Luar negeri dalam bayanganmu…

9 Feb 2015 | Cetusan, Indonesia

blog_globe

Sadar-ngga-sadar, ada banyak stereotipe yang menempel di otak kita tentang ?luar negeri?. Akupun dulu juga begitu. Ada banyak bayangan yang muncul ketika orang bertanya, ?Seperti apakah luar negeri itu??

Bayangan-bayangan itu kita peroleh dari film, buku dan terutama cerita orang-orang yang pernah ke luar negeri yang dipaparkan secara subyektif dan kita olah di dalam benak dengan tak kalah subyektifnya.

Berikut salah beberapa di antaranya.

 

Dingin! Bersalju!

Banyak orang menganggap bahwa luar negeri itu nggak boleh panas dan selalu dingin serta bersalju (kecuali Mekkah).

Padahal di Australia sini misalnya, ketika musim panas tiba, suhunya bisa lebih tinggi daripada suhu di Indonesia. Pernah aku mengalami suhu sepanas 46 derajat lebih lho! (Baca tulisanku tentang pengalaman ini!)

Tak semua ?luar negeri? itu bersalju juga!

Di Australia tidak ada salju kecuali di beberapa gunung itupun hanya saat musim dingin.?(Baca tulisanku lainnya tentang Perlengkapan musim dingin dan Perlengkapan musim panas)

 

Pasti Lebih Maju

Tergantung majunya dalam arti apa, tapi yang pasti kalau pengertian maju-mu adalah pada barang-barang yang jauh lebih bagus atau infrastruktur yang lebih modern, sebenarnya nggak juga.

Banyak negara yang ada di luar Indonesia yang tidak semaju yang dibayangkan. Bahkan banyak negara yang jauh lebih tertinggal dari Indonesia.

Di negara maju seperti di Australia sini, pun kalian masih bisa temui tiang listrik yang terbuat dari kayu dan sudah tampak tua tapi masih dipergunakan.

Sepeda motor petugas pos pun sepeda motor tua yang kutaksir diproduksi pada era 80an. Bandingkan dengan Indonesia, tiang listrik kayu mana ada? Beton semua!

blog_polisi

Sepeda motor petugas pos pun kuyakin jauh lebih muda dari yang dipakai di sini. Malah kemarin kudengar mobil ferrari pun dipakai untuk patroli polisi kan?

Luar biasa! :)

(Bagian ini pernah secara khusus kutulis di sini)

 

Pasti Lebih Kaya

Ngggg? amin sih, kuamini doa kalian tapi pada kenyataannya tak semua yang tinggal di luar negeri itu lebih kaya.

Pendapatan kami memang dollar dan nilai tukarnya dibandingkan rupiah bisa dibilang lumayan. Tapi kami menggunakan uang itu juga dengan perhitungan dollar. Beda misalnya kami digaji dollar dengan standard di sini lalu dipergunakan hidup di Indonesia, mungkin di titik baru terasa kaya.

Tapi itupun tak selalu benar karena nyatanya sekarang ada banyak esekutif kelas menengah ke atas di Jakarta yang gajinya melebihi gaji kami di sini.

Yang jadi masalah bagi Indonesia (dan negara berkembang lainnya) itu sebenarnya bukan ada tidaknya orang kaya di negara tersebut tapi lebih pada perbandingan ada berapa gelintir orang yang sangat kaya dan ada berapa ribu/juta orang yang sangat miskin.

Selebihnya, hidup, dimanapun adanya, tantangannya hanya satu: penuh tantangan!

 

Pasti lebih murah, titip oleh-oleh dong!

Suatu waktu dulu pernah teman bilang, ?Don, kalau pulang ke Indonesia titip oleh-oleh dong!?

?Apa??
?Macbook pro kek atau apa gitu.. kalau murah nanti kutukar duitnya!?

Banyak orang berpikir barang dari luar negeri pasti murah. Padahal justru sebaliknya, di negara maju, barang-barang itu jauh lebih mahal.

Katakanlah itu barang import (dan hampir semua kan made in China jadi pasti import) pasti kena bea pajak masuk, kalau barang mewah lebih gede lagi pajaknya! Katakanlah itu barang asli Australia, harga justru jauh lebih mahal lagi karena biaya labour (pekerja) di sini masih lebih mahal dibandingkan biaya labour di China plus ongkos-ongkos lain yang membebani produk hingga pajak per satuan barang!

Kalau mau titip oleh-oleh pun, itu sebenarnya agak rancu. Aku berpikir terminologi oleh-oleh itu sendiri harusnya dihilangkan seiring perkembangan jaman dimana kalian bisa berbelanja online untuk mendapatkan hal yang tak bisa kalian dapatkan di ‘rumah sendiri’.

 

Keju dan burger? dan mie instan

Aku dulu berpikir tinggal di luar negeri pasti makan keju dan burger.

Padahal tidak juga! Apalagi di negara-negara yang kulturnya dibangun dari ras pendatang seperti Australia dan Amerika, keju dan burger itu hanya salah satu pilihan di antara banyak pilihan khas dari negara-negara pendatang.?Di sini cari chinese food dan thai food jauh lebih mudah ketimbang cari tukang jual steak, keju dan burger.

Lalu bagaimana dengan masakan Indonesia??Dulu aku mengira masakan Indonesia yang beredar paling mie instan dan semua yang serba bisa dihidangkan secara instan lainnya.

Padahal??Tidak semuanya begitu.

Australia mungkin tak adil untuk dijadikan imbangan karena jarak yang dekat dengan Indonesia sehingga mudah untuk mengeskpor bahan baku makanan dari sana.?Tapi kawan lamaku yang tahun lalu meninggal, ia tinggal di San Fransisco dan semasa hidupnya pernah membuka rumah makan khas Indonesia yang cukup punya nama.?Tentu ia tak hanya menjual mie instan dan mungkin tak juga menjual keju dan burger, kan??Coba baca tulisanku ini?atau ini)

Kalian berpikir ini gado-gado yang kubeli di Jogja atau Solo? Bukan! Ini kubeli di Sydney lengkap dengan kerupuk dan  Teh Botol kemasan kotaknya!

Kalian berpikir ini gado-gado yang kubeli di Jogja atau Solo? Bukan! Ini kubeli di Sydney lengkap dengan kerupuk dan Teh Botol kemasan kotaknya!

Sebarluaskan!

3 Komentar

  1. Masih banyak temenku yang berpikiran kalau sekolah di luar negeri itu lebih keren daripada sekolah di dalam negeri. Makanya kemarin ada temen yang nyeselnya udah kaya apaan tau’ gara-gara nggak lolos seleksi ADS. Trus dia membodoh-bodohkan dirinya sendiri karena nggak bisa sekolah S2 di Australia.
    Yaelah!

    Balas
  2. Menurut saya sih kemajuan suatu negara diliat dari tingkat pendidikan dan kesejahteraan rakyatnya dulu. Kalo gedung tinggi dan mewah, siapa juga yang butuh itu. Selain itu, kalo masyarakat suatu negara memandang rendah budayanya sendiri dan muja-muja budaya lain, itu tanda negaranya gak maju. Kok gampang banget dicuci otak dan dijajah sama (pengaruh) bangsa lain. Kesimpulannya, kemerataan dan harga diri yang tinggi, itu tolok ukurnya bagi saya.

    Balas
  3. Banyak orang yang saya kenal beranggapan bahwa ‘luar negeri’ itu hanya US atau Eropa, jadinya beranggapan ‘luar negeri’ itu selalu punya musim salju (kayaknya kebanyakan nonton film Hollywood :D ).

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.