Membayangkan bagaimana sebuah bangsa dipandang adalah membayangkan sebuah lukisan seorang wanita cantik yang tersusun dari 100 buah puzzle.
Butuh waktu berjam-jam untuk menyusun setiap keping pada tempat yang semestinya untuk menjadi lukisan yang sempurna, menampilkan wajah cantik wanita yang menjadi obyeknya. Tapi bayangkanlah ketika dua atau tiga kepingnya hilang, sehebat apapun kita dalam menyusun, hasil akhirnya tak kan sesempurna ketika kita menghadapi jumlah keping yang komplit dan sosok gadis yang menjadi obyeknya, pada titik maksimal sekalipun akan terkurangkan kemolekannya.
Demikian juga dengan bangsa.
Masing-masing dari kita, anak bangsa, tak ubahnya seperti keping pembentuk lukisan kebangsaan. Butuh waktu untuk menuntaskan pembentukannya untuk menjadi sebuah gambar yang hebat dan besar namun ketika kita hilang begitu saja, setuntas-tuntasnya pekerjaan, tak kan ada gambar utuh yang sempurna dalam menghantar sebuah obyek bangsa.
Padahal, untuk apa kita ‘menghilangkan diri’ dari predikat ‘anak bangsa’ Indonesia?
Karena sebenarnya predikat itu tak kurang dari sebuah takdir yang daya ikatnya adalah sekarang dan selama hayat dikandung badan; sebelum kita mati dikalang tanah.
Bangsa melebihi agama
“Takdir menjadi anak bangsa, bagiku lebih kuat ketimbang ketika kita ditakdirkan untuk memeluk suatu agama. Sehebat-hebatnya agama, ia adalah pilihan meski kita jarang melihatnya demikian.”
Takdir menjadi anak bangsa, bagiku lebih kuat ketimbang ketika kita ditakdirkan untuk memeluk suatu agama. Sehebat-hebatnya agama, ia adalah pilihan meski kita jarang melihatnya demikian. Orang memeluk agama A karena setidaknya orang tuanya adalah pemeluk ajaran A. Ketika dewasa kelak dan nasib mengharuskan ia memperistri seseorang yang ngotot tak mau dikawini kalau suaminya tak pindah ke agama X, maka pindahlah ia dari agama A menjadi X semudah ia membalikkan telapak tangan.
Tapi bisakah kalian mengubah takdir untuk tidak menjadi anak bangsa Indonesia kalau kenyataannya memang demikian?
Menjadi anak bangsa bukanlah pilihan; ia adalah kenyataan yang entah dengan konsekuensi apapun itu, semuanya tak kan mengubah keadaan meski itu dengan semir rambutmu, pemutih kulitmu maupun lensa kontakmu warna biru yang mahal itu. Tak satupun.
Untuk itulah, ketika aku berpikir ingin membangun sebuah komunitas tentang orang Indonesia yang ada di tanah rantau, hal pertama yang kupikirkan adalah ‘Batasan apa yang harus kupakai untuk melingkupinya?’
Bangsa? Atau .. negara?
Bangsa melebihi negara
“…hingga akhirnya muncullah ide ‘satoe bangsa’…”
Yang lantas menjadi persoalan adalah, ketika kita sudah memutuskan untuk bermigrasi dari Indonesia ke negara lain, bagi sebagian orang barangkali penggunaan batasan ‘negara’ masihlah relevan, namun ketika kalian bicara tentang banyaknya warga Indonesia yang karena satu dan lain hal memutuskan untuk mengganti kewarganegaraannya, batasan ‘negara’ menjadi sesuatu yang usang atau kalau tidak mau dianggap demikian, yang terjadi justru sebaliknya, komunitas kenegaraan itu yang akan ditinggalkannya.
Otak ini lalu berpikir keras untuk menemukan batasan yang tepat yang tidak memiliki tanggal kadaluwarsa kecuali kematian, hingga akhirnya muncullah ide ‘satoe bangsa’ sebagai batasan terluas kalau tetap ingin menggunakan kata “Indonesia”.
Dalam hal ini aku belajar banyak dari bangsa China.
Jumlah mereka dalam rangka sebaran di atas permukaan dunia barangkali adalah yang paling besar dibandingkan bangsa lainnya. Namun, meski tak berusaha men-generalisasi keadaan, sebagian besar dari mereka ketika ditanya tentang kebangsaan, mereka dengan bangga akan menjawab “Yes, I’m chinesse!” meski mungkin mereka sudah puluhan tahun pindah, menetap dan menjadi warga negara Amerika Serikat, misalnya.
Kalau China bisa demikian, kenapa kita tidak? Kalau India bisa, kenapa kita tidak?
Bukannya mengecilkan arti negara, tapi dibandingkan sejarah sebuah bangsa, terkadang negara harus kelelahan untuk mengejar ketertinggalannya. Dalam lain kata, eksistensi negara terkadang tak ada apa-apanya dibanding bangsa yang telah mengular ratusan dan bahkan ribuan tahun lamanya. Untuk itulah aku sepakat memasang batasan ‘satoe bangsa Indonesia’ ketika berpikir tentang kerangka komunitas ini.
