu benar-benar merasakan sukacita?
Pernahkah kalian berpikir, dimana letak kesukacitaan Maria dari ungkapan sikapnya itu? Adakah waktu itu ia benar-benar bersukacita? Atau pasrah? Atau malah bingung karena belum mampu menelaah pesan yang diungkapkan Gabriel?
Kita renungi Maria!
Waktu itu ia udah bertunangan dengan Yusuf. Kabar bahwa Ia mengandung tentu akan membuat hancur lebur impian-impian yang disiapkannya. Tak ada lagi pesta pernikahan yang besar nan megah karena kehamilannya bisa menjadi aib tak hanya bagi dirinya tapi juga bagi Yusuf dan keluarga besarnya menurut tradisi waktu itu!
Tak ada lagi mimpi indah berbulan madu.?Tak ada lagi mimpi indah untuk mengalami masa kehamilan yang wajar dan normal lalu melahirkan dengan bahagia. Membesarkan anak yang jelas-jelas anak biologis ia dan suaminya. Lalu ketika anak sudah besar, menikah menghasilkan cucu dan menjadi keluarga bahagia hingga tua dan ajal tiba.
Dimana letak sukacitanya Maria kalau lantas Yesus, anak semata wayangnya, memilih jalur sunyi untuk menebus umat manusia? Sesuatu yang lantas mendatangkan konsekuensi dahsyat: Ia dikucilkan, difitnah, ditangkap, disiksa lalu dihukum salib hingga mati? Padahal tak satupun mulut bisa membuktikan letak kesalahanNya hingga Ia harus menanggung semua itu?
Masih sanggupkah bersukacita di tengah Corona?
Kita renungi hidup kita saat ini terkait Virus Corona!
Ada begitu banyak impian yang sedang hangat-hangatnya dan mulai hendak diwujudkan di tahun yang masih baru ini tapi lantas pupus karena pandemik hebat?
Kemarin siang aku masih sempat mendatangi tempat olahraga dimana aku biasa berlatih setiap hari. Bertemu dengan trainer yang dengan semangat menyambutku dan mengajakku terus olahraga. Bahkan saat sesi berakhir ia masih berkata, ?Besok jangan bolos ya! Kita latihan jam 1 siang!?
Tapi apa yang terjadi kemudian?
Sejak semalam pemerintah memutuskan untuk memperketat aturan lockdown supaya virus korona tak berkeliaran kesana-kemari. Untuk itu, tempat olahraga termasuk yang harus ditutup dan tidak diperkenankan.
Lalu bagaimana dengan kawanku yang trainer itu?
Bagaimana pula nasib istri dan anak-anaknya? Dengan apa ia harus menanggung biaya hidup meski pemerintah membantu tapi akan sebesar apa bantuannya?
Masih bisakah kita memperingati hari ini sebagai Hari Raya Kabar Sukacita?
Kawanku berseloroh melalui kanal social medianya bahwa ia bahagia bisa kerja di rumah. Ia pun memamerkan selfienya di ruang home office nya dengan senyum nan menawan. Kawanku yang lainnya beda pendapatnya. Ia juga harus bekerja dari rumah, tapi ada satu kekhawatiran bagaimana kalau setelah ini ia benar-benar harus dirumahkan, tak boleh ke kantor karena perusahaan tak sanggup lagi menggajinya karena pandemik ini membawa imbas ekonomi yang begitu besar?
Masih bisakah kita memperingati hari ini sebagai Hari Raya Kabar Sukacita?
Beberapa hari lalu di sebuah pemberitaan dikabarkan negara akan membeli obat yang katanya bisa menyembuhkan Corona Virus. Berita itu lantas disebarluaskan oleh banyak kawan yang datang membawa positivisme. Tapi tak lama kemudian ternyata dikabarkan bahwa obat itu belum secara klinis terbukti mampu menyembuhkan Coronavirus. Malah di beberapa tempat, orang-orang yang nekat mengonsumsinya menemui ajal!
Masih bisakah kita memperingati hari ini sebagai Hari Raya Kabar Sukacita?
Sukacita yang hakiki
Kukatakan kepada kalian, sukacita yang hakiki tak bisa diharapkan dari bangunan harapan-harapan duniawi yang? palsu! Sukacita yang paling benar adalah sukacita yang abadi yang datang dari Tuhan yang juga abadi! Sukacita yang meski di permukaannya sangat tidak ?sukacita? tapi di kedalamanNya dan pada akhirnya, Ialah harapan kita semua. Sukacita yang tak hanya dirasakan Maria tapi dilalui dan dihayati olehnya!
Di tengah kelelahan kita, di antara keping-keping impian yang hancur lebur.. Gereja yang suci masih tetap tegak berdiri menyatakan bahwa hari ini adalah Hari Raya Kabar Sukacita.
Semoga kita masih diberi kekuatan bahkan untuk sekadar meng-iya-kan dan meng-amin-in-Nya?
Sydney, 24 Maret 2020
0 Komentar