Namanya Lex De Praxis. Waktu pertama kali kudengar sekitar lima tahun silam, yang terbayang olehku pertama kali adalah musuh Superman nan legendaris, Lex Luthor. Kalau kamu tak percaya bahwa itu bukan nama lahirnya, kamu tak sendiriandan itu memang benar adanya!
Aku mengenalnya sejak ia belum menggunakan nama baru itu. Tak penting untuk kusebut siapa namanya sebelum ini, tapi yang terpenting adalah kami dulu sangat akrab dalam berdebat soal iman dan agama di salah satu forum online yang ia buat sendiri, pertengahan dekade silam. Saking akrabnya dalam debat dan diskusi, pernah suatu waktu kami memutuskan bertemu di sebuah coffee shop di bilangan Jakarta Barat; sebuah tempat yang pernah kami sebut sebagai gereja karena di sana pun kami memuliakan Tuhan melalui perdebatan, melalui kata-kata.
Tapi waktu lalu berlalu.
Beberapa tahun sesudah tak berhubungan karena satu dan lain hal, tiba-tiba dia nongol sebagai Lex De Praxis itu tadi. Seorang pakar cinta yang bersama kawan-kawannya yang juga tak lain adalah kawan-kawan debatku dulu di forum yang sama, yang mendirikan Hitman System, sesuatu yang olehku sendiri kuartikan sebagai balai konsultasi dan penunjuk arah mereka yang ‘lost’ dalam dunia percintaan!
Hingga januari silam, dalam sebuah ‘percakapan’ di timeline Twitter dengannya muncul hasrat untuk meng-interview Si Lex ini. “Soal cinta!” jawabku ketika ia bertanya mau ngomongin soal apa. Lalu jadilah tulisan ini.
Nah, bagaimana pendapat Si Pakar Cinta, Lex De Praxis soal cinta dan utamanya terkait dengan Hari Valentine yang perasaan tiap tahun makin dihormati sebagai hari yang kontroversial ketimbang hari cinta kasih ini, simak penjelasannya! Demi keutuhan pesan yang dibawakan Lex, aku sengaja tak memotong terlalu banyak ulasannya, jadi kalau terlalu panjang lebih baik ditinggalkan saja tulisan ini.. dengan penuh cinta :)
Lex, banyak orang meributkan Hari Valentine? Ada yang bilang itu budaya kafir, ada yang bilang itu nggak sesuai dengan budaya bangsa kita. Pendapatmu?
Saya merasa keributan tentang ‘kepemilikan’ budaya Hari Valentine bisa dianggap berlebihan, kalau tidak menggelikan. Sebagian orang sedemikian insecure-nya hingga menyatakan bahwa Hari Valentine adalah budaya (milik orang) barat, atau bahwa Hari Valentine adalah budaya (milik komunitas) kristiani, atau bahwa Hari Valentine adalah budaya (milik tradisi) pagan Romawi, dsb.
“Indonesia adalah bangsa yang (sudah) cemar dan perlu terus dicemari oleh budaya-budaya (bangsa) lain agar kode genetik Indonesia tetap terus terbawa hingga ribuan tahun mendatang, bukannya tercatat sebagai bangsa yang pernah ada.”
Saat ini kita tinggal di era perkampungan digital di mana mindset ‘Us vs Them’ sudah selayaknya jadi susu cair yang dibuang karena amis kental kadaluarsa. Persepsi sempit ala puritanisme demikian tidak lebih dari ekspresi ketakutan bahwa sebuah entitas akan mati lenyap jika bersentuhan dengan entitas asing. Padahal justru sebaliknya, kita harus cukup tercemari dengan organisme lain untuk memastikan kelangsungan generasi berikutnya yang sudah teradaptasi dengan lebih sempurna. Indonesia adalah bangsa yang (sudah) cemar dan perlu terus dicemari oleh budaya-budaya (bangsa) lain agar kode genetik Indonesia tetap terus terbawa hingga ribuan tahun mendatang, bukannya tercatat sebagai bangsa yang pernah ada.
Nah, dalam prespektif modern, sebenarnya ‘sah’ nggak Hari Valentine itu dirayakan, terlepas dari mana ia berasal?
