Lima belas tahun meninggalkan Indonesia: menjadi manusia yang lebih baik lagi

31 Okt 2023 | Aku, Cetusan

Hari ini, lima belas tahun lalu adalah hari terakhirku tinggal di Indonesia. Diantar almh. Mama dan almh. Tante In (aku memanggilnya Mbak In), aku dan Joyce berangkat dari Bandara Soekarno Hatta, transit di Bali untuk kemudian terbang ke Sydney, Australia menetap hingga sekarang dan barangkali untuk selama hayat dikandung badan.

Aku ingat dalam tulisan terakhir yang kubuat sehari sebelumnya, di blog ini, aku menulis begini,

Percayalah, jangankan kalian, akupun tak tahu secara tepat dan pasti kecuali satu hal yang kusebutkan di atas tadi: menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih baik lagi. Aku melihat sinar dan aku menuju ke sana! Selamat tinggal, Indonesia! (Akhir Pergumulan Tentang Kepergianku, 29/10/2008)

Waktu itu, apa yang kutulis adalah apa yang sejatinya memang benar-benar kurasakan!

Penganten baru, tanpa pekerjaan. Memang aku membawa uang tapi habis tandas dalam dua bulan saja. 

Terlalu percaya diri? Tidak! Lebih tepatnya, aku percaya Tuhan! Peganganku waktu itu hanya satu, hidup untuk keluargaku karena itu adalah janjiku kepadaNya di depan altar ketika menikah beberapa hari sebelum kepindahanku ke Sydney.

Lima belas tahun berlalu, aku terus berusaha menepati janjiku dan nyatanya janji Tuhan pun selalu penuh terhadapku.

Hidup di Sydney bukannya tanpa hambatan. Yang namanya masalah selalu muncul di setiap waktu. Yang namanya jatuh-bangun menghiasi hari-minggu, bulan dan tahun demi tahun yang kulewati. Tapi penyertaan Tuhan adalah tiada henti. KasihNya bertubi-tubi dan meyakinkanku Ia selalu akan ada di sini, di hati ini dan di keluarga ini sampai nanti, sampai mati.

Semakin hari aku semakin membuktikan bahwa hidup ini adalah menuju kebaikan yang lebih dan lebih hingga suatu waktu ketika kita menengok ke belakang, semuanya membentuk sebuah simfoni terbaik yang Tuhan beri.

Pagi tadi sebelum mulai kerja, aku membuka kotak di lemari bajuku. Di dalamnya tersimpan rapi: celana, sepatu, topi, kaos, ikat pinggang, jam tangan serta tiket bagasi pesawat yang kupakai lima belas tahun lalu untuk meninggalkan Indonesia menuju Australia.

Mengenakannya seharian sebagai wujud syukur sekaligus sarana mengenang apa yang aku putuskan lima belas tahun lalu, yang kemudian kujalani: menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi!

Sebarluaskan!

2 Komentar

  1. Menarik. Artefak keberangkatan masih disimpan. 👍💐

    Balas
    • Dan beberapa masih kupakai sehari-hari: jam suunto dan sabuk. topi sesekali. Kaos dan celana serta sepatu kusimpan karena udah mulai turun kualitasnya.

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.