Livetweeting? Pentingkah? Mudahkah?

6 Jan 2010 | Cetusan, Digital

Semula aku ingin menceritakan tentang bagaimana serunya konser Green Day yang kutonton pada 11 Desember 2009 yang lalu, akan tetapi kupikir percuma karena kalian tak kan bisa menemukan sesuatu yang baru dari ceritaku selain dahsyat, dahsyat dan dahsyat :) ?Oleh karenanya, aku berpikir untuk menampilkan ‘sisi lain’ dari konser yang kutonton dengan melego tiket seharga 102 AUD tersebut.
Adalah livetweeting.
Hah? Livetweeting? Makanan apa pula itu?
Livetweeting menurutku adalah istilah terkait dengan peliputan sebuah acara/kejadian/keadaan dengan cara mengirimkan tweet (terjemahan Indonesianya sih kicauan, tapi kok kurang pas ya :p) ke akun website twitter.com secara periodik dan real time.
Lalu kaitannya dengan konser Green Day kemarin?
Ada! Sebelum, selama dan sesudah konser Green Day, aku melakukan pelaporan dengan menggunakan metode livetweeting.
MENGAPA TWITTER?
Ya, mengapa Twitter dan bukannya Facebook atau langsung di blog ini?
Jawaban sederhananya adalah karena Twitter lebih tersegmen untuk penyampaian pesan (tweets) ketimbang mencari teman atau bermain game seperti di Facebook sehingga karakter follower (pengikut akun) di twitter lebih terkonsentrasi pada tweet yang terkirim, bukan pada update foto, berapa jumlah kawan, game apa yang sedang nge-trend dan sebagainya.
Sementara blog tidaklah terlalu tepat untuk mengirimkan pesan secara langsung lebih karena kebanyakan blog memiliki sifat lebih ‘soliloquy‘ alias penyendiri (meminjam istilahnya Paman Tyo di salah satu tulisannya di Koran Tempo) meski mungkin ia memiliki komentator tetap, komunitas serta RSS yang siap terupdate secara real time pula dan diikuti banyak orang.