Awal Mula
“Ya, karena Kita (ini) Indonesia… Bangsa Indonesia!”
Hingga akhirnya ketika semua sudah matang dan berkonsep, pertanyaan berikutnya adalah apa nama komunitas yang mewakili semua hal yang telah kupikirkan sebelumnya itu.
Semula aku tertarik menggunakan nama-nama sejenis ‘Indonesia dari Jauh’ atau ‘Kampung nan jauh di mata’ atau apapun yang terkesan ‘memandang Indonesia dari jauh’ hingga akhirnya suatu malam, tak jauh dari bulan tujuh yang lalu, Joyce, istriku, mengusulkan nama ‘KitaIndonesia’ itu.
“Kenapa nggak ‘KitaIndonesia’ aja?” tukasnya.
“Artinya?”
“Ya, karena Kita (ini) Indonesia… Bangsa Indonesia!”
Dan sekonyong-konyong waktu itu aku merasa seperti menjadi seorang Archimedes yang rela bertelanjang bulat loncat dari bak mandinya demi berteriak “Eurekaaaa!” karena sebuah penemuan yang luar biasa dalam maknanya. (thanks, Hon!)
Maka jadilah, dalam tempo kurang dari sebulan, aku menggarap sisi teknis dan menghubungi satu per satu rekan blogger Indonesia yang tinggal di luar negeri melalui social media. Tak terbendung rasa haru yang membakari semangat untuk kian menjadi-jadi ketika mendapati ternyata banyak di antara mereka yang punya semangat dan kerinduan yang sama.
Lalu tepat tanggal 17 Agustus 2011, pukul 10:10 WIB kemarin, secara resmi situs web KitaIndonesia.Net kuluncurkan.
Kedepannya, bagaimana?
“…aku berjanji untuk tidak akan me-monetized situs KitaIndonesia.Net dengan alasan apapun.”
Mari kita gantungkan masa depan ke sebuah ‘entah’ karena yang terbaik adalah mengusahakan untuk tetap berjalan dalam kerangka yang benar :)
Barangkali berbeda dengan komunitas-komunitas lainnya yang lahir dengan banyak gagasan dan target, KitaIndonesia kumulai dari titik nadir; sebatas aggregator RSS milik blogger anggota dan sebuah fasilitas blog untuk menulis bersama-sama, tak lebih. Mimpi sih ada… tapi bahkan yang berani muncul ke permukaan sadar otak pun baru satu-dua banyaknya, yang lain masih berenang-renang jauh di bawahnya.
Aku lebih ingin menikmati semua ini sebagai sebuah proses. Jadi, jangan menagih janji padaku terlalu banyak, tak satupun sanggup kujanjikan untuk kalian kecuali bahwa aku berjanji untuk tidak akan me-monetized situs KitaIndonesia.Net dengan alasan apapun. Aku percaya, tak semua hal di dunia ini harus terkait dengan uang… ada kalanya semua justru lebih indah tanpanya kan? :)
Akhir kata, marilah, anak bangsa Indonesia yang giat menulis melalui media blog dan memutuskan untuk tinggal di luar negeri, KitaIndonesia.Net tidak kubangun untukku sendiri dan teman-teman yang telah ada di sana, tapi juga untuk kalian! Daftarkan dirimu segera di KitaIndonesia.Net dari dari tempat kita masing-masing, kita bangun keIndonesiaan kita, kita jaga keutuhan gambar wajah kebangsaan kita.
Demi Indonesia!
Setuju,
mari membangun Indonesia melalui tulisan, yaitu blog.
karna sejarah berasal dari sebuah tulisan.
Jadikan sejarah Indonesia melalui tulisan
Salam hangat buat mas Doni
dan rekan2 pembaca mas Don
Saya Asmari (Semarang, Indonesia)
http://asmarie.blogdetik.com
blue ikutan meresmikan komendnya asmari…..heheh
salam hgangat dari blue
semnagat terus banggg
Hebat kamu, Don.
Terlihat betapa cintanya kamu dengan Indonesia, mulai dari email (;p) pakai nama Indonesia, web (yg kemudian di tekel paksa :p) dan sekarang juga bikin komunitas baru dengan nama Indonesia.
Betul sekali Don, tak ada yg bisa memungkiri kenyataan bahwa kita adalah anak bangsa. Biarpun kewarganegaraan ganti, tetap saja darah dan dna kita jelas ketahuan anak bangsa……
wow, baru diluncurkan tapi sudah banyak yg daftar ya mas. keren. selamat mas :D
Maju terus, Don!
*merinding bacanya*
keren gagasannya, dukung!
Indonesia 66 Tahun: Bringing Pancasila back in! http://rumahbetujuh.wordpress.com/2011/08/16/indonesia-66-tahun-bringing-pancasila-back-in/
Selamat atas peluncuran situs barumu, Don :)
Perkumpulan anak-anak Indonesia yang tersebar di luar negri. Hebat mas don, selamat ya….
wah saya bukan blogger, numpang baca aja boleh pak ?
Aku sangat mengaprresiasi usahamu ini Don…
Menjadi anak bangsa ini, tidaklah rugi.
Apapun keadaannya, menjadi Indonesia adalah sebuah anugerah.
Patut disyