Main Musik Lagi, Pelayanan Lagi

13 Nov 2008 | Aku, Australia

Sewaktu aku memutuskan untuk membawa dua buah gitar dari beberapa yang kukoleksi di Indonesia sana, Mamaku sempat bertanya kenapa tidak satu saja yang dibawa. Tapi setelah kujelaskan bahwa aku harus membawa dua untuk keperluan pelayanan di Australia, dia pun ngeh dan mendukung-dukung saja meski tetap bertanya-tanya apa nanti ndak mberat-mberati bagasi dan ongkos.

Pada awalnya, aku memang hanya akan membawa Martin Backpacker Guitarku saja kemari ya paling untuk genjrang-genjreng di rumah. Kalaupun nanti kepengen beli, ya nabung dulu trus beli yang lebih bagus di Allain Music di city sana.

Tapi menyambut ajakan Joyce untuk mengiringi musik di cell group-nya, akupun berpikir untuk membawa Fender Telecoustic warna merah sekalian karena selain ukuran gitarnya yang standar, sudah tertanam pick-up akustik dan sound yang dihasilkan pun lebih bagus dan crunchy nya itu yang ngangengin, khas Fender!
Maka jadilah keduanya kubungkus dalam hardcase lalu kubawa serta terbang ke Sydney.
Itulah awalnya…

Lalu pagi tadi, 7 November 2008, sekitar pukul 09.00 am, telepon rumah berdering.

“Hello, Donnys speaking!”
“Hallo, Donny ya..? Aku Oka!” sahut suara di seberang.
Ternyata yang menelpon adalah Om Oka, orang yang sering diceritakan oleh Joyce sebagai “senior” di dalam cell groupnya.

Oh ya kalian mungkin bertanya-tanya, apa itu cell group.
Cell group adalah kelompok doa Katolik yang anggotanya biasa terdiri dari 8 – 25 orang. Dalam konteks cellgroupnya si Joyce, mereka berkumpul saban hari Jumat ke rumah masing-masing anggotanya untuk menggelar acara doa bersama, bernyanyi memuji dan menyembah Tuhan, mendengarkan Firman Tuhan dan melakukan sharing, memberi kesaksian kepada satu sama lain anggotanya untuk tujuan saling menguatkan iman.

Pada saat di Jogja dulu, sudah lebih dari tujuh tahun aku terlibat dalam pelayanan di cell group maupun perkumpulan yang lebih besar lagi yang biasa disebut sebagai persekutuan doa. Sengaja dari dulu aku tak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun karena memang sebenarnya hal-hal seperti ini bukan pada porsi untuk diceritakan kepada khalayak karena tidak terlalu pantas untuk digembar-gemborkan.
Adapun kenapa aku sekarang menuliskannya, lebih karena untuk menceritakan apa saja yang telah terjadi pada hari ketujuhku di Sydney, 7 November 2008.

So, Om Oka melalui telepon mengkonfirmasi kesediaanku untuk bermain musik di dalam cell groupnya karena sebelum ini pun mereka tidak memiliki pemain musik untuk sekian lama. Akupun menyatakan kesediaanku dan mulai Jumat depan aku akan sudah berada bersama-sama mereka, memberikan pelayanan pada cell group tersebut.

Itulah yang terjadi pada pagi hari. Lalu selebihnya hingga sore hari, aku seperti biasa bekerja di depan laptop sambil bertegur sapa dengan teman-teman di Indonesia melalui YM maupun blogwalking.
Memang tak ada yang terlalu spesial yang terjadi pada hari Jumat itu kecuali apa yang kemudian menjadi bahan pembicaraan antara aku dengan Joyce, istriku dalam perjalanan di dalam mobil menuju ke Coles untuk belanja keperluan sehari-hari.

“Tadi aku ditelpon Om Oka, mulai minggu depan aku main gitar di komselnya.”
Tuturku ketika mobil baru saja beranjak tak jauh dari rumah.

“Oh iya, trus kamu OK?”

“Ya iyalah… Aku kan mbawa gitar gedeku kemari juga untuk tujuan itu sebenarnya…”

“Hehehe.. Honeyku pelayanan lagi dong..”
Kuusapp-usap rambut Joyce ketika ia berucap demikian…

“Memang Tuhan itu adil banget ya, Hon…”

tiba-tiba Joyce berucap demikian.

