Apa sikap terbaik sebagai seorang Katolik dan seorang Warga Negara Indonesia ketika menghadapi pesta demokrasi lima tahun sekali, 17 April 2019 mendatang?
Bagiku, berikut ini adalah sikap-sikap terbaik yang layak kalian pertimbangkan sebelum menuju ke TPS guna mencoblos dalam Pilpres dan Pileg yang untuk pertama kalinya akan diadakan secara serentak itu.
Pilih yang membantu kita menjalankan Janji Baptis
Baptis adalah tanda iman. Sebagai orang beriman, ketika dibaptis kita berjanji di hadapan Allah untuk menolak dan menjalankan hal-hal yang telah ditetapkan. Janji-janji itu bukan omong kosong tapi hal yang harus dijalankan sepenuh hati sepanjang hidup. Maka memilih dalam Pilpres dan Pileg pun harus merujuk pada pelaksanaan janji itu.

Apa saja janji-janji itu?
Janji menolak setan dan perbuatan-perbuatannya. Memilih pemimpin dan anggota legislatif yang korupsi adalah wujud pelanggaran janji ini. Korupsi adalah manifestasi perbuatan setan apapun alasannya!
Janji mengabdi Allah dalam Gereja Katolik yang kudus. Pilihlah mereka yang memberikan jaminan sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya kepada kita untuk tetap bisa menjalankan iman dan ibadah kita dalam Gereja Katolik yang kudus.
Janji menolak kejahatan dalam diri sendiri dan masyarakat. Pilihlah mereka yang secara serius membantu membasmi kejahatan melalui jalan-jalan yang bermartabat.
Janji menolak godaan-godaan setan dalam bentuk takhayul, perjudian dan hiburan tak sehat. Pilihlah juga mereka yang tak melegalkan prostitusi serta perjudian!
Janji menolak segala tindakan dan kebiasaan tidak adil dan tak jujur yang melanggar hak-hak asasi manusia. Pilihlah mereka yang bukan penculik, yang bukan melindungi para pelanggar HAM juga bukan pemimpin yang ingkar janji untuk meringkus para penculik dan menghukum para pelanggar HAM.
Pertinyiinyi sekarang adalah, adakah pilihan yang seperti itu?
Hampir dipastikan tidak ada! Mana ada manusia sesempurna itu? Tapi pemilihan memang bukan mencari yang sempurna. Konsepnya adalah mencari yang terbaik dari yang terburuk.
Pemilu nggak hanya Pilpres tapi juga Pileg

Banyak yang sudah menentukan pilihan dalam Pilpres tapi tak sedikit yang masih bingung siapa yang harus dipilih dalam Pileg (Pemilihan anggota legislatif)? Pentingkah Pileg?
Ya jelas penting. Ingatlah dalam sistem kenegaraan kita, pihak eksekutif (Presiden) akan selalu memerlukan persetujuan DPR (legislatif) dalam menentukan banyak hal terkait tata perundang-undangan.
Jadi jangan keburu senang kalau pilihan capresmu yang menang tapi anggota parlemen dipenuhi mereka yang ?nggak bener karena kamu tidak tahu pilihan yang bener. Apalah gunanya punya presiden yang keren kalau setiap mengajukan hal-hal keren selalu ditampik parlemen yang isinya memang gak terlalu keren, kan?
Kenali Calon Kenali Kawan-kawannya
‘Tak kenal maka tak sayang’ adalah pepatah yang layak kita pakai dalam mengikuti Pilpres dan Pileg.? Kita harus kenal sedalam yang kita bisa. Usaha untuk mengenal perlu tenaga dan strategi.

Mengharapkan kenal calon dari media-media yang ?nggak jelas adalah sama halnya seperti kita disuruh mencari cincin yang hilang di selokan yang penuh sampah. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari media yang tepercaya (meski sekarang makin sulit mencarinya).
Oh ya, jangan lupa kenali juga kawan-kawan sekoalisinya! Banyak calon yang maju karena dukungan kawan-kawan sekoalisinya. Dukungan itu kebanyakan tak bersifat cuma-cuma meski ngakunya demikian. Selalu ada timbal-balik ?nanti kalau sudah menang?.
Jangan memilih hanya karena faktor agamanya saja

Jangan memilih hanya karena kita merasa si calon akan terbuka dan berpihak kepada kita. Jangan pula tak memiliih karena kita merasa si calon dan kawan-kawannya tampak seolah tak bersahabat dengan kita.
Kenapa? Dalam kampanye Pilpres/Pileg kali ini, isu agama dipergunakan sebegitu terbuka nan seronok untuk alat meraih kemenangan! Mereka berlomba-lomba mendekati kelompok-kelompok beragama untuk mendapatkan suara dari mereka.
Jangan larut dalam permainan mereka.
Jangan Golput tapi hormatilah yang golput

Hajatan Pemilu adalah hajatan mahal yang diadakan oleh negara. Kita diundang untuk memilih, itulah partisipasi kita sebagai warga negara.
Tapi sepengen-pengennya kalian supaya yang dijagokan menang, jangan pernah merendahkan mereka yang memilih berada di jalur Golput alias tidak memilih.
Kalian bisa bilang bahwa dengan golput maka kita memperbesar kemungkinan mereka yang tak kompeten untuk terpilih. Kalian bisa bilang bahwa dengan golput maka mereka yang golput itu tidak punya andil dalam kemajuan bangsa setidaknya lima tahun ke depan.
Tapi ada orang yang patah hati atas janji seseorang untuk menuntaskan kasus suaminya yang mati diracun karena membela HAM? Sementara pasangan sebelah adalah orang yang ditengarai kuat menculik kawan-kawan almarhum suaminya? kalian bisa bilang apa pada orang seperti dia yang lantas memutuskan untuk memilih tidak memilih? Hormati saja!
Selamat memilih, Tuhan memberkati!
0 Komentar