Kaitan livetweeting, Twitter dan kanal-kanal social media lainnya


Selain komparasi antara Twitter, Facebook serta blog di atas, satu keunggulan Twitter lainnya adalah konektivitasnya yang tinggi dengan kanal-kanal social media seperti Facebook, Myspace, LinkedIn dan blog itu sendiri. Maksudku, dengan menginstall plugin atau memenuhi setting tertentu, kita bisa me-relay tweet kita ke kanal-kanal tersebut di atas secara real time.
APA YANG DIBUTUHKAN?
Jelas kamu butuh akun twitter sehingga kamu diperbolehkan untuk berkicau di sana.
Belum punya? Tinggal bikin di sini, gratis, mudah lagi cepat.
Selain akun, kamu juga butuh gadget/piranti yang terinstalasi aplikasi twitter client serta terkoneksi internet.
Gadget yang kumaksud di sini bisa handphone, blackberry, netbook, notebook.. atau kalau kamu memang mungkin membawa desktop computer, itupun juga bisa :)
Aplikasi twitter client yang kumaksud adalah aplikasi yang terinstall di gadget dan memiliki kemampuan untuk setidaknya mengirimkan tweets ke akun twitter kita (kebanyakan aplikasi ini memiliki kemampuan ganda, mengirim serta menerima tweets yang ada di timeline kita). Tak memiliki aplikasi twitter client tak mengapa, kamu juga bisa mengirim tweets via website langsung.
Jika kamu mobile; gadgetmu tidak tercolok ke sumber listrik AC dan satu-satunya sumber energi adalah batere, sebelum melakukan livetweeting pastikan untuk memiliki sisa daya batere yang lebih dari cukup untuk melakukan livetweeting.
ADAKAH KENDALANYA?
Ada! Banyak malah!
Berdasarkan pengalaman melakukan livetweeting kemarin, kendala terberat adalah panjang teks yang terbatas.
Seperti yang kita tahu, Twitter hingga saat ini hanya memperbolehkan penggunaan 140 karakter untuk sekali pengiriman tweets. Dengan kata lain, panjangnya bahkan 20 karakter lebih pendek ketimbang ukuran standar sebuah SMS.
Koneksi internet juga menjadi sesuatu yang bisa jadi menjengkelkan.
Konser Green Day kemarin diadakan di ruang tertutup, berdinding beton dan ‘miskin’ koneksi internet yang bagus. Padahal, untuk melakukan live tweeting, koneksi internet yang stabil (tak perlu cepat) adalah mutlak diperlukan.
Batere juga merupakan satu hal yang perlu diperhatikan.
Pada saat liputan, aku menggunakan piranti Blackberry Bold 9000 dengan batere standard dan.. adalah menjadi rahasia umum bahwa batere standard BB Bold 9000 itu tak terlalu tahan lama. Hal itu ditambah lagi dengan koneksi internet yang tak terlalu bagus sehingga gadget berusaha semaksimal mungkin untuk selalu mencari (searching) sinyal yang bagus dan hal ini membutuhkan daya batere yang lebih banyak ketimbang biasanya. Aplikasi twitter client yang dipergunakan (aku menggunakan UberTwitter) juga turut mempengaruhi daya tahan batere. Terlebih karena kebanyakan twitter client menuntut aplikasi untuk me-refresh latest updates di timeline kita; hal ini berarti ada koneksi antara gadget dengan server yang berarti pula penggunaan daya batere yang lebih pula.
LALU, BAGAIMANA BAIKNYA?
Dalam ber-livetweeting, berdasarkan pengalamanku kemarin, hal yang terpenting adalah memaksimalkan berita (reportase) dalam minimnya karakter serta keterbatasan-keterbatasan yang ada di atas.
Dalam prakteknya, bisa jadi demikian:
Ketimbang menuliskan “GreenDay memang luar biasa! Tata panggungnya memesona. Ada lebih dari 20 gitar ada di samping panggung kanan-kiri” lebih baik ditulis sebagai “G’day top! Panggung top! 20 gitar di ki-ka panggung!”
Ketimbang menuliskan “Lagu pertama ini judulnya apa ya, kayaknya sih Do You Know the Enemy” lebih baik ditulis sebagai “1st song, D’ u knw the enemy?!?”
Ketimbang menuliskan “American Idiot! Billy Amstrong menarik seorang wanita ke panggung untuk nyanyi bersama” lebih baik ditulis sebagai “American Idiot! Ada ce naik stage nyanyi w/ Billy”
Loh, kalau begitu, tata bahasanya jadi awut-awutan dong?
*Speechless!.. help!!!* Tapi sejujurnya, kalau memang bisa untuk tetap menjaga tidak awut-awutan itu lebih baik kok!
Selain itu penggunaan hash tag (contoh #gdayconcert) juga dianjurkan.
Kenapa? Karena menulis tweet menggunakan hashtag secara otomatis akan membentuk kanal (channel) tersendiri yang mudah di-track oleh follower dengan cara meng-klik hashtag tersebut. Selain itu, follower ataupun pihak luar sesama pemilik akun twitter (biasa disebut tweeps) dengan mudah bisa ikut bergabung menuliskan tweet dalam hashtag yang sama. Semakin banyak penulis tweet menggunakan hashtag yang sama, semakin besar peluang hashtag tersebut menjadi trending topic. Oh ya, atas nama minimnya karakter yang diperbolehkan untuk digunakan dalam sekali tweeting, pemilihan hashtag janganlah pula terlalu panjang.
Livetweeting memang menyenangkan namun ingat bahwa setiap tweet yang kita kirimkan bisa berarti informasi yang berguna, bisa pula berarti sampah bagi orang lain.?Memahami prinsip ini kupikir akan membuat kita berpikir berulang-ulang sebelum meluncurkan tweet ke timeline kita.
Mengenai penyertaan gambar, sejauh kita bisa mengatur besar kompresi filenya, menganalisa seberapa kuat koneksi internet serta berapa lama sisa baterei sebelum habis, akan menjadi satu nilai tambah yang luar biasa. Tapi kalau tak yakin dengan semua syarat yang kusebutkan, mending tak perlu mengirimkan bahkan tak perlu pula menjepret karena ini mempengaruhi borosnya batere atau alternatif lain, jepretlah dengan gadget lainnya.
Oh ya, last but no the least, jangan lupa set auto-update pada periode waktu yang terbesar yang termungkin software twitter client, karena seperti yang kutulis di bagian KENDALA di atas, semakin sering kamu meminta aplikasi twitter client untuk melakukan refresh, semakin boros pula daya batere yang dibutuhkan.
KESIMPULAN
Mungkin ini terlalu pagi karena hanya berdasarkan satu kali pengalaman, tapi jika harus membuat sebuah pernyataan yang bisa dijadikan ‘muara’, ?penggunaan livetweeting dalam peliputan seperti kemarin sangatlah bermanfaat jika kita memang ingin memberikan laporan langsung dan memberikan update demi update secara periodik.

LiveTweeting PLUS Blogging! Superr! :))


Akan tetapi, untuk lebih membantu follower serta orang lain diluar lingkup Twitter itu sendiri, ada baiknya jika kita tak hanya melakukan livetweeting namun mengkombinasikannya dengan media penulisan yang lebih ‘lebar lagi leluasa’ seperti blog contohnya. Sinergi antar keduanya bisa dilukiskan sebagai demikian; menyampaikan inti acara dengan listing hal-hal penting via twitter (livetweeting) lalu di akhir livetweeting diimbuhkan kata-kata “Untuk lebih lanjut, silakan check blog dua hari sesudah sekarang”.

Ilustrasi 'kerjasama' tweets dan blog post. Jelas?


Sambil menyelam minum air… sambil ber-livetweeting skaligus iklan blog gratis :)
Apa salahnya?

Sebarluaskan!

26 Komentar

  1. Ide bagus, khususnya buat twitter hehehe…
    Kalau aku sendiri kurang enjoy dng twitter, walaupun aku bisa menikmati livetweeting.
    Bagaimanapun namanya live itu up to date tetapi paling enak selalu didukung dokumentasi yang fixed, nah itulah kelemahan twitter dari zaman baheula hehehe… Tetapi untuk saling mentautkan ke jejaring sosial lainnya, memang acung jempol :)

    Balas
    • Sebentar, Fem…
      kamu bilang ‘paling enak’ tapi kamu bilang ‘kurang enjoy’ untuk satu hal yang sama.. mana yang benar? hehehe :))

      Balas
      • kan dibilang untuk mentautkan paling enak tweeting,
        aku juga bisa nikmati livetweeting dari blogmu atau fb,
        karena kurang nyaman kalau di tweeter…
        ntah ngelihat tulisan2 begitu mataku jadi sepet kadang2 :D kadang bisa pusing juga… :) aku gak pernah bisa bertahan lama lihat tweeter, bahkan sekarang fb pun juga begitu :D
        aku juga blom bisa bayangin kalau pakai BB atau HP untuk tweeter karena aku online pakek fasilitas itu saja buat aku sangat melelahkan wkwkwkwkwk…
        beda-beda oranglah :)

        Balas
        • Oh.. gitu maksudmu.. baru ngeh..:)
          Tapi twitter kan ngga harus via web, bisa juga pake client software semacam Tweetdeck misalnya.. jauh lebih nyaman :)

          Balas
          • nah itu dia aku ndak punya hiks hiks… blom expore, mungkin karena udah gak sanggup menahan beban informasi yang masuk hahahaha

            Balas
            • saking bingungnya nulis akun twitter jadi tweeter… halah… ya udah ntar aku coba software-nya ya hahahaha

              Balas
      • Film lama itu lho, orang ilmuwan cewek yang memburu angin tornado memakai kaleng kaleng pepsi – Twiter. :D

        Balas
  2. Rajin bener sampai live tweeting. Aku malah lebih tertarik baca istilah2 bahasa indonesia nya di artikel mu, seperti akun misalnya, itu istilahmu atau memang bhs indo nya begitu?

