Aku dan Joyce, istriku, adalah penggemar tattoo. Joyce punya beberapa koleksi tattoo di beberapa bagian tubuhnya dan aku juga. Terakhir kali kami bikin tattoo bareng-bareng itu setelah Odilia lahir (2010) dan Elodia lahir (2012). Kedua namanya, Odilia dan Elodia, kami torehkan di leher kami, kanan dan kiri. Adil. Seimbang.
Hingga saat sebelum liburan kemarin, sebenarnya tak terbesit satu momen pun untuk berpikir kembali ditattoo. Tapi entah angin apa, saat sedang berada di atas pesawat yang membawa kami ke Jogja dari Jakarta pada 1 Oktober 2018, Joyce tiba-tiba bilang, ?Eh, tattoo lagi yuk!? A-ha! Mari kita kemon lah!
Sesampainya di Jogja, aku menghubungi Munir. Munir adalah tattoo artist yang mengerjakan seluruh tattoo di tubuhku. Ia pemilik Toxic Tattoo Park, sebuah studio tattoo ?legendaris? di Jogja.
Awalnya kami janjian pada Kamis pagi, 4 Oktober 2018 tapi kemudian diubah pada Selasa malam, 2 Oktober 2018 dengan alasan memanfaatkan waktu luang yang ada mengingat singkatnya waktu liburan kami di Jogja.
Tapi tunggu dulu?
Janjian? sudah!
Uang? sudah dipersiapkan tentu saja! Tapi?. tapi mau tattoo apa?
Biasanya jauh hari menjelang tattoo aku sudah mempersiapkan satu gambar yang kutimbang-timbang terlebih dahulu. Berpikir jauh hari seperti ini adalah penting karena tattoo kan permanent, akan menemani kita sampai mati. Kalau tiba-tiba nggak suka atau menyesal kan berabe jadinya?
Bersyukur aku bukan orang yang gampang menyesali apa yang kuputuskan seburuk dan sebaik apapun itu. Aku tipe orang yang mau menjalani apa yang sudah ?digariskan? Tuhan maka tak jadi soal dengan ide tattoo yang datang belakangan karena aku akan menjalani apapun yang nantinya sudah akan ?digambar? oleh? Tu? Tuan Munir! Hahaha?

Selasa pagi saat sedang bersiap menuju ke Klaten pergi ke rumah Chitra dan keluarga, keputusanku membulat, aku akan merajah tanganku dalam aksara Jawa: Maju Mapan!
Tak banyak orang yang mengerti serta memahami makna ?Maju Mapan?. Beberapa yang berkomentar di status Facebook saat foto tattoo kusebar, bahkan mereka menertawakan dan menganggap seperti nama toko/kios handphone saja :) Ya tak mengapa, semua orang punya pandangan yang wajib kita hormati, kan?
Aku memilih Maju Mapan karena banyak hal.
Yang pertama dan mula-mula aku percaya pada filosofi dibalik istilah sederhana itu, maju dan mapan.
Hidup harus bergerak maju hingga mapan. Setelah mapan? Maju lagi hingga mapan lagi, demikian terus-menerus hingga akhirnya kita ?mapan? secara abadi alias beristirahat kekal.
Maju mapan tak hanya terkait hal ekonomi saja. Sebagai orang yang juga mementingkan perkara spiritual, semakin hari aku semakin merasa perlu untuk memiliki kemajuan dan kematangan dalam hal spiritual. Aku harus semakin menyadari makna hidup dan kenapa aku diberi hidup hingga mapan dan diberi kebijaksanaan layaknya para tua yang lainnya.
Lalu yang terakhir, sejak pindah ke Australia, karena ingin lebih memahami dan menghidupi makna ?Maju Mapan?, nomer handphone yang kupakai menggunakan deret ?5758? pada akhirannya. ?5758? terbaca sebagai (li) – ma – (tu) – ju – (h) – (li) – ma – (dela) pan.
Lalu kenapa pakai aksara Jawa? Ya karena aku orang Jawa lah! Hahaha?

Proses tattoo sendiri berjalan lancar. Tahu diri karena sudah semakin tak tahan sakit, aku minta Munir untuk mengoleskan lotion patirasa yang membuatku nyaman dan tenang saat ditattoo selama kurang lebih satu setengah jam.
Sekitar pukul sembilan malam, proses tattoo pun selesai. Sementara itu Joyce masih ditattoo Yudha di kursi sebelahku. Sejenak aku berpikir, ?Kenapa hanya satu???
Bukankah pulang ke Indonesia adalah kesempatan yang tak setiap setahun sekali? Bukankah menerbitkan keinginan untuk kembali ditattoo pun juga semakin langka bahkan tattoo kali inipun bukan berasal dari rencana panjang melainkan hal yang mendadak nan tiba-tiba?
Akhirnya akupun memutuskan untuk memperpanjang malam, memberikan lengan kiriku kepada Munir seraya berkata, ?Tambah lagi, Nir! Nanggung??
Malam itu, aku tattoo dua kali!
Gambarnya apa? Konsepnya apa? Tunggu di tulisan Hikayat Tattoo selanjutnya!
Oh ya, kalian bisa membaca tulisan-tulisan tentang bagaimana semua tattooku dibuat pada tagar Hikayat Tattoo. Baca juga tulisan berisi wawancaraku dengan Munir yang pernah kumuat di sini.
Aha, saya baru nyadar bahwa nomer 5758 terbaca maju mapan :D
Tenane? Hahahahaha….