• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Kloset dan Dunia Perbokeran

19 Maret 2008 4 Komentar

Toilet
Sepertinya kita memang sudah terlalu dalam jatuh ke satu lubang yang bernama kebiasaan.
Saking dalamnya, untuk bisa berpindah ke sesuatu yang bukan kebiasaan, kita perlu merangkak untuk … ya untuk berpindah lalu akhirnya jatuh ke lubang kebiasaan yang lainnya.

Semenjak kecil saya terbiasa untuk buang air besar di atas kloset jongkok.
Yang jelas saya merasakan kepuasan seperti “sesuatu yang benar-benar tuntas” dengan jongkok berlama-lama di sana.
Bahkan, kuingat betul, ketika Papa membangun rumah dulu, kami sepakat untuk tetap mempertahankan wc jongkok ketimbang wc duduk.

Semenjak kecil pula, saya terbiasa untuk menggunakan “cara basah” ketika menyudahi persinggahan di atas kloset.
Saya memilih mengusap tangan kiri dengan sabun hingga membuih lantas mengoleskannya pada permukaan dubur untuk membersihkannya hingga ada rasa kasat. Nah! Sudah! Kalau rasa kasat itu sudah muncul, benak menandai bahwa permukaan dubur telah bersih seperti sedia kala.

Tapi di Sydney saya tak punya pilihan :)
Baik di rumah, restaurant, pertokoan maupun tempat-tempat lainnya, jangan berharap untuk menemukan kloset tipe jongkok dan berliter-liter air tertuang di bak di sampingnya.
Semua kloset di sini adalah tipe duduk dengan segulung kertas tissue ada di sampingnya, tanpa air sedikitpun.

Jadi ya sudah, saya pasrah!
Yang ada adalah bagaimana kita mampu memaksakan diri untuk beradaptasi.
Awalnya jelas susah. Benar-benar parah karena kurasakan tak ada barang sepotong pun tinja mau keluar dari dalam tubuhku. Aku merasa seperti sang dubur membungkam ketika aku melakukan kontraksi.

Terhitung tiga hari pertama aku tak bisa melaksanakan kewajibanku dengan sempurna.
Baru hari keempat, dibantu dengan sebuah obat pencahar, aku bisa juga menguras isi perut dengan betul-betul sempurna.

Seminggu terbilang, tampaknya duburku telah terbiasa bertatap muka dengan lubang closet duduk yang sebenarnya ya sama saja dengan kloset jongkok. Dan semuanya berlangsung dengan lancar dan trengginas hingga akhir minggu kedua aku ada di sini.

Lalu bagaimana dengan membersihkannya?
Yupe! Bagaimanapun aku harus bicara bahwa cara basah lebih menyenangkan ketimbang cara kering.
Sungguh sesuatu yang susah untuk dibayangkan sebelumnya bagaimana menempelkan secarik kerta tissue ke permukaan yang agak juicy, lalu dengan lembut mengusapnya dan membuangnya ke dalam lubang tanpa aku mau melihatnya.
Lalu sesudahnya, ya aku harus berdiri mengenakan celana seperti sedia kala sambil menancapkan pikiran ke dalam benak bahwa semuanya sudah bersih, semuanya sudah usai, mari melanjutkan kehidupan lagi karena diluar sana, semua telah menanti.

Untuk hal yang satu ini, tampaknya aku belum bisa beradaptasi secara betul-betul sempurna.

Gambar diambil dari sini

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Aku

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. poetra mengatakan

    19 Maret 2008 pada 6:00 pm

    Aku sih ga ngaruh mas, mau WC-nya tipe apa, tetep aja jongkok. Hihi..

    Btw, kok gak ngundang2 nikahannya? Tapi ngerti deh, seleb.. hehe

    Balas
  2. MisterWho mengatakan

    19 Maret 2008 pada 3:35 pm

    Don, walopun klosetnya bukan tipe jongkok, kamu jongkok khan juga gpp.
    Aku sendiri sampe sekarang juga begitu walaupun selama disini gak pernah menemukan kloset tipe jongkok sama sekali.
    Utk membersihkan, mungkin akan lebih bersih kalau pake tissue dibasahi dgn air. Paling nggak cara itu bisa mencegah iritasi di dubur.
    Tapi sayangnya gak semua kloset/jamban disini deket dgn wastafel :)
    Utk toilet2x yg gak full cover, kalau kita jongkok mungkin bisa org dr luar binggung karena mereka bisa lihat sepatu/sandal kita tapo gak kelihatan kakinya:)

    Balas
  3. DM mengatakan

    20 Maret 2008 pada 9:57 am

    Tulisanmu kok samsoyo nggilani… Haha!! :-j

    Balas
  4. windy mengatakan

    23 Maret 2008 pada 11:40 pm

    pagi2 kok ngomongin siliit…..jorok aah…

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT