Makan maksimal 20 menit. Ada apa dengan menit ke-21?

27 Jul 2021 | Cetusan

Aturan tentang durasi makan di warung atau rumah makan yang maksimum 20 menit itu bagaikan pakan ikan yang disebar di blumbang penuh ikan; dilahap ramai-ramai oleh netijen yang budiman!

Dari sekian banyak yang ku-skip-scroll, satu postingan yang menarik adalah yang ada di dinding Facebook kawanku ya adik kelasku di De Britto dulu, Tommy ‘Benny’ Pudyastanto.

makan maksimal 20 menit

20 menit cuma dapet teh anget!

Mbah Mo adalah nama warung makan Bakmi Jawa di kawasan Trirenggo Bantul sana. Selalu ramai karena kelezatannya membuat waktu menunggu pesan makanan relatif lama.

Dulu aku harus berebut tempat satu jam sebelum jam makan supaya pas lapar memuncak pas makanannya datang. Kalau terlewat sedikit saja, ngalamat menunggu 45 menit… itupun sudah puji tuhan! Jadi apa yang ditulis redaktur PakBob.Id memang nggak berlebihan, 20 menit paling baru dapat segelas teh hangat.

Dan sayangnya… sayangnya banyak netijen terjebak untuk menanggapi aturan ini secara terburu-buru dan kesannya mentah-mentah. Bahwa karena dilarang makan lebih dari 20 menit lalu responnya adalah, “Mana cukup?” dan “Mana bisa?”

Kenapa sayangnya? Karena kalau begitu respon balik Tito Karnavian, Menteri Dalam Negeri jadi masuk akal. “Jadi makan tanpa banyak bicara dan kemudian 20 menit cukup, setelah itu memberikan giliran kepada anggota masyarakat yang lain.” (kutipan dari Kompas)

Apalagi ada bumbu, “Mungkin kedengaran lucu, tapi di luar negeri, di beberapa negara lain sudah lama diberlakukan itu,” seolah yang dari luar pasti akan selalu cocok untuk yang di dalam negeri :)

Harusnya, cara menanggapi netijen bukan tentang lama durasi makan yang ‘awkward’ tapi lebih pada prinsip kenapa sudah boleh makan di tempat ketika angka penyebaran COVID masih menggila dan tingkat vaksinasi belum tinggi?

Demi pemasukan?
Mana yang lebih tidak menguntungkan, membuka warung tapi hanya pesan-bawa-pulang (take away) atau boleh makan di dalam “Tapi jangan lama-lama ya, Mas!” Kalau sudah ada studi perbandingannya ya nggak papa, lha kalau belum?

Atau barangkali sudah ada penalaran yang menyatakan bahwa virus tidak akan menyebar di 20 menit pertama karena virus sudah cukup tahu pemesannya baru dapat teh anget dan baru kemudian menyerang di menit ke-21? 

Entah, tapi rasanya di luar negeri sini pun juga enggak segitunya kali!

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. Ini era yang membingungkan bagi Indonesia. Terjadi kesimpangsiuran informasi dalam komunikasi. Banyak sisi yang aneh dan konyol. Tak dalam setiap urusan Covid-19 pemerintah benar tapi juga tak berarti semuanya salah. Belum lagi respons masyarakat.

    Yang dulu gak percaya Covid-19, anggap pemerintah berlebihan, eh setelah kena malah menyalahkan pemerintah, kenapa cari RS sulit, cari oksigen juga, dst.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.