Libertaria dan koruptor jancuk!

3 Jun 2016 | Bunyi Yang Kudengar

Dari sisi musik, Libertaria sebenarnya tidak jauh beda dengan banyak lagu/album diskodut (disko dangdut) yang banyak dijual para penjual kaset yang menggelar lapak di trotoar Pasar Tumenggungan Kebumen saat kukecil dulu.

Tapi hal ini justru seolah jadi playground yang asik bagi Marzuki Muhammad a.k.a Kill The DJ dan kawan-kawan di Libertaria untuk bermain kata-kata menyampaikan pesan melalui lirik yang kaya makna, membuat album ini jadi menarik.

Kuncinya kupikir pada pilihan diksi nan sederhana. Ia menghindarkan kita dari pretensi, semua lugas apa adanya.

Album ini memang bukan tentang bagaimana cara nembak cewek atau nguri-uri percintaan sepasang kekasih. Ini lebih bicara tentang bagaimana memandang hidup dari sisi lain yang kadang dianggap remeh-temeh oleh mainstream. Tentang bau penguk karena solar dan keringat para sopir truk, kesenian ?jalanan? organ tunggal, miras oplosan dan lainnya.

Jadi jangan kaget menemui kata ?jancuk? pada lagu Orang Miskin Dilarang Mabuk yang dibawakan Farid Stevy.

Orang miskin mati minum oplosan
Politisi busuk mabuk kekuasaan
Bangsa munafik koruptor jancuk
orang miskin kok dilarang mabuk

Ini adalah track yang paling kusuka dari album ini. Kasar, tapi memangnya ada kata yang lebih halus dan pantas untuk disematkan pada koruptor? Ada?

Track ini berkelakar tentang kepongahan penguasa yang meluluskan peraturan anti miras. Alih-alih membawa perubahan moral yang lebih baik, pelarangan minuman keras di tingkat akar rumput malah membawa konsekuensi buruk bagi orang miskin yang butuh ?kanalisasi?. Mereka mengkonsumsi oplosan murahan lalu mati.

Beda dengan orang kaya, tinggal datang ke tempat-tempat mahal dan ?buka botol? import. Tumpul ke atas, tajam ke bawah? Nah itu dia!

Aku juga suka dengan track Jalur Pantura.?Romantisme ala supir truk di jalur sisi utara pulau Jawa berhasil dikulik secara manis di sini.

Liriknya natural menandakan proses kreatif terciptanya lirik ini juga melalui observasi lapangan yang mengakar.

Demi dapur ngepul ikhtiar jarang pulang
Dengan diiringi restu dari ibu madhep mantep tak pancal gasku

Demit ora ndhulit, setan ora doyan, semoga selamat sampai tujuan

Putus cinta itu soal biasa, kalau putus rem nya mati-matilah kita

Banyak istilah Jawanya? Ya kan mereka memang dari Jogja dan beruntung yang nyanyi, Paksi Raras, juga penyanyi Jogja jadi medhoknya benar-benar terasa.

Keterbalikan moral dan sosial jadi bahan tertawaan di lagu ini. Stereotipikal ‘warung remang-remang’ yang identik dengan prostitusi ditabrakkan dengan ?ikhtiar? dan ?doa restu ibu?.

‘Bau solar’ dan ‘keringat’ yang kalian bisa bayangkan seperti apa aromanya, dijejerkan dengan koruptor yang dalam bayangan kita adalah hidup dalam kelimpahan, wangi, dan gelontoran AC di kamar dan lobi hotel.

Mata sepet lelah melihat jalanan butuh hiburan mampir warung remang2-remang.

Badan bau solar ditambah campur kringet, hidup memang harus sabar dan ulet?lebih mulia daripada korupsi jelek-jelek hasil keringat sendiri?

Hadirnya Riris Arsita yang konon adalah memang penyanyi dangdut organ tunggal dalam album ini membawa nuansa dangdut benar-benar terasa, bukan sekadar album sok kedangdut-dangdutan saja.

Ia, kalau boleh kuistilahkan, menjadi tulang punggung album ini. Karakter suaranya menggemaskan. Genit, empuk dan cengkok dangdutnya lumayan.

Coba simak bagaimana ia berdendang di Citra itu mahal. Lagu ini renyah bertutur tentang pencitraan di era digital. Tentang bagaimana orang berlomba-lomba untuk tampak lebih baik dan cantik daripada aslinya meski untuk itu mereka harus menggunakan ongkos mahal.

Citra itu mahal cantik itu luka
Hidup sibuk untuk mengejar yang fana
Jika memang bahagia itu sederhana, jadilah dirimu sendiri apa adanya.

Track yang menarik perhatianku meski bukan favorit adalah yang dijadikan title album, Kewer-kewer.

Single ini berpotensi jadi hype lewat ?Goyang Kewer-kewer?-nya.?Flashmob ?Goyang Kewer-kewer? bukannya tak mungkin bisa marak dimana-mana.

Konon kawan-kawan Libertaria secara khusus bereksplorasi dan menggelar workshop untuk mendapatkan goyangan khas ?kewer-kewer?. VIdeo ?tutorial? goyang kewer-kewer pun tak lupa dibuat dan dipublikasikan.

Secara umum, album ini adalah oase menarik di tengah iklim industri musik di Tanah Air yang senyap.

Meski materi dibagikan cuma-cuma di situs mereka, Libertaria.ID, aku menyarankan sebagai langkah apresiasi, simaklah album ini dari Apple Music yang kuyakin lebih mendatangkan upah bagi para senimannya.

Itung-itung bantu buat urunan beli anggur kolesom supaya karya berikutnya makin gahar lagi.

Top!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.