Kemarin aku mengikuti perayaan ekaristi Hari Raya Minggu Palma di St Christoper?s Cathedral Canberra.
Dalam kisah sengsara Tuhan yang menurut tradisi memang dibaca sejak kemarin hingga Jumat Agung nanti, ada sesuatu yang menggelitik. Entah karena kekurangan petugas liturgi, selain seorang pembawa narasi dan Uskup Agung Mgr. Christoher Prowse yang membawakan dialog tokoh Yesus, dialog tokoh-tokoh lain yang ada dalam kisah sengsara itu dibacakan umat.
Dialog Petrus,
Pilatus,
masyarakat Yerusalem,?termasuk dialog Yudas Iskariyot? yang membacakan adalah umat!
Nah, yang terakhir inilah yang membuatku tergelitik. Yudas? Kenapa umat? Seperti yang kita tahu, Yudas itu kan pengkhianat, jadi saat membaca sebagai Yudas, ada rasa gimanaa gitu di dalam hati. Seolah kita pengkhianat Tuhan? Benarkah?!
Melalui Kabar Baik hari ini, kita diajak mengenal Yudas Iskariyot lebih dalam. Ia orang yang sangat perhitungan dengan yang namanya uang. Ketika Maria, saudara Lazarus, meminyaki kaki Yesus dengan narwastu murni yang mahal harganya, Yudas berpikir untuk menjual minyak itu karena menurut perkiraannya akan laku sebesar tiga ratus dinar dan uang sebanyak itu bisa untuk diberikan pada orang miskin. (Yohanes 12:5)
Kawan sepelayanannya sendiri yang menulis Kabar Baik hari ini, Yudas, bahkan sampai hati mengatakan bahwa ia adalah pencuri karena sering mengambil uang kas yang dipegangnya.
Di sini rasa geli karena harus ?memerankan Yudas? dalam kisah sengsara Yesus kemarin terhenti. Kenapa? Jangan-jangan kitapun seperti Yudas!
Tak usah bicara tentang Yudas yang mengkhianati hingga menyebabkan kematianNya, tapi dalam konteks uang seperti ditulis Yohanes di atas, adakah kita sama sepertinya?
Setamak apa kita terhadap uang? Seberapa gila kita terhadap materi?
Di titik ini aku baru sadar kenapa kemarin dalam perayaan kami disuruh membaca bagian penggalan percakapan yang mewakili diri Yudas.
Tentu supaya bercermin, adakah kami pernah berperilaku sepertinya? Menganggap uang dan keduniawian di atas segala-galanya termasuk Tuhan sendiri?
Duh, semoga tidak ya! Tapi kalaupun sesekali iya, semoga Roh Kudus menguatkanku untuk berbuat lebih baik lagi dan jangan sampai aku dan kita semua meniru hal paling fatal yang dilakukan Yudas selain mengkhianatiNya.
Apakah itu? Yup! Kamu benar!
Hal paling fatal adalah saat ia menyesal telah menjual Yesus kemudian memutuskan untuk bunuh diri. Keputusannya itu fatal karena berarti ia tak mempercayai kerahiman dan pengampunanNya, menganggap tak ada jalan keluar serta rekonsiliasi, bunuh diri, mati selama-lamanya.
Sydney, 26 Maret 2018
0 Komentar