Sebagai sebuah hari perayaan, saya merasa Hari Valentine sah-sah saja. Manusia selalu menciptakan ritual simbolisme demi membuat hidup lebih bermakna, indah, ataupun sekedar memecah rutinitas keseharian yang begitu-begitu saja. Seperti penulis buku MoonWalking With Einstein, Joshua Foer, bilang, “Our lives are the sum of our memories,” simbolisme adalah mekanisme otak kita untuk merekam memori kehidupan tersebut. Jadi jika untuk keperluan itu kita jadi menciptakan festival Hari Valentine, sekali lagi saya pikir itu bisa dimaklumi, bahkan sangat berguna sebagai (salah satu) momen katarsis dalam membina hubungan. Bagi saya Hari Valentine itu sama bergunanya (sekaligus juga sama konyolnya) dengan perayaan tanggal jadian, tanggal pernikahan, dan segudang penanggalan arbitrer lainnya. Hari Valentine adalah hari yang disepakati bersama untuk menghiperbolakan arti cinta; sepanjang kesepakatan itu terjadi tanpa paksaan ataupun dijadikan standar kewajiban, saya mendukung berbagai kenorakan dan kegilaan yang dilakukan secara sadar pada hari tersebut. Kata kuncinya adalah kesadaran dari para pihak-pihak yang terlibat, yaitu bahwa aktivitas Hari Valentine itu hanyalah bentuk perayaan hubungan bukannya persyaratan hubungan.
Hmmmm *manggut-manggut* Lalu?
Having said that, saya harus akui juga masih sedikit sekali pribadi/pasangan yang mampu merayakan Hari Valentine sebagaimana kriteria yang baru saya sebutkan di atas. Seperti sudah saya tulis di sini, Hari Valentine seringkali jadi hari pembantaian cinta besar-besaran. Itu terjadi karena kebanyakan orang menjalani Hari Valentine sebagai sebuah program / aplikasi otomatis yang dijalani tanpa disadari maknanya. Berikut adalah deskripsi Hari Valentine yang saya tulis tahun 2006 dulu dengan sok gaya ucapan ala The Architect dalam film The Matrix: “So what is Valentine Day? Valentine Day is the matrix, a systemic mind program built to simulate a perfect 24 human hours time for transfigurating the consequence of the grotesqueries imperfection of love inherent in every human actions throughout the whole 364 days. While this program functioned, it is fundamentally flawed, thus creating the otherwise contradictory systemic abuse to the free-will of every human couple. Those that refuse the VD program would constitute an escalating probability of feeling unworthiness and incompleteness in their love life. Ergo, failure to comply with this program will result in a cataclysmic decline of intimacy, coupled with the extermination of belongness, that will result in the extinction of the whole ongoing relationship.”
Kesimpulanmu? Salah atau benar perayaan Valentine Day itu?
Jadi menutup dengan klise seklise-klisenya, perayaan Hari Valentine sih tidak salah.. hanya kebanyakan para pelakunya saja yang salah. :D
OK, tapi yang menarik soal Hari Valentine ini, mereka yang biasa merayakan Hari Valentine juga kerap mengacungkan telunjuk ke mereka yang tidak setuju sebagai pihak yang mengenal kasih sayang, hiperbola juga ya?
Orang-yang-merayakan-hari-Valentine tapi menyebut orang-yang-tidakmerayakan-hari-Valentine sebagai orang-yang-tidak-mengenal-kasih-sayang adalah orang-yang-merendahkan-dan-menodai-perayaan-hari-Valentine. Itu adalah respon hiperbola saya untuk kehiperbolaan orang-orang yang demikian. Pro dan kontra akan selalu ada, dan biarlah pria dan wanita yang miskin cinta sibuk meributkan tentang kelayakan perayaan hari Valentine.
“…biarlah pria dan wanita yang miskin cinta sibuk meributkan tentang kelayakan perayaan hari Valentine.”
Sekarang ke hal yang lebih dalam lagi, sebenarnya dalam kaitan antara cowok dan cewek, cinta itu apa?
Bagi saya cinta bisa dibedah lewat berbagai kacamata. Religi memandang cinta sebagai bentuk ekspresi kekuatan agung yang indah suci antar manusia, sesamanya, dan figur sembahannya. Politik dan ekonomi memandang cinta sebagai bentuk negosiasi kapital demi keperluan tertentu. Kesusasteraan populer memandang cinta sebagai bentuk fantasi yang berbunga-bunga demi memberikan harapan bagi realita yang tidak sebegitu indahnya. Masih ada banyak kacamata lainnya. Salah satunya adalah apa sudah saya lakukan selama sepuluh terakhir ini lewat HitmanSystem.com, yaitu menawarkan cinta yang ditelisik secara keilmuan dan pemahaman yang sistematis. Salah satu definisi cinta yang selalu saya ajarkan? adalah rasa kelekatan yang timbul akibat dari pengaliran sumber daya pribadi pada satu individu tertentu. Dalam bahasa sehari-hari, semakin kita menghabiskan banyak investasi waktu, tenaga, uang, dan hal-hal lainnya terhadap seseorang, semakin kita akan merasa tertarik/suka/cinta/sayang pada orang tersebut. Sekalipun mungkin awalnya tidak ada ketertarikan apa-apa, jika Anda terus menghabiskan banyak hal dengannya, cepat atau lambat hati Anda akan memiliki perasaan khusus padanya.
