Aku mengenal dan bertemu muka pertama kali, kuingat betul adalah awal tahun 2001. Pada sebuah konser musik di sebuah kafe di Jogja, aku dikenalkan padanya lewat kawan lain yang adalah bosnya, “Sesama Donny, sesama tukang web!” tukas temanku tadi memperkenalkan.?Lalu sesudahnya, meski tak dekat-dekat amat, tapi ada fragmen-fragmen hidup yang terus menautkanku dengannya.
Dialah Donny Kurniawan atau yang biasa dikenal dan disebut sebagai?Donneh. Terus terang saja prestasi orang yang satu ini membuatku tak mudah berhenti untuk berdecak kagum.
Dulunya ia terkenal sebagai web designer/developer yang handal. Karya-karyanya brilian terkenal hingga ke negeri kincir angin sana. Pernah pula ia meraih penghargaan utama pada sebuah festival lomba website kelas wahid di Indonesia.
Ia juga akan selalu hidup dalam kenangan blogger-blogger lawas era 2002 – 2006 sebagai penyedia jasa shoutbox gratisan yang memiliki customer cukup banyak!
Tapi sesudah itu tiba-tiba ia seperti hilang ditelan bumi. Bermigrasi ke Bekasi beberapa tahun.?Namun, ‘hilang’ nya tak benar-benar hilang. Diam-diam ia terus berkarya dan ketika publik baru sadar, ia sudah populer menjadi publisher kelas wahid.
Kini ia kembali ke Jogja.
Tinggal bersama istri tercintanya (yang kebetulan aku juga berkawan baik kepadanya), dengan dua anak di sebuah rumah yang ia bangun nyaris semuanya secara?d-i-y (do-it-yourself) dan katanya sekarang sibuk mengelola ‘startup community’ bersama kawan-kawan lain yang kebetulan akupun kenal beberapa di antaranya.
Ideku untuk mewawancarainya terkait dengan publisher tak semata-mata karena ia adalah pelaku bisnisnya, tapi lebih dari itu, ia memiliki pandangan ke depan yang lebih baik bagi publisher.
Tak percaya? Simak obrolan kami di bawah ini.
Hi sesama Donny, piye kabarmu?
Hehehe, baik Don… baik-baik.
‘Yang jelas tidak semua yang paham SEO bermain Ad-sense, dan demikian juga sebaliknya…’
Hehehe, lagi sibuk ngapain sekarang?
Aku sekarang lagi konsen develop web-web lokal bareng teman-teman di Jogja. Ya, hitung-hitung untuk bikin semarak startup lokal. (Ia menyebut dua contoh situs web terbaru buatannya, pctren.com, residena.com ).
Masih mainan ad-sense?
Beberapa webku masih ada sih yang pake, tapi beberapa yang lain udah ganti model dengan network yang lain sih…
Situs-situs itu kamu manage dari sisi search engine opmitization(SEO) nya juga?
SEO? Hmm… Dulu sih iya, sempet ngikutin buat SEO off-pagenya (SEO yang dihandle dari luar website/halaman kita -red), tapi lama-lama udah males, soalnya SEO itu selalu berubah, jadi mesti slalu up-to-date juga.
Kalo SEO on-page (SEO yang dihandle secara teknis dari sisi dalam website/halaman kita -red) ini sih wajib lah buat web developer sepeti kita ini, bukan sekedar supaya mudah dicari melalui search engin, tapi juga untuk “kerapian” dalam coding.
Hmmm, waduh larinya ke teknis hahahhaa, keren-keren! Tapi seperti ada keterkaitan banget antara SEO dan ad-sense ya?
Yang jelas tidak semua yang paham SEO bermain Ad-sense, dan demikian juga sebaliknya hehehe.
Lagipula kalo mau bener-bener ngaku masternya SEO, lebih gede duitnya buka kursus/pelatihan. Yang jelas tanpa authority, bermain ad-sense dengan target pasar luar akan semakin susah!
Search engine sendiri semakin pintar, sudah bisa memilih situs mana yang benar-benar “Branding”. Branding itu sekarang lebih powerfull dalam SEO menurutku. Orang yang ngakunya master SEO tapi tidak menguasai viral marketing atau branding itu master palsu namanya.
Yang jelas semua ujungnya ke traffic banyaknya kunjungan ke situs web kita, tapi darimana kita mendapatkannya, ini yang susah.
Wow! Mencerahkan, Don! Btw, sejak kapan sih kamu sebenarnya menggeluti itu?
Pertama kali bermain ad-sense tahun 2004 kayaknya, pas waktu itu ada Doneeh.com, terus ketagihan tuh gara-gara itu, baru sebulan pasang langsung gajian kekekeke.
Ic.. Trus sebenarnya tantangan terberat untuk jadi ‘player’ seperti itu apa sih?
Tantangannya… hmm…. tipe apa dulu kita? Publisher ad-sense dengan pasar luar? Atau pasar lokal? Memiliki ketergantungan dengan search engine? Atau ketergantungan dengan sosial (media -red)?
