Sebenarnya aku setuju bahwa maaf dan terima kasih itu sebaiknya memang diucapkan ketika benar-benar diperlukan, tapi sayangnya aku lebih setuju bahwa kita perlu hidup damai sepanjang waktu…
Minggu lalu aku jalan-jalan bersama keluarga ke sebuah pusat perbelanjaan. Tiba-tiba aku mendapat ?panggilan alam?, kebelet pipis!
Kami lantas mencari toilet terdekat dan sebelum aku masuk ke lorong menuju toilet, aku menaruh Odilia ke atas kereta dorong terlebih dahulu supaya ia tak merepotkan Mamanya yang sedang mengurus Elodia.
Tapi karena sudah saking kebeletnya, setelah jongkok menaruh Odilia, aku bergegas berdiri tanpa memerhatikan bahwa ada seorang kakek tua yang juga berjalan di lorong sempit itu.
Tubuhku yang tak mungil ini menyenggol bahunya dan ia agak sedikit terhuyung ke dinding lorong.
Aku tercekat sepersekian detik lamanya menyaksikan bagaimana itu semua terjadi dan celah waktu yang sempit itu uniknya justru dimanfaatkan si Kakek untuk berucap kata, ?Sorry!? sambil tersenyum ke arahku.
Setelah tersadar, aku membalas kata ?sorry? nya, ?Sorry, it was my fault!?
Ia tak menyurutkan senyumnya dan membalas, ?No.. no.. You?re right, Mate.. You?re right!?
Lalu kami melanjutkan langkah kami masing-masing.
Aku tak tahu bagaimana situasi hatinya yang sebenarnya ketika ia mengucap sorry kepadaku. Mungkin? mungkin ia mengucap sorry karena menurutnya ia pun ikut andil dalam terjadinya senggolan itu karena kalau ia menungguku yang sedang mendudukkan Odilia di kereta dorongnya, mungkin kejadian itu tak terjadi.
Tapi siapa tahu si Kakek tadi adalah seorang raja drama terbaik? Dalam hati mungkin sejatinya ia mengumpat, tapi ia bisa meredam emosinya dengan mengucap kata ?Sorry? daripada harus ribut denganku untuk urusan yang sepele itu?
* ?* ?*
Dulu waktu pertama kali kenal mantan pacar yang sekarang menjadi istriku, aku sering risih setiap kali ia pulang liburan ke Indonesia dan kami pergi makan ke restaurant, ia selalu mengucap ?Terima kasih? ke para pelayan.
Pernah kami makan ke sebuah restaurant dan karena kami memesan beberapa macam makanan, setiap piring diantar ia selalu mengucapkan ?terimakasih? dan jadinya berulang-ulang kata itu kudengar.
?Kamu kenapa harus mengucapkan terimakasih? Ia dibayar untuk melakukan ini!?
Aku lupa percakapan kami selanjutnya seperti apa, tapi kini akupun selalu mengucapkan hal yang sama yang dilakukan istriku; bagiku terima kasih adalah pernyataan tulus bahwa kita menerima kasih dari orang lain dan kasih itu alami tak tersangkut pada hal yang berbau kewajiban ataupun hak untuk mengungkapkannya.
* ?* ?*
Dunia ini mungkin akan jatuh ke dalam lembah kemunafikan ketika setiap orang mengobral kata maaf dan terima kasih. Tapi tahukah kamu kemunafikan itu sejatinya adalah hal yang hanya bisa kita terka dan lebih berdiam dalam pikiran kalian saja! Siapakah kalian sehingga mampu memeriksa hati di setiap ucapan yang diberikan orang lain?
Yang justru akan lebih terbukti nyata adalah, ketika setiap pihak yang bertikai di dunia ini saling berucap maaf dan berterima kasih, kita tak perlu lagi pelatuk-pelatuk senjata, arsenal nuklir, dan pesawat tanpa awak yang penuh amunisi sementara bilang pedang dan pisau pun siap disarungkan dan tak kan pernah perlu untuk digunakan lagi karena semua orang hidup dalam kedamaian…
berasal dari kata, mempengaruhi pikiran dan berlanjut ke perilaku.
terima kasih :)
amen!
… imagine all the people, living life in peace…… u huuuuuu uuuuu..
:D
u huuuu…. uuuu….
Terimakasih mas Don, sudah menyediakan tulisan yg asyik untuk dibaca. Hampir Setiap senin dan kamis aku nyambangi blog sampeyan. Di antara himpitan kerjaan rutinku. Wingi ae tiga kali buka, tapi belum ada yg baru.
Ini serius lho. Kenapa Gak dari dulu ngucapin terimakasihnya? Mbiyen aku khawatir, njenengan jadi kemlinthi.
Kekemlinthianku itu tak tergantung kamu mengucapkan terimakasih atau tidak, Mas.
Dari sononya, aku adalah makhluk yang kemlinthi, jadi santai saja :)
Terimakasih karena ucapan terimakasihmu :D
waktu di asrama, kata “terima kasih” adalah kata wajib yang harus diucapkan dalam berbagai kesempatan: setelah cuci piring dengan teman, setelah nitip belanja sama teman, setelah minjam ember teman, setelah numpang duduk di ranjang teman… dll, dst.
sekarang kata itu masih beberapa kali kuucapkan, walaupun tidak sesering dulu. :D
Tereduksi oleh iklim Jakarta? Semoga tidak :D
Mas, beberapa tahun belakangan ini saya sudah semakin terbiasa mengucapkan maaf dan terima kasih ini. Jujur saja ternyata setelah melakukannya, di mata saya dunia terasa semakin indah. Orang yang diajak berkomunikasi pun rasanya semakin nyaman.
Aku ingin berucap “Maaf, pendapatmu benar, Bli!” dan “Terimakasih, Bli!” atas komentarmu yang indah ini :)
weleh… di Jepang dua kata itu, maaf dan terima kasih amat sangat sering didengar dan diucapkan.
Dan aku bangga hidup di negara ini :)
Maaf, terimakasih udah selalu berkunjung kemari. Skali lagi maaf :)