Kunjungan sekolah ke Gereja Kotabaru. Tak takut dituduh kristenisasi?

18 Feb 2017 | Cetusan

Berita menyejukkan kuterima dari Jogja yang berhati nyaman.

Di tengah memar-merahnya keberagaman?yang ‘terkoyak’, akun Facebook ‘Gereja Katolik Kotabaru Jogja‘ menghadirkan kabar seperti tampak di bawah ini.

Sebuah sekolah, SD Budi Mulia Dua berkunjung ke Gereja Kotabaru. Sejuk kan? Segar lebih tepatnya!

Gereja Katolik Kotabaru Jogja memang gereja penuh kesan tak hanya bagiku tapi juga bagi ribuan umat Katolik lain (khususnya kaum muda) yang pernah tinggal dan singgah di Jogja! Aku? Tentu saja! Kalian bahkan bisa menyimak tulisan yang khusus kupersembahkan untuk Gereja Kotabaru di sini. Linknya di bawah ya biar kalian baca dulu tulisan ini sampai tuntas…tas…tas hehehe!

Gereja ini ‘lain’ dari gereja lainnya tanpa mengecilkan/membesarkan arti karena kalau ditilik dari prinsip tentu tak ada bedanya dimanapun gereja karena asal Gereja Katolik, mau di Zimbabwe, Namibia, hingga ke Oslo dan Toronto atau Vatikan, ya sama saja!

Aku berkesempatan mewawancarai salah seorang pengelola akun Facebook ‘Gereja Katolik Kotabaru Jogja’ untuk berbincang tentang kunjungan sekolah itu, tentang kenapa Gereja Kotabaru itu menarik di sabtu sore yang teduh.

Berikut petikannya…

Mas/Mbak, mbok diceritain gimana kok tiba-tiba ada kunjungan SD Budi Mulia Dua ke Gereja Kobar (Kotabaru -red)?

Jadi gini, Mas DV…
Kira-kira tanggal 6 Februari yang lalu, Romo Macaharius Maharsono Probho, SJ, romo paroki, mendapatkan surat pemberitahuan dari SD Budi Mulia Dua Seturan. Isinya, mereka mau berkunjung ke Gereja pada Kamis, 16 februari 2017. Agenda kunjungan itu adalah untuk memberikan pengalaman langsung bagi para siswa untuk belajar secara aktif, tentang keberagaman. Totalnya ada 188 siswa dan 12 guru. Mereka berangkat dengan konvoi mobil minibus.

Sebelum-sebelumnya pernah ya ada kunjungan begitu?

Kalau SD Budi Mulia Dua, setiap tahun selalu bikin field trip dengan rute yang sama.

Tapi kenapa Gereja Kotabaru?

Entahlah! Tapi tebak-tebakan aja mungkin karena paroki yang paling mudah birokrasinya ya cuma di Kotabaru.

Bulan oktober 2016 lalu, 120 anak kelas 2 SD Negeri Ungaran juga berkunjung kemari…

(Dari pantauan di laman Facebook, beberapa saat sebelum tulisan ini kuunggah, aku menemukan ada juga kunjungan lain dari TK / Raudhatul Athfal Beniso, Karangkajen pada 18 Februari 2017).

Lalu selama kunjungan acaranya ngapain aja tho?

Kunjungan anak sekolah biasanya singkat, maksimal cuma tiga puluh menit saja. Makanya kami mencari formula yang tepat supaya dalam waktu singkat tersebut anak-anak sudah mendapatkan kesan yang mendalam dan khas tentang Gereja Katholik.

Pertama biasanya mereka kami putarkan video di bawah ini:

Lalu kami juga bagikan suvenir pembatas buku, dengan tulisan “Anak Cerdas Berteman dengan Siapa Saja”, dengan background bertema keberagaman.

Value yang kami kenalkan dan kami tanamkan pada mereka adalah soal ‘berbagi’. itulah ciri khas Katolik!

Nggak takut dituduh kristenisasi atau katolisasi?

Nggak! Kami nggak takut disangka meng-katolik-kan karena adalah mustahil menjelaskan semua hal tentang katolik dalam waktu singkat. Menariknya, ketika video tadi diputar, beberapa guru dan murid menunjukkan ekspresi keheranan dan terhenyak. Itu tandanya, pesan kami masuk di benak mereka…

Katanya saat kunjungan SD Budi Mulia Dua itu ada yang bertanya ‘Yang disalib itu siapa?’ Bagaimana romo menjelaskan?

Romo menjelaskan kira kira begini, “Itu adalah sosok Yesus. Salib itu lambang hukuman. Sosok Yesus itu yang kami ingat sebagai simbol semangat berbagi, bahkan berani memberikan nyawa.”

Dengan penjelasan itu, maka kami tidak harus mengenalkan Yesus sebagai Tuhan, karena bukan itu tujuan field trip ini.

Sekarang kita bahas hal lain… Kenapa sih Gereja Kotabaru itu kok mengesankan? Aku sampai kesengsem saat masih tinggal di Jogja dulu lho, Mas/Mbak!

Hehehe… Gereja Kobar memang menetapkan diri sebagai gereja kaum muda, sejak tahun 1997, Mas DV! Dengan demikian, Gereja pun memberi perhatian besar pada orang muda. banyak penyesuaian sana-sini supaya orang muda merasa nyaman di sini.

Tata liturgi yang beda dengan gereja lain itu pun juga karena alasan penyesuaian tadi.

Itu aja? Ada yang lain?

Gereja Kobar bersama dengan para Yesuit di Kolsani (Kolese St Ignasius) berupaya terus-menerus memperbaharui diri, menyesuaikan dengan konteks jaman mengingat mayoritas umat kotabaru adalah kaum akademisi : pelajar, mahasiswa, dan dosen.

Oleh karena itu setiap kebijakan di paroki selalu diupayakan untuk didahului dengan riset, meskipun kecil-kecilan. Misalnya untuk menyiapkan homili mingguan, tiap romo sudah dijadwal satu bulan sebelumnya. Waktu yang panjang itu bisa dipakai romo untuk banyak baca berita, mengamati fenomena sosial, dan diracik menjadi homili yang kontekstual. Iniah yang bikin umat merasa betah ketika ikut perayaan di Gereja Kobar!

Link tulisanku tentang Gereja Kotabaru ada di sini. Foto utama (featured image) diambil dari laman Gereja Katolik Kotabaru Yogyakarta.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.