Yang jelas semua ujungnya ke traffic banyaknya kunjungan ke situs web kita, tapi darimana kita mendapatkannya, ini yang susah.
Mengandalkan search engine, otomatis kita harus mengikuti perkembangannya baik SEO, algoritma, dll. Di sosial media tantangannya branding. Kalo aku sih mending konsen ke branding dan authority aja, ngandalin search engine gak ada abisnya, belum lagi saingan yang selalu bertambah, kalau ada saingan baru muncul dengan brand yang sudah jelas, lewat kita. Kalau dipikir sendirian bisa capek sendiri, makanya sekarang lebih enak teamwork, bisar lebih santai kerjanya.
Hmmm, orang banyak menganggap profesi seperti ini sebagai ‘publisher’. Kenapa demikian?
Publisher itu sendiri kan sebenarnya ya semua yang mem-publish sesuatu di internet. Ya bisa blogger, marketer dll. Dalam dunia Internet Marketing (IM), publisher mungkin lebih dekat ke “publish iklan”, iklan atau campaign yang dibuat advertiser. Kalau aku sendiri nggak punya blog, dari dulu gak bisa nulis, jadi yang ku publish ya yang ringan-ringan saja berbentuk database, misal resep, lirik…
Lalu skill teknis yang dibutuhkan untuk jadi publisher sendiri ada? Apa aja?
Publisher dalam IM itu banyak banget jenisnya, tergantung kita konsentrasi ke network iklan mana, karena di iklan ada yang per-click, per-impresi, per-action dan lain-lain. Tapi tetap skill design dan programming mesti ada sedikit, kalau sudah banyak perbendaharaan iklan ‘kan nggak enak juga kalau satu halaman isinya iklan semua, mesti bisa “pinter” webnya, bisa dengan geo-targeting, demografi, dll.
Trus ada SEO, ini yang orang bilang paling mujarab, tapi menurutku sih gak juga, masih ada viral, sosial dll.
Yang halal ya biasa aja, prioritas user dulu baru iklannya, konten gak sembarangan copy-paste atau publish yang tak melanggar hak cipta
Perkembangannya sendiri di Indonesia bagaimana?
Banyak! Tapi banyak komunitas publisher di Indonesia yang sekarang makin parah, banyak menghalalkan segala cara, ini yang bikin nama publisher kita jadi jelek, yang ujung-ujungnya “blokir massal”. Jadi ingat dulu Indonesia di blok PayPal, ya gak jauh-jauh beda lah kasusnya.
Maksudnya menghalalkan segala cara itu bagaimana? Ada contohnya?
Wah ini banyak banget contoh kasusnya.?Salah satunya tukeran klik-klik atau arisan klik, ngerjain situs saingan supaya yang disaingi diblokir/banned dari adv. network yang sama, bikin web sampah yang isinya cuma buat iklan, dll banyak sekali lah!.
Nah, kalo gitu trus yang ‘halal’ itu yang kayak apa?
Yang halal ya biasa aja, prioritas user dulu baru iklannya, konten gak sembarangan copy-paste atau publish yang tak melanggar hak cipta misalnya, detik.com, yahoo.com mereka juga publisher kan.
Kalo bole tau penghasilan publisher itu rata-rata sampai yang tertinggi berapa yang kamu tau?
Kalau corporate macam detik.com ya gede banget!?Kalau perorangan yang kutau terbesar itu kisaran $3000 usd/day. Kalau mau gede ya mesti siap keluar gede juga, buat advertising, bayar karyawan, dll.
I see! Lalu menurutmu masa depan publisher sendiri gimana, Don?
Mobile publishing! Itu yang paling akan booming!
Tapi secara umum pun, publisher ke depan mah semakin terang alias cerah, tergantung kitanya sendiri, professional atau cuma kejar duit.?Kejar duit tanpa professionalisme ya sama ajah, downhill, kejar-kejaran sama yang berwajib hehehehe.?Ke depan akan makin banyak media, makin banyak user, apalagi lokal (Indonesia -red)nih yang terus naik pengguna internetnya, kalo bisa pintar targeting pasarnya, pintar ambil medianya, yakin sukses.
Selain itu juga untuk pasar lokal, ad sense bakalan bisa jadi besar di Indonesia, sekarang rata-rata situs-situs besar lokal sudah pake ad-sense, apalagi Google sudah masuk Indonesia. Yang jelas, tinggal siapa yang duluan merajai pasar lokal hehehe.
Dari kemarin berusaha menebak-nebak siapa yang akan diwawancara, ternyata Doneeh :D
Wah ini orang kemana aja ni, mau diajak startup, sini2
Kalau Google Adsense, saya sih juga ikutan pasang, apalagi sejak beberapa waktu lalu sudah boleh dipasang di website yang berbahasa Indonesia. Tapi belum pernah gajian :D
shoutbox-nya doneeh itu emang luar biasa ^o^
saya termasuk salah satu pengguna setianya.
