Lantip: Amien Rais!

8 Sep 2014 | Cetusan

blog_ronilantip

Banyak orang mengenal Jogja sebagai kota seni dan budaya dan itu sudah teramat lumrah. Tapi Jogja sebagai kota IT, sepertinya hanya kalangan IT saja yang memaklumi, yang lain, belum tentu.

Saat akses internet masih belum semurah dan semudah sekarang, ketika konten internet belum bisa diakses melalui gadget dan didistribusikan secara nirkabel, Jogja ?penuh? dengan warung internet karena melalui warnet, demikian warung internet biasa disebut, orang bisa mengakses internet dengan menyewa komputer plus koneksinya dengan hitungan per jam.

Hal ini terjadi sejak akhir 1990an hingga pertengahan 2000.
Kawasan Jalan Kaliurang, Gejayan, Jalan Parang Tritis bahkan Jalan Solo, penuh tempat usaha yang disulap mendadak menjadi warnet.

Tapi sebenarnya, banyaknya warnet bukan satu-satunya indikasi tentang begitu besarnya daya magnet IT di Jogja. Di bidang pengembangan perangkat lunak dan jaringan, Yogyakarta juga adalah gudangnya.

Bersyukur aku adalah salah satu orang yang membidani perusahaan IT yang mula-mula berdiri di Jogja, Citraweb Nusa Infomedia.

Ketika orang masih malu-malu menyatakan diri sebagai web developer dan pemodal juga masih ragu untuk berinvestasi di bidang IT, aku dan kawan-kawanku telah menggebrak lebih dulu. Tapi sudahlah, meski Citraweb adalah sesuatu yang kubanggakan hingga kini, hal itu adalah bagian dari masa lalu (kalau kalian mau baca sejarah yang lebih panjang, silakan klik di halaman ini).

Berbeda dengan sekarang, begitu banyak perusahaan IT mulai dari skala kecil hingga raksasa berjaringan dunia mengembara di Jogja berkelindan dengan puluhan bangunan mall dan hotel yang terkadang malah lebih tampak merusak kota ketimbang mempercantik keadaannya.

Ideku mengangkat tokoh muda Jogja sejak semula juga ingin kulebarkan hingga ke sisi IT Jogja dan untuk itu aku menemukan daftar orang yang tak singkat yang layak kuwawancarai, kebanyakan adalah kawan-kawan seperjuanganku dulu di sana.

Tapi pada akhirnya aku mulai tertarik pada sosok Rony Agung yang biasa di kalangan netizen Indonesia dikenal sebagai Rony ?Lantip?.

Bagiku Lantip itu unik.
Istilahnya dalam kerangka sosiologis, Lantip ini adalah ?penduduk asli IT Jogja?.?Kompetensinya tumbuh dan berkembang selaras dengan kultur Jogja yang ?nyeni?. Saking ?Jogja? nya, kadang sosoknya terlalu rendah hati dan ?tak kelihatan?.

?Kemunculannya? hanya sesekali, ketika ada sebuah produk yang bagus kita tertarik menggunakan dan baru tahu bahwa, ?Oh, yang bikin si Lantip!? begitu, lalu hilang lagi?

Di sinilah sisi unggul bapak dua anak ini membuatku akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya dan memberi panggung di blog yang semakin lama semakin menarik ini *uhuk*

Seorang yang kuanggap contoh berhasil orang yang bekerja di bidang mutakhir tapi tetap punya idealisme kuat tentang bagaimana sebuah kota seharusnya menjaga karakter aslinya?

Kalian pasti penasaran, kan? Simak di bawah ini, cuplikan wawancaranya, maklumi saja kalau banyak Bahasa Jawa yang tak kuterjemahkan…

DV: Kenapa kamu tetap berada di Jogja? Orang dengan kapasitas teknis sepertimu kalau di Jakarta sudah bisa jadi CIO startup lho hahaha?
Hahahaha?
Lantip: Pertama, aku terlalu mencintai kota ini (Jogja -red). Aku sudah jalan-jalan hampir keliling Indonesia, yang plural dan tetap hangat itu ya Jogja!

Kalau aku pindah Jakarta mungkin bisa kaya. Tapi perasaanku, hidup di Jakarta tak pernah mengenal kata cukup, sedangkan di Jogja, meski aku nggak kaya, tapi aku selalu bisa merasa cukup!

Wah, filosofis sekali? maksudnya kaya tapi nggak cukup itu gimana?
Ya, kaya harta. Rate gaji di Jakarta itu memang tinggi tapi hidup habis di jalan, nggak merasa tenang. Di Jogja, meski ?ra gableg duit? dan berani nikah tapi tetap bisa hidup. Kepedulian terhadap sesama dan ?srawung? itu yang membuat semua terasa cukup di sini.

Tapi meski tinggal di Jogja, klienmu pasti kebanyakan berasal bukan dari Jogja?
Yup. Klienku kebanyakan datang dari Jakarta hehehe.

Pengalamanku dulu waktu jadi developer di Jogja, aku sering diremehkan oleh orang semata karena tinggal di Jogja dan tidak berada di Jakarta. Kamu pernah juga?
Oh jelas! Pernah aku dapat telpon dari Jakarta. Dia mencoba nawar harga proyek yang kuajukan sambil ngomong, ?Di Jogja kan nasi kucing 500 rupiah saja!? Intinya dia ingin harga web yang murah?

Tapi diremehkan itu dalam artian duit, kalau skill belum pernah.

Lalu strategimu untuk mengatasi ini bagaimana padahal kan klienmu kebanyakan dari Jakarta semua?
Ya, strategiku sih berpartner dengan rekanan di Jakarta dengan begitu soal harga jadi lebih masuk akal karena proses deal diselesaikan di Jakarta.

Balik ke akhir 90-an dan awal 2000an, dulu kan jogja identik dengan kota IT, mungkin gara-gara warnet begitu banyak di Jogja nah sekarang menurutmu jogja ditinjau dari industri IT nya bagaimana? Apa masih visible kalau dibilang bahwa Jogja itu kota IT?
Masih!
Jogja masih jadi tempat tujuan mencari talent IT. Beberapa perusahaan besar juga mendirikan perusahaan di sini to? Ini indikasi menurutku.

Tapi kota IT bukan cuma Jogja, kan sekarang? Lalu apa specialnya dari Jogja?
Begini, ada hal yang tidak dimiliki kota lain dalam hal ini, semangat guyub (kumpul-kumpul –red) nya membuat di kota ini berkembang banyak kelompok-kelompok kecil peminat IT dari mulai kelompok design, hingga grup penggemar Jquery (sebuah teknologi ?awam? dalam dunia web development -red), bayangpun!

Ming jquery wae dadi organisasi. Edan tho kota iki hahaha…

Hahahaha…tapi ada suara sumbang bilang bahwa developer jogja jarang punya disiplin yg tinggi dan nggak punya profesionalitas yang bagus. Piye?
Nah itu masalahnya…

Piye masalahe?
Ya soal moody itu. Mungkin karena lekat dengan budaya seniman ya kecenderungan unik sih menurutku, pendekatan juga harus ala seniman. Kerjanya mungkin bisa dibilang lambat tapi tergantung pendekatannya kok. Kari slah-e?

Gimana itu?
Ya lebih ke manajemen dan pendekatan personal.
Aku mengelola tiga anak buah dan mereka tetap bisa diberi target dan bahkan pakai model implementasi agile/scrum (model implementasi pengembangan perangkat lunak modern yang menitikberatkan pada dinamisasi sistem kerja -red).

Kalau ditanya karya terbesar yang bisa kamu banggakan, apa, Ron?
Nah kuwi, ora ono. Karya terbesarku adalah aku dan keluargaku bisa survive sampai saat ini hahahaha…

Hahaha.. touche! Itu memang pertanyan pancingan dan aku bisa bilang kamu memang benar-benar developer Jogja, rendah hati! Hahaha…
Prek!

OK, next? soal Jogja.
Menurutmu Jogja bagaimana sekarang? Kamu punya angan-angan tentang Jogja yang terbaik itu menurutmu bagaimana?
Jogja sekarang menuju ke arah yang menyebalkan sak jane, karena kebijaksanaannya dalam memperbanyak hotel adalah salah satunya dan ini ngefek ke pola hubungan antar manusianya.

Wah, gimana itu?
Jadi mulai memunculkan individualisme vis a vis antara penduduk setempat dengan pendatang. Dulu aku pernah nulis soal ini, bagaimana ada orang meninggal tidak bisa dimakamkan di kampung karena dia masih dilabeli pendatang padahal sudah beli rumah di perumahan sejak lama.

