Makanan yang membinasakan, makanan yang menyelamatkan

27 Apr 2020 | Kabar Baik

Masih terus mencari (dan pencarian itu tak kan pernah berhenti) kenapa Tuhan mengijinkan pandemik COVID-19 ini terjadi dan hari ini aku menemukan simpul baru. Simpul itu kutemukan dalam Kabar Baik yang ditulis Yohanes hari ini. Yesus mengisyaratkan hal demikian, ?Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” (Yoh 6:27) Apa hubungannya pandemik COVID-19 dengan sabda Tuhan di atas?

Makanan yang membinasakan

Hubungannya, dalam masa pandemik ini Tuhan mengajak kita untuk lebih memperhatikan makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal dan bukan cuma makanan yang akan dapat binasa saja.

Waduh apa pula ini?
Dalam pengertian yang ?sok ngerti?, makanan yang akan dapat binasa itu bisa kita maknai secara luas sebagai sesuatu (tak hanya makanan) yang penuh kesia-siaan. Misalnya kita sibuk bekerja mengejar harta. Itu adalah kesia-siaan karena harta tak dibawa mati. Misalnya kita sibuk main judi, itu adalah kesia-siaan. Misalnya lagi kita asyik-masyuk ber-WA dengan mantan pacar padahal dia sudah menikah. Itu adalah kesia-siaan karena ya sia-sia toh dia udah nikah ngapain diasyik-masyukin kan!? hehehe?

Makanan yang menyelamatkan

Sementara makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal? Makanan atau hal yang akan menyelamatkan kita hingga di hidup yang kekal. Amal ibadah kita yang nantinya akan menentukan adakah kita masuk surga atau neraka. Misalnya? Mengasihi keluarga karena keluarga adalah anugerah Tuhan yang harus kita jaga.

Kalau begitu bagaimana dengan kegiatan kita bekerja membanting tulang, bukankah itu untuk keluarga juga? Adakah itu termasuk dalam makanan yang membinasakan atau makanan yang menyelamatkan? Ya kalau bekerja membanting tulang untuk keluarga tentu bisa jadi makanan yang menyelamatkan. Tapi bisa juga tidak?

Kok bisa?
Aku punya kawan, dulu pernah cukup dekat. Ia dulu tinggal di Sydney bersamaku hingga akhirnya suatu waktu memutuskan pindah ke Hong Kong.?

Waktu kutanya kenapa dia pindah ke sana, jawabnya begini, ?Donny, Australia memang enak, nyaman. Tapi kerjaannya gitu-gitu melulu. Kamu bisa nyaman tapi kamu nggak bisa kaya di sini, Bro! Aku pindah ke Hong Kong karena di sana aku bisa digaji besar dan karirku pun terjamin naik kalau aku bekerja keras!? Maka pindahlah ia bersama keluarganya yang juga adalah kawan dekat istri dan anak-anakku.

Meski jauh kami masih saling berhubungan. Kalau dia ada waktu mampir ke Sydney, pasti dia ngabarin dan kita nge-beer bersama.

Sekitar tiga minggu lalu, kami saling berkontak gara-gara saling mengucapkan Selamat Paskah.

Aku iseng bertanya, ?Pakabar, Bro? Hong Kong kayaknya udah membaik ya dari pandemik??


Kawanku tadi menjawab, ?Iya. Makin baik tapi aku udah hampir 1.5 bulan ada di Dubai!?

Ia memang sering travelling karena tuntutan pekerjaannya. Sedikit banyak ia suka dengan kegiatan tersebut karena bisa punya waktu ?sendiri? tanpa gangguan keluarga. ?Wah, asyik dong!? jawabku sekenanya.

?Asyik gimana?!?
Aku sendirian di sini. Anak-anak dan istri ada di Hong Kong dan gue gak bisa balik karena dilarang masuk ke Hong Kong!?

Aku bingung mau menjawab, maka kuulangi lagi jawaban itu, ?Wah, asyik dong!?

Kerja keras dan keluarga

Rupanya dia agak gemas campur emosi, diapun lantas menelponku!

?Asyik gimana sih maksud loe??
Waduh rupanya dia agak keki ku-gitu-in. ?Ya asyik kan selama ini kamu emang gak terlalu mau deket sama istri dan anak-anak karena alasan kamu nggak mau ribet! Karena alasanmu sibuk cari duit untuk keluarga! Jadi kan asyik? Kamu di Dubai bisa terus-menerus kerja tanpa ada gangguan dari mereka dan mereka pun aman karena Hong Kong udah membaik pandemik-nya??

Ia sempat terdiam tapi akhirnya menjawab dengan intonasi melembut, ?Aku belajar banyak, Bro! Karena aku gak bisa kemana-mana di tengah pandemik ini, kangenku menjadi-jadi ke anak bini, Bro! Tiap malam aku nangis kalau pas video call dengan mereka? Nyesel aku selama ini sibuk kerja melulu!?

Mari belajar lebih dalam lagi di masa ini

Nah!
Contoh kejadian di atas adalah sudut pandang paling sederhana dalam menjelaskan ?makanan yang membinasakan dan makanan yang menyelamatkan.??

Bagaimana kawanku yang tadinya sibuk bekerja keras membanting tulang yang katanya ?demi keluarga? di masa Pandemik COVID-19 ini ia belajar banyak dengan cara yang tak menyenangkan. Terkurung di Dubai, ribuan kilometer dari anak-anak dan istrinya, Ia menyadari bahwa selama ini bekerja keras yang ia lakukan, ?demi keluarga? yang ia jadikan sebagai motivasi adalah topeng belaka. Topeng untuk dianggap peduli keluarga padahal sejatinya tidak demikian? Sejatinya adalah demi  dari ego dan keangkuhannya untuk mengejar materi, kekuasaan dan pengakuan bahwa ia telah berhasil dalam karir dan keluarga. 

Kita diajak belajar lebih dalam lagi di masa yang memprihatinkan ini. Lihat sekelilingmu dan belajar untuk mensyukuri hal-hal yang selama ini lupa kita syukuri…

Sydney, 27 April 2020

Sebarluaskan!

2 Komentar

  1. apakah Tuhan mengijinkan adanya covid 19 , bukankah manusia sendiri yg berulah sehingga ada covid 19.

    Balas
    • Apakah ada hal yang tak diijinkanNya yang bisa terjadi?

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.