“Ya iya, Amin! Tapi kok kamu tiba-tiba ngomong begitu?”

“Iya… coba bayangin, cellgroup kan lagi ngga ada pemusik ehhh tiba-tiba kamu datang untuk main musik.
Koor-nya anak-anak gereja juga lagi nggak ada orang, pada keluar dan pada balik for good ke Indo.. ehhh kamu datang…”

“Hmmmm…iya juga sih. Pas kamu juga udah mulai kesepian, ehhh aku datang ya hahahahaha…”
Lalu kamipun tertawa terbahak-bahak di dalam mobil.

Beberapa jam sesudahnya menjelang tidur, aku jadi memikirkan ucapan Joyce kembali tentang perkara Tuhan yang Maha Adil.

Adilkah Dia ?
Maha kah Dia?
Aku hanya bisa mengangguk-angguk menyetujui tentang kedua hal dan banyak sifat-sifat baik serta maha yang lainnya daripadaNya.

Akan tetapi lebih dari apapun kata sandang yang pantas bagiNya, bagiku itu tak terlalu penting untuk kupikirkan saat itu. Aku lebih berpikir tentang betapa Dia telah membuktikan keberadanNya dalam setiap keputusanku.

Malam itu aku jadi berpikir tentang dua tiga bulan di belakang ketika persiapan pernikahan gereja, pesta, kelulusanku dari kampus hingga persiapan untuk keluar dari kantor dan pindah domisili kemari. Aku merasakan bahwa semuanya waktu itu harus kulakukan bersama-sama, membutuhkan perhatian yang sama besarnya dan harus selesai pada waktu yang tak boleh meleset sedikitpun dari jadwal yang sangat ketat.

Sangat jauh dari kata mudah untuk semua itu harus dan telah kulakukan.
Pada setiap persimpangan, melihat berbagai masalah dan rintangan seperti itu sering membuatku berpikir “Inikah jalanNya?”

Kenapa aku berpikir demikian adalah karena kalau memang itu benar kehendakNya mengapa terlalu berat untuk kulalui. Namun pada akhirnya setiap hal yang menjadi pergumulanku itupun pergi bukan sebagai masalah baru namun sebagai solusi permasalahan yang semuanya terlihat begitu kuat mendorongku untuk tetap maju ke depan dengan semua rencanaku.

Hingga detik ini, akupun tak pernah tahu apakah ini jalanNya atau bukan.
Aku merasa perkara itu adalah soal keilahian yang tak kan pernah terungkap kecuali kita yang sok tahu untuk mengatakan “Oh, ini jalanNya!” Sepintar apapun kita, toh kita hanyalah butir pasir dalam kerangka pantai dan samudra kehidupan yang maha luas ini. Otak kita hanya bagian kecil dari pasir mungil itu, mana bisa menangkap semuanya?

Namun ada satu yang kusadari.
Ketika aku diijinkan untuk melangkah, menyelesaikan semua persoalan-persoalan di belakang dan berani menatap ke depan, itu bukan semata-mata karena kuat dan gagahku saja.
Tuhanlah yang menguatkanku di balik semua ini. Aku tak bisa berkata tidak! Karena barangkali aku bahkan tak akan pernah bisa bermimpi berada di tanah ini pada saat ini jika memang Ia tak urun kekuatanNya kepadaku.
Tuhan kupercaya selalu berada di dalam setiap pilihan yang kuambil dalam peziarahan di dunia ini.

Akupun terlelap… terlelap dalam rasa syukur yang segede gunung… rasa takjub segede gaban…

Alleluia!

Fender Telecoustic
Fender Telecoustic
Ini gambar gitar Fender Telecoustic-ku. Gitar jenis ini pernah dipakai oleh Abdee Slank dan Ariel Peterpan (meski kemudian ia ganti pakai Fender Stratocoustic warna hitam)

Martins Backpacker
Martin Backpacker Guitar
Gitar dengan bentuk yang compact, kudapat tiga tahun lalu. Banyak artis menggunakan gitar jenis ini seperti Eric Clapton dan dalam negeri yang kulihat adalah Nugie Trilogy

Sebarluaskan!