Lah, hubungane karo hotel opo?
Iki menurutku terkait dengan kebijakan Pemda terlalu nafsu ngoyak duit, tapi nggak peduli karo rakyate.

Begini..
Jadi menurutku, keberadaan hotel-hotel itu, mendongkrak harga tanah. Hal ini lalu diikuti dengan terpinggirkannya penduduk asli. Nah situasi ini membuat jadi tegang tho??Jadi yang seharusnya bisa dirembug jadi nggak bisa dirembug yo menurutku ngono hubungane?

Tapi menurutku kowe egois kalau menyalahkan hotel karena orang-orang non IT juga bisa bilang bahwa pembangunan warnet dan banyaknya WIFI di cafe-cafe juga bikin tembok tebal nan tinggi antara satu pengunjung kafe dengan yang lain padahal phyiscally mereka cuma terpisah beberapa meter dan tanpa sekat? piye jal?
Yo tentunya kabeh ki duwe efek hehehehe. Tapi keberadaan hotel itu soalnya efeknya langsung, sumur jadi kering itu adalah salah satu contoh nyatanya.

Kalau menurutmu, jogja terbaik itu periode taon berapa?
Hmmm.. ora ono tahun terbaik.
Tapi aku ingat sampai tahun 90-an banyak orang masih saling menyapa ketika berpapasan bahkan sampai pendatang-pendatang dari Papua dan Sumatra juga ikut dalam ?tradisi? menyapa tadi. Tapi sekarang, orang Jogja sendiri juga sudah tidak kober menyapa satu dan lainnya kurasa…

Tapi sekarang hotel wes terlanjur berdiri, mall semakin banyak, jalan keluarnya piye? Perlu perubahan sistem pemerintahan propinsi atau iki memang saatnya jogja berubah jadi ora penak?
Nek dari sisi apatis yo wis tuntutan jaman mungkin. Tapi kalau boleh berharap, yo harus ada perubahan dari sistem pemerintahan dalam arti pendekatan kebijakannya

Orang Jogja yang menginspirasimu siapa?
Sri Sultan Hamengkubuwono IX (alm)!
Konsep tahta untuk rakyat-nya itu istimewa!. Secara nggak langsung, konsep itu yang ?memicu Basiyo menancapkan konsep guyonan gojeg metaraman yang sekarang seolah jadi style anak-anak Jogja dalam bergaul dan hal ini mewarnai indonesia!

Kalau tokoh Jogja yang nggak kamu sukai ada?
Saat ini? Amien Rais!

Kenapa?
Sangat ora jogja. kata-katane terlalu njakarta hahaha…

Sebarluaskan!

9 Komentar

  1. Wogh ini to Om Gajah yang femes itu?

    Balas
  2. Kang Lantip ki ncen yos gandhos og…. Pokoke #JogjaOraDidol . Yora?

    Balas
  3. Sebagai warga yang tinggal di Jogja (Sleman sebenere), saya pernah berinteraksi dengan pakdhe lantip cuma di Twitter
    Twitter. Ya lumayanlah, waktu beliau nyanyikan link blogku di blog beliau saat beliau akan nulis tentang filosofi Jalan Malioboro yang ternyata sudah pernah kutulis lengkap kutulis ehehe..

    Balas
  4. Mas Lantip sepertinya memang memilih hidup secara klandestin :D

    Balas
  5. wah, ikut bangga bisa berteman dg wong kere(n) rendah hati spt mas lantip ini. :D

    Balas
  6. Koyo men aq kenal mas, pak Amien Rais :))

    Nek mas Roni aq lali, tp nek mas Lantip ngerti banged :p

    Balas
  7. judule asbang!
    tapi, aku tetep ngefans lik lantip :)

    Balas
  8. Nek kang lantip pindah dari Jogja, mungkin tinggal Sri Sultan saja alasan Jogja masih istimewa.

    Percoyo aku wis, kethakan!

    Balas
  9. Memang keren kok iki om lantip, aku follow twittere wae iso melu sinau IT. opo meneh nek iso dadi murid beliau.. hihihi #ngarep .. pokoke aku penggemarmu om :D

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.