
Ia datang bersama seorang wanita yang dikenalkannya sebagai, “Calonku, Rahmawati!”
Akupun segera mengulurkan tangan tanda perkenalan namun selanjutnya aku lebih banyak ngobrol dengan temanku itu tadi ketimbang calonnya. *ya iyalah!*
Lalu sekitar satu jam setelah mereka pamit pulang, handphoneku berdering, sebuah SMS kuterima dari Tuti, temanku yang lainnya lagi.
“Don, Wati bilang kamu sombong. Katanya sok nggak kenal dan pake salaman segala…”
Wati? Wati siapa ya??Karena penasaran, akupun menelpon si Tuti untuk menanyakan maksud SMS tersebut.
“Tut, Wati sopo tho?”
“Halah… Wati … Wati penyanyi itu lhooo! Yang kerap mbantu acara kita…”
“Oalahhh… iya tapi kapan ketemunya denganku kok aku dibilang sombong?”
“Lho, Wati tuh barusan bilang ke aku kalau dia abis mampir ke kantormu bareng cowoknya…”
“Oh… Astaganaga…. itu tadi Wati!? Wati itu tho?!?”
“Lha rumangsamu?”
“Eh… nggg.. nganu.. kok beda benar ya!?”
Oalah! Akupun merasa bersalah karena telah terlampau men-cuek-kan Wati a.k.a Rahmawati yang dikenalkan temanku yang baru berlalu itu tadi.
Seharusnya, kalau aku tahu bahwa ia adalah Wati yang ‘Wati’ itu, tentu aku akan lebih hangat lagi ngobrol dengannya dan tidak sekadar basa-basi.
“Eh, Tut.. Tut!?”
“Ya, Don?”
“Kok bisa beda banget ya kalau pas Wati didandanin sama nggak didandanin?”
Dan Tuti pun terdengar tertawa terbahak-bahak mendengarkan omonganku… tak lama kemudian, akupun latah ?ikutan ngakak bersamanya.
Pembaca yang budiman, meski menggunakan nama samaran, tapi percayalah peristiwa ‘kecele’ nya aku di atas adalah sesuatu yang kurang lebihnya nyata.?Ada seutas pikiran yang belum lama ini muncul terkait dengan ‘make-up’ dan kupikir cerita di atas adalah pembukaan yang pas dalam mengungkapkannya lewat tulisan ini.?Make-up dalam arti denotatif maupun konotatif adalah sesuatu yang perlu untuk menjadikan kita tampak lebih baik bahkan kalau bisa ‘sempurna’ sembari menanggalkan segala cela dan kekurangan kita yang sebenarnya.
Tapi urusan ‘tampak’ memang selamanya adalah urusan tipu dan belenggu hingga pada akhirnya kenyataan yang akhirnya melepaskan segala ‘tampak’ itu menjadi ‘asli’.
Dari yang semula tampaknya.. menjadi aslinya….
Setiap pagi, aku selalu menyemprotkan deodorant di kedua lipatan ketiakku untuk me-make up andai saja keringatku keluar maka ia tak lagi berbau sayur lodeh ?melainkan wangi terkontaminasi harum deodorant itu tadi.
Seorang pembantu rumah tangga penggemar infotaintment merasa kecewa sekaligus mati gaya karena ternyata para artis yang biasanya tampak megah nan mewah saat mereka manggung ataupun bermain sinetron … eh lha kok di sebuah acara si artis tertangkap barusan bangun tidur dan paras aslinya nggak jauh berbeda dengan keponakan-keponakannya yang tengah beranjak dewasa dan tinggal di desa sana.
Aku pernah terbelalak dan nanar memandang Indri, anak tetangga rumah yang seumuran denganku yang biasanya dasteran dan lusuh ketika menyirami tanaman atau ketika pergi membeli rokok diutus bapaknya di warung seberang jalan, tiba-tiba pagi itu tampak seperti sinderela yang moncer-moncer bersiap dilamar Burhan ketika hari pertunangan tiba.
Kepada minyak wangi, bedak perona wajah, celak, gincu dan pensil alis… disanalah kita semua menitipkan kekurangindahan kita untuk sementara waktu dan ditukar dengan penampakan kesempurnaan yang buatan.
* * *
Aku pernah berbisik pada teman yang ada di sebelahku, “Asu tenan! Jangan percaya apa yang diomongin!” karena tepat saat itu di depan sekitar 20 meter dariku, seorang yang semalam kulihat mesra bersama seorang wanita muda di dalam coffeeshop langgananku sedang berceramah tentang rumahtangga yang kokoh dengan memberikan contoh pada keharmonisan keluarganya yang tampak indah dengan istri yang tentu bukan wanita muda semalam.
Pernah pula aku kecewa dengan keberadaan seorang artis yang tampak begitu semanak di depan massa tapi ketika di belakang ternyata justru sangat menjauhkan manusia dari anggapannya sebagai manusia…
Atau yang terakhir, aku sangat kaget ketika seorang guru yang dulu begitu kuhormati karena begitu menghormati istrinya ternyata adalah orang yang terpaksa harus menikahi teman dekatku yang dihamilinya tak lama setelah kami, meski tak satu sekolah tapi sama-sama lulus menyelesaikan tahun ke-enam sekolah dasar.