    Balas
    • Bukan soal rajinnya tapi soal bagaimana menyatunya diri kita dengan internet :))
      Soal bahasa, skarang ini banyak sekali istilah asing untuk dunia IT yang diserap Bahasa Indonesia.
      Beberapa ada yang ‘bagus’ tapi beberapa terkesan ‘dipaksakan’..
      Coba cari di Google :)

      Balas
  3. LiveTweeting, FLOOOOD !! hahaha.
    kalau internet koneksi lumayan cepat dan stabil, sekalian aja streaming webcam live don :D (bisa gak ya stream live via smartphone?)
    —-
    Ketimbang menuliskan ?GreenDay memang luar biasa! Tata panggungnya memesona. Ada lebih dari 20 gitar ada di samping panggung kanan-kiri? lebih baik ditulis sebagai ?DEKORASINYA SINTING!!?
    Ketimbang menuliskan ?American Idiot! Billy Amstrong menarik seorang wanita ke panggung untuk nyanyi bersama? lebih baik ditulis sebagai ?BILLY MEGANG2 CEWEK OMG!?
    “Dahsyat!”
    “Keren!”
    “Uwahhh, menyilaukan!”
    kekeke, anyway,
    tulisan yang bagus sebagai “Cara mengeSPAM dengan baik dan beraturan” hehehe.

    Balas
    • Hahahaha.. livetweet = flood? EMBERRR :))
      Pilihan kata-katamu itu memang singkat tapi nggak informatif..
      sbagai seorang spamer, kita harus menginformasikan spam kita dengan baik hahahahahahaha!

      Balas
  4. akhir2 ini saya juga lagi demen livetweeting, masbro. tapi untuk hal2 gak penting ajah.. hehehe..

    Balas
    • Ah, semua hal bisa dianggap penting kok, Mas Dab :)

      Balas
  5. aku gak begitu suka twett mas…
    dulu aku pernah ikutan plurk…tapi kok kayaknya gak enjoyya :D
    nah kalau twet ini…gak tertarik!

    Balas
    • Hahahaha, nggak smua orang suka Twitter karena memang sisi kenarsisan dari kita yang diekspos melalui Twitter agak kurang… Aku menikmati karena selain berbagi status (tweet), kita juga bisa dapet banyak skali info berguna dari Tweeps yang kita ikuti..:)

      Balas
  6. kok engk jadi mas? Greenday adalah band favorite ku….kapan2 dipostingkan ya plus foto2 nya…

    Balas
    • Kehebatan GreenDay nggak bisa diungkap dengan kata-kata… hanya satu kata: DAHSYAT :)

      Balas
  7. Aku juga nggak punya akun Twitter, Don. Haduh, kapan le arep ngopeni? FB wae jarang banget dibuka. Punya blog satu sudah bikin aku keponthal-ponthal (halah! sok sibuk banget yo …? padahal mung mergo ora iso me-menej wektu ya’e … :( ).

    Balas
    • Bu, sakjane menyatukan Twitter dengan Facebook bahkan dengan blog sekarang ini memungkinkan kok.. Ayo gek ndhang digawe! :))

      Balas
  8. Twitter emang ga laku di indonesia coz ga bisa narsis, sangat tidak cocok dengan karakter penduduk bangsa ini yang kebanyakan narsis dan pengen terkenal cepat secara instan. Hehehehe..

    Balas
  9. teknologi mah biasa..sekarang dibatasi..ntar aja bakalan bebas ngetik ampe 1 halaman kalee..heee..

    Balas
  10. weittsss…artikele ngeri, wis koyo Ono W Purbo wae sing nulis, kekkekekekekekekeke

    Balas
  11. saya beberapa kali melakukan livetweet seperti ini. Biasanya ketika siaran MotoGP. Tambahan kendala bagi saya adalah gangguan orang lain (si kecil) ketika ngetwit.
    Di akun @stpnusadua juga beberapa kali bikin livetwit kegiatan seperti wisuda, upacara, dll.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.