“Hubungan cinta antara pria-wanita merupakan siklus aksi-reaksi yang harus berputar agar kedua pihaknya terus bisa merasakan kenikmatan/keindahannya.”
Ditelaah dari sudut lain, cinta adalah sebuah aksi alias pekerjaan dan RASA cinta adalah REAKSI dari pekerjaan yang dilakukan itu. Hubungan cinta antara pria-wanita merupakan siklus aksi-reaksi yang harus berputar agar kedua pihaknya terus bisa merasakan kenikmatan/keindahannya. Itu berarti dalam sebuah hubungan cinta yang baik sewajarnya berisi banyak repetisi, banyak eskalasi, dan banyak juga gelombang naik-turun hingga akhirnya hubungan itu sendiri jadi seolah ada kesadarannya sendiri. Seperti entitas yang hidup, bernafas, dan memiliki dinamik emosinya sendiri. Pria dan wanita ketika berhubungan cinta tidak menghasilkan satu pribadi yang menyatu, melainkan tetap dua pribadi dan malah bertambah satu lagi: yaitu pribadi si pria, si wanita, dan si siklus hubungan itu sendiri.
Makanya orang-orang sering menyebut bahwa hubungan itu perlu dijaga. Untuk semakin memperlengkapi kedua pemahaman di atas, saya juga selalu mendefinisikan cinta sebagai sebuah koktil biokimia . Jantung yang berdebar-debar, panik dan rileks datang silih berganti, telapak tangan basah, energik, sulit tidur, hilang nafsu makan, dsb adalah sebagian yang terjadi saat jatuh cinta akibat banjirnya dopamine, norepinephrine dan phenylethylamine dalam tubuh. Lalu rasa sayang yang lebih intens, mengikat, bahkan mencandu timbul berkat unsur oxytocin, vasopressin, dan endorphin yang terpicu oleh sentuhan fisik dan aktivitas seks. Itu hanya sebagian kecil saja, masih ada banyak elemen kimia lainnya. Jadi ketika orang bilang cinta itu buta, sungguh itu adalah metafor yang sangat tepat karena kesadaran kita sedang dikabutkan oleh kemabukan kimia tubuh.
Hanya karena saya sudah membedah cinta hingga sedetil demikian, bukan berarti cinta kehilangan makna maupun keindahannya. Saat saya jatuh cinta ataupun mencintai seseorang, saya menikmati keagungan keilahian rasanya, terhanyut dalam kenikmatan geloranya sama persis seperti orang-orang lain. Tapi tidak berhenti di situ saja. Semua keilmuan cinta yang saya jelaskan tadi itu membuat saya memahami secara persis apa yang sebenarnya terjadi dalam hubungan cinta di tananan psikososial dan biopsikologi diri. Memahami cinta membuat saya jadi lebih mengagumi dan menghargai manusia.
Wow sekali penjelasanmu, Lex! Pantas orang banyak bilang kamu itu Pakar Cinta?!
Ah, Pakar Cinta itu sekedar label yang tidak berarti, sama seperti Dokter Cinta, Profesor Cinta, Provokator Cinta, Nabi Cinta, Pengendali Cinta, dsb yang datang silih berganti diucapkan oleh teman-teman terkait tema yang sedang saya bicarakan di Twitter. Saya sih lebih suka dengan istilah Edukator Cinta, karena itu jauh lebih cocok dengan visi dan misi saya dalam Hitman System. Terlepas dari label-label tersebut, kepakaran saya dalam hal cinta bukan berarti saya mengetahui segala sesuatu tentang cinta. Label tersebut hanya berarti saya lebih fokus, lebih serius, dan tentunya meluangkan waktu yang sangat lebih banyak untuk mempelajari seluk-beluk dinamika hubungan cinta.
Menurut Dr. K. Anders Ericsson, seorang profesor psikologi di Florida State University, seseorang perlu mempelajari sesuatu setidaknya 10,000 jam untuk memiliki kualitas ‘jagoan’, ‘luar biasa’, dan ‘jenius’ di bidangnya masing-masing. Walau Hitman System berdiri di 13 Februari 2006, semua pengamatan, riset dan eksperimennya sudah saya mulai dari empat tahun sebelumnya. Anggap saja secara kasar saya menghabiskan waktu 5 jam per hari untuk ‘membedah cinta’ (padahal realitanya saya hampir menghabiskan seharian penuh untuk ‘ngulik’ cinta-cintaan) semenjak tahun 2002, maka kira-kira di bulan Juni 2007 saya sudah menembus angka 10,000 jam tersebut.
Berarti loe jagoan dong?!
Rasanya tidak. Sebut saja saya sebagai orang yang bisa memahami cinta jauh lebih banyak daripada orang pada umumnya. Dan jelas semua ‘jam terbang’ itu membuat saya semakin percaya diri dalam menangani kasus-kasus cinta yang makin ke sini makin ‘miris, ngeri dan ada-ada aja’ kejadiannya. Sudah belasan ribu jam memahami cinta seperti itu pun bukan berarti saya bisa terbebas terlindungi dari hubungan yang ‘miris, ngeri, dan ada-ada aja’ itu. Saya tetap kadang tergelincir dan terjebak dalam percintaan yang demikian, bahkan pernah menjadi korban kekerasan fisik dan mental dari seorang wanita yang pada saat itu adalah kekasih saya. Justru berbagai pengalaman jatuh-bangun (dalam arti sebenarnya!) itulah yang membuat saya semakin PD se-PD-PD-nya menekuni profesi sebagai edukator cinta ini.
Hahaha, ok dua terakhir yang agak pribadi! Pertama, nama asli kamu itu sebenarnya siapa?
Sesuai standard operating procedure saya ajarkan di Hitman System, identitas nama asli adalah sesuatu yang dianugerahkan pada wanita yang berhasil lolos hingga kencan ketiga dengan saya.. tapi itu pun jika dan hanya jika dia mencetak skor rata-rata 8 dalam fit & proper tests. Jadi demi konsistensi & integritas terhadap kurikulum yang saya ciptakan itu, saya mohon maaf belum bisa memenuhi permintaan. Lagipula, apalah arti sebuah nama.. hanya sebuah label yang tidak membuat orang lain jadi (lebih) jatuh cinta. :p
Booooo?.*failed! Kedua, kamu kan pakar cinta, kamu sendiri sudah berhasil dalam cinta belum? Punya pacar gitu? Atau jangan-jangan sudah beranak-istri?
Hahahaha.. begini, kita semua tahu bahwa orang yang paling banyak bacot tentang cinta biasanya cuma jago ngomong saja. Tulisan George Bernard Shaw dalam bukunya Maxim for Revolutionists – Man & Superman, “He who can, does. He who cannot, teaches,” itu sungguh ada benarnya. Jadi.. menjawab pertanyaan itu.. hmmm, ya silakan nilai sendiri deh. :)
Langsung meluncur dari tweet lex,
ebuset memang panjaaang banget mas,
coba klo ada syahrini,
pasti komentarnya,
Josh gandosh kotosh kotosh mbledooooz… :D
sudah deg-degan tungguin relationship status lex padahal :p
widih, ada toh system seperti ini…. kagum dengan pemikirannya… Valentine memang selalu bermasalah buat yang sempit otaknya. Biarkanlah.. cape mikirin gituan…
jujur gw gak baca semuanya….tapi valentine itu buat orang hotel salah satu bisnis bagus buat tambahan revenue F&B…heee…
harus di folow twitter lex…
ngga pernah bosen baca tweet lex, karena memang nampar tapi mendewasakan
Sebenarnya Valentine Day bisa saja dirayakan. Kan sama toh dengan kita merayakan hari raya tertentu yang jatuh di tanggal sekian. Terserah masing-masing saja, mau merayakan atau tidak.
Sejenis hari ibu gt lah ya mbak. hari yg ditasbihkan oleh sesama manusia juga.
gile panjangnya.. :))
Mau sepanjang apapun tetap gue baca selama itu adalah tentang ko Lex, Cinta dan Romansa karena gaya tulisan mereka dan ttg mereka selalu asik dibaca dan pastinys tercerahkan. spread for love.
Wawancaranya lbh ter-lex daripada tema ?? dimksd, atau jangan2 aura lex-nya ?? lbh buat penasaran daripada valentinnya ???
Jdi mikir lagi agama itu apa
bro Donny, ada broken links tuh.. ini koreksinya:
“Salah satu definisi cinta yang selalu saya ajarkan adalah rasa kelekatan yang timbul akibat dari pengaliran sumber daya pribadi pada satu individu tertentu.”
=> https://hitmansystem.com/tentang-romansa/sekolah-cinta-perlukah
“Ditelaah dari sudut lain, cinta adalah sebuah aksi alias pekerjaan dan RASA cinta adalah REAKSI dari pekerjaan yang dilakukan itu.”
=> https://hitmansystem.com/blog/butir-butir-cinta-81.htm
“Untuk semakin memperlengkapi kedua pemahaman di atas, saya juga selalu mendefinisikan cinta sebagai sebuah koktil biokimia.”
=> https://kelascinta.com/pdkt/jatuh-cinta-gila-beneran
=> https://kelascinta.com/romansa/kenapa-jatuh-cinta-kurang-waras
buat teman-teman yang ingin belajar lebih banyak ilmu, bisa gabung di grup Kelas Cinta – Love Better Live Better https://www.facebook.com/groups/kelascintacom/
thank you for this excellent interview. :)
Done… thanks Bro!