Dalam hal ini, kepada moral, budi baik, tata kesopanan, pangkat serta … agama.. di sanalah kita memungkiri segala kekurangan dan ketidaksolidan kita sebagai manusia untuk sementara waktu lantas mereka seperti memberi topeng malaikat pada hati kita semua.
haduh tulisannya serius banget, susah nih ngomennya.
Kosmetik emang bertujuan untuk menambah keindahan atau lebih tepatnya menutupi kekurangan *mbulet*. Kadangkala apa yang kita lihat baik belum tentu sesuai dengan kenyataannya. Tapi emang udah sifat dasarnya manusia kali ya untuk menutupi keburukannya.
Maaf dab, saya tidak terbiasa ngomen serius nih *ngumpet ke bilik warnet*
Wah, kowe ki ngomong opo tho, Glek.. hahahah!
yah memoles ke indahan di wajah kadang juga menoreh tentang kemunafikan maka aku mencari sesuatu ke tika tak menggunakan make up sama sekali atau mencari saat melihatnya tanpa polesan
kadang memang sangat kecewa jikala akhirnya kita melihat kenyataan pada mereka yang nampak kerhomatan dan kemolekanya hanya sekedal make up
salam buat si kecil mas
Wah, Mas Genthokelir berkunjung lagi…
Betul, Mas Totok.. Aku yakin orang seperti Mas Totok ini paling anti dengan yang namanya kosmetik, maunya tampil apa adanya.. karena memang jurus kesuksesan adalah jujur sejak dari hati ya, Mas…
Mulai dari make up jidat, bibir, jenggot dan ketek, turun sampai ke maskara hati ya?
Orang bermuka dua memang bikin sewot. Kalau lagi cantik, ngelus ngelus kamu, kalau lagi jelek, ngebacok kamu… haduh.
Kamu sendiri piye Don? Kalau sedang memakai make up, pakainya obat ketek dan alih seorang bapak, tapi kalau nggak pake make-up, yang dipake gincu ya :)
*nyalon dulu ah.
Hahahahahha, kalau jadi Bapak aku nggak pake topeng, tapi jadi orang jahat aku malah pake topeng karena sejatinya aku ini baik :)
Kosmetik memang hadir utk memperindah diri, wajar sih menurutku krn manusia pd dasarnya suka dgn segala keindahan, kebersihan, keresikan. Jd memang beda wajah bangun tidur dgn wajah ke kantor hahah.. Tp menurutku, apapun tetaplah jgn berlebihan. Spt cth kasus si Wati itu, yg bener aja kan ga mgkn kamu ga tanda sama dia klo makeupnya ga setebal itu. Sama hal dgn artis yg selalu tampil full, itu memang contoh “tampaknya” yg berlebihan.
Tapi aku sdh terlatih utk tak mudah percaya dgn “tampaknya”, spt model orang yg berceramah soal moral tp kelakuannya ga beres. Biasanya pk feeling aja, ni orang bener pa ga :D.
Hehehehe betul, Zee….
Musuh kosmetik dalam arti denotatif adalah air… musuh kosmetik dalam arti konotatif adalah hati :)
Nice, eh…
Menjadi cantik Luar dan Dalam perlu proses belajar, ya Pak..eh Don?! Supaya tidak menjadi insan yang munafik.
Betul… masalahnya kalu belajar terus kapan prakteknya :)
Kosmetik memang bisa menipu. Tapi itulah gunanya kosmetik. Membantu menutupi kekurangan kita dan membuat kita lebih percaya diri… Seharusnya kita berterima kasih dengan kosmetik… :D
buat yang memiliki kekurangan lalu tertutupi kosmetik patut berterima kasih… tp bagi yang kena tipu kecantikan kosmetik…
Kosmetik untuk memperindah lumrah adanya. Tapi kalau untuk menyembunyikan kejelekan dengan maksud tipu menipu…itu baru nggak biasa.
Gue juga banyak ketemu facts of life yang pahit kayak contohmu diatas, Bro. Dan gue benar-benar susah mau mempercayai setiap omongan orang yang jelas-jelas gue tau bahwa yang diomonginnya bertolak belakang sama yang dilakukannya (a.k.a munafik)…
Well written… *mengutuki diri kenapa gue lama sekali tak berkunjung ke blog ini*
oh don, aku pernah merasa marah pada pastor (almarhum…maaf pastor), karena dia mengijinkan seorang laki-laki untuk membantu membagikan komuni. Karena aku tahu laki-laki itu sudah menikah (punya anak satu malah) dan menutupi, dan dia punya pacar orang jepang…dan aku tahu pastor itu juga tahu…. Aku merasa “jijik” menerima tubuh Kristus dari tangan orang berdosa. Sampai pernah aku tidak mengambil komuni.
Tapi…. akhirnya aku diingatkan oleh satu ayat yang intinya bahwa yang bisa menghakimi manusia adalah Allah sendiri…. Sejak saat itu aku bisa tutup mata, telinga (kalau hidung ngga bisa nafas dong hihihi) dan ke gereja hanya untuk bertemu Tuhan.