Wawancara yg mengesankan mas Donny. Saya juga dulu pernah pakai shoutbox-nya Doneeh yang fenomenal itu. BTW, nice interview, mas. Kalau sempat, mampir juga ya di koleksi wawancara saya bersama beberapa “tokoh blogger”..bisa lihat di: http://daengbattala.com/category/wawancara/
Nah.. Kayaknya saya kenal orangnya, Om
Agree, dan kebanyakkan blog2 sekarang cuma mengejar duit, ngga penting konten. Apa blog saya mulai nyasar kesana ya? Begitupun bukan berarti postingan semakin hancur, toh penilaian tetap ada ditangan pembaca.
Bener ngga Om :)
tidak mudah loh bisnis publisher itu.. yang nakal saja sudah sulit sekarang apalagi yang baik baik hehehe…
nyari duit pake cara lain sajalah… :)
Doneeh.com legend :D
Yak! saya Berkomentar di sini!
kwkwkw betul betul betul.. tak lekang oleh waktu, tak lapuk oleh jaman (opo coba)
Kayak’e kamu udah ku tulari dari jaman dahulu to don? dan kayak’e sampe sekarangpun belom ketularan yah untuk jadi publisher :D
Hehehehe…
Yang diwawancara ini salah satu publisher / developer yang sejak dulu visinya jauh kedepan.
Dan senangnya orang-orang kayak gini ngumpulnya di Jogja :)
Go Local!
Aku buka di mobile, kok web ini ada space kosong yg lebar di kanan? Ada apanya??
#salahFokus :)
puncaknya adalah fenomena clickjacking, terus habis deh hampir semua publisher adsense indo yg ga punya “authority”.
Doneeh ini memang makcrot. Aku pernah bertemu dia di Kaliurang dalam acara yang diadakan Komunitas Gelatik Selam. ;)
Salam persahablogan,
@wkf2010
algoritma SEO gugel pasti tiap tahunnya berubah, yang msh anget kemaren gugel panda, gugel penguin, dan mungkin ada bnyk nama2 binatang untuk kedepannya…maunya gugel sih intinya artikel itu yang informatif ada gambarnya, videonya, dan user friendly… :)
Hidup Doneeh! :)
Hidup Nukma! #eh kuwalat
?Yang jelas tidak semua yang paham SEO bermain Ad-sense, dan demikian juga sebaliknya??
nah itu, saya banget mas… adseners tapi gak paham SEO
jadinya ya gak tiap bulan bisa gajian :(
wawancara yang menarik mas don, memang sekarang banyak publisher yang menhalalkan segala cara untuk meraup sebanyak-banyaknya $$$, tapi kadang saya salut juga ma mereka (para publisher), kebetulan saya ada beberapa teman publisher dengan penghasilan yang (menurut saya lumayan gede) tapi ketika bertemu dengan mereka di dunia nyata tetap rendah hati, seperti masih sering pakai sendal, celena kolor atau bahkan pakai sarung, hehehe
Satu lagi yang saya kagumi dari para publisher handal tersebut adalah, sedekahnya tetap jalan rutin, saya jadi curiga kelancaran bisnis online mereka selama ini karena doa orang2 yang disedekahi itu, tahu sendiri kan nyari duit di internet, adsense pada khususnya rawan banget pemecatan (banned)
Jujur sih, mereka (para publisher matre) itu bukanlah pembuat konten yang baik untuk pembacanya, tapi baik untuk mesin pencari, saya berharap mereka segera bisa belajar membuat konten berkualitas, agar para publisher tanah air bisa dikenal sebagai pembuat konten yang handal di mata dunia.
*lha kok malah posting di kolom komentar blog orang* :D
Wah saya malah jadi kepikiran, di kota-kota besar sana konon pejabat-pejabat korupnya juga tetap melakukan kewajiban amalnya, Mas.
Gimana kalau itu? Hehehe
kalau saya setiap mengajukan diri ke adsense, saya selalu ditolak,, hehe,, syukurnya saya tidak terlalu fanatik ingin mengais penghasilan dari situ, hanya coba-coba,, hehe
maintenisnya memang harus rajin. kalau engga SERP drop. aku setahun ga update blog, ngedrop langsung earningnya [despoh]. yah.. tp mau gimana lagi….. spt yg ditulis “Mau dpt besar, kudu modal besar” At least “Rajin dan usaha besar”. Dan saya lom bisa punya yg ‘besar2″ itu T_T
Buzz!! *colek para donny*
Sebenarnya kalau dikelola dengan cara yang lurus-lurus saja, publisher bisa jadi profesi baru. Selama ini kan seperti profesi bawah tanah. Diem-diem gajinya ratusan dolar..
menyimak wae … *duduk ndomblong. oh, jebul tekan ewon to dolar’e?*
apa ya…?? OOT…. aku kangen kalian semua….