14 Komentar

  1. pertama dulu baru membaca

    Balas
  2. wh mas untuk menjadi pelayan dan mampu menjadi pelayan bukan orang sembarangan tentu memiliki keiklasan yang luar biasa dalam mendermakan semua kemampuan mas Dony
    dan Tuhan Telah memilih Mas Untuk hal ini
    Selamat
    dan gitarnya keren mas

    Balas
  3. Cieeee..kereeeen…

    Balas
  4. Betapa indahnya bisa sharing untuk saling menguatkan Donny….inilah yang dibutuhkan dalam kehidupan kita. Dalam grup kecil, kita bisa cerita, yang kadang cerita itu bisa menguatkan orang lain…dan membuat introspeksi betapa kita mengeluh untuk cobaan yang tak berarti dibanding yang menimpa orang lain.
    Semoga hari2mu makin indah Don….

    Balas
  5. Quote:- Ketika aku diijinkan untuk melangkah, menyelesaikan semua persoalan-persoalan di belakang dan berani menatap ke depan, itu bukan semata-mata karena kuat dan gagahku saja. Tuhanlah yang menguatkanku di balik semua ini. Aku tak bisa berkata tidak!
    Sama! Aku sering merasakan itu DV!Dan sekarang aku tengah menanti sambil berusaha tentunya, agar Tuhan memberi kekuatan untuk bertindak dengan tepat.Hidup itu nggak pernah mudah.

    Balas
  6. Perasaan kita belum sempat genjrang-genjreng bareng ya, Don.

    Balas
  7. martin backpacker-e sedep dab !
    boleh tuh dikirim ning njawa meneh nek wis bosen :D
    don, kadang Tuhan mempunyai rencana yang bagi menungsa dipandang nggak adil, tapi setelah hal itu berjalan, setelah dilewati,akhirnya…..ooo..iya bener ya…ooo adil ya….
    karena kadang apa yg dipandang oleh pencipta kita itu terbaik buat mahluknya, oleh kita dianggap sesuatu yg tidak nyaman, yg tidak adil. yah, manusiawi sih, hehe….
    dan beruntunglah mahluk2Nya yang mendapat terbaik menurut sudut pandang manusia juga sudut pandang pencipta.
    ah, itu tadi cuma sekedar intermeso, don :D

    Balas
    • Intermezzo yang menyejukkan, Kang…
      Martin backpacker? Hehehehe backpacknya aja ya yang kukirim ke tanah Jawa hehehe

      Balas
  8. Quote:
    “Hingga detik ini, akupun tak pernah tahu apakah ini jalanNya atau bukan.
    Aku merasa perkara itu adalah soal keilahian yang tak kan pernah terungkap kecuali kita yang sok tahu untuk mengatakan “Oh, ini jalanNya!” Sepintar apapun kita, toh kita hanyalah butir pasir dalam kerangka pantai dan samudra kehidupan yang maha luas ini. Otak kita hanya bagian kecil dari pasir mungil itu, mana bisa menangkap semuanya?”
    Nice ..
    Tapi don .. kadang sebutir pasir juga bisa terbang dibawa angin dan jadi bisa memandang semua hamparan pantai dari atas .. tidak harus diam dibawah menerima nasibnya sebagai pasir .. tapi paling tidak dengan bantuan Nya sebagai Angin, kita bisa lebih memahami siapa si pasir mungil ini dan kenapa bisa si pasri ini ada ..

    Balas
    • Aku biasa berpikir singkat tentang keilahian :)
      Tak pernah terpikir sebuah pasir diterbangkan… ya kalau iya, kalau tidak? :)

      Balas
  9. …guitarlelenya don? kalo ga kebawa pinjem dunk!:D

    Balas
    • Guitarlele kuberikan ke sodaraku, Mon…
      Sebenarnya helm mau kuberikan ke kamu tapi kamu terlanjur pake mobil, ya sudah hehehe

      Balas
  10. Mas Donny,
    Aku lagi nyari-nyari Martin Backpacker tuh. Dah cari-cari di MG Jakarta katanya baru masuk lagi bulan November. Dulu di Jakarta dapetnya dimana yah?
    Thanks. God Bless you.

    Balas
    • di MG Plaza Indonesia Mas

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.