Jadi ingat juga sebuah pelaku pembunuhan di Jepang yang mengoperasi wajahnya spy tidak ditemukan. Melarikan diri sejauh-jauhnya, tapi setelah beberapa bulan dapat ditangkap dari DNA nya….
Kosmetik itu memang bisa menutupi penampilan, tanda gelar akademis dan kesatuan juga bisa menutupi tingkah laku, agama menutupi sikap…. tapi Tuhan yang Maha Tahu tidak bisa ditutupi. Biarkan Tuhan yang membuka semuanya.
TFS donny papa…
congrats ya
Berarti manusia tidak bisa di nilai dari bentuk luarnya saja, karena manusia itu dinamis, bisa saja baik bisa saja buruk cepat berganti. Tetap objektif saja menurut saya, dengan artian, jika memang dia baik di hari ini, maka bersyukurlah mendapatkan komunikasi yang baik antar seseorang itu, namun jika buruk di esok hari, maka doakanlah dirinya agar bisa menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.
Saya jadi bingung, pada lain hal make up membuat sebagai dari kita lebih pede (biasanya perempuan) disisi lainnya banyak juga yang tertipu karna penampilan, meskipun penipuan yang ini tidak pantas menyalahkan si tertipu dan si penipu. Tih hanya urusan paras saja
aku pernah melihat, seorang artis yang luar biasa kinclong, putih dan mulusss tanpa cacat….di TV..
suatu ketika, aku ketemu artis itu sebelum dia show….ya ampuuuun…ternyata jerawatnya segede-gede jagung! wajahnya berminyak dan….item! wah, kosmetik dan periasnya benar-benar hebat!
Aku sendiri, pakai kosmetik tipis aja, nggak pernah yang tebal dan menor gitu, malah nggak pede jeh….
Intinya sih, aku nggak anti kosmetik kalau digunakan seperlunya untuk kepentingan estetika (pribadi ) *tsaaah…bahasaku…
bibirnya sangat indah bro..
pengen melihat bagaimana kosmetik membentuk bibir itu..
sesuatu yang terasa sakral saat menatapnya..
hehe.. sori lagi payah neh.
jleb! hahaha…
aku juga kadang pake kosmetik. biasanya aku nyebutnya sih ‘topeng’. kalo mood lagi ngedrop dan hidup lagi berantakan (halah) tapi di saat yg sama aku harus ketemu banyak orang dan harus keliatan happy, ya pake topeng. pulangnya nangis lagi dah, hehehe…
kalo kosmetik buat nutup2in kebusukan, mudah2an enggak lah. :D
Lebih nyaman menikmati apa adanya saja, gak ribet dan gak ada yg dicemaskan karena apa yang dilihat mereka itulah diri yang sebenarnya.
Donny…itulah dunia….dengan segala macam yang ada dibalik kosmetik tebal itu.
Kosmetik memang bisa menutupi bopeng, jerawat, membuat wajah terlihat segar (padahal wajah dibalik kosmetik itu juga gerah karena terasa kaku….hahaha..pengalaman jika harus jadi among tamu dan berdandan hebat untuk kepentingan pesta agar semarak)….
Namun dibalik kosmetik itu, terlihat berbagai hal…wajah bopeng namun hatinya lembut. Wajah halus hatinya baik, atau malah hati yang suka berburuk sangka atau membuat keonaran. Yahh..berbagai macam sifat dan karakter manusia tersembunyi di balik wajah itu.
Yang penting bagaimana kita menjaga, agar hati kita tetap tulus, dan baik….
memang benar, mas don. penampilan lahiriah yang dipermak dengan berbagai polesan kosmetik bisa membuat kita pangling dan merasa asing, hehe … aku malah lebih sering menemukan kenyataan ketika banyak mantan muridku yang menganggap saya sbg guru sombong lantaran tak pernah lagi bersikap ramah kepada mantan muridnya yang mulai beranjak dewasa. doh!
wah curhat ajah dech lo gwe ga bgitu suka liad cewek yg bertopeng hehehhe
berkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya makasih :D
salam sukses
paragraf terakhir sangat mendalam…
btw, bukankah konon hidup ini hanyalah panggung sandiwara?
Makanya gue selalu bilang make-up a.k.a kosmetik itu dempul! :D
aku suka melihat perempuan yg bisa pakai kosmetik tipis2, dan dia kelihatan tambah cantik. tapi lebih seneng lagi melihat perempuan yg tanpa kosmetik pun dia tampak cantik. (tapi aku sik seneng wong lanang, don :p)
ya begitulah mas…
makup memang bisa jadiin kita cantik secantik2nya
tapi kadang dengan makup kita jadi lupa sama jadi diri….semoga kita gak begitu ya
Yup..Memang manusia terkadang mengalami perubahan yang simultan dalam hidupnya..
Baik buruk manusia memang terkadang tidak dpat diketahui dari penampilan luar semata karena sang Pencipta lah yang memang mengetahui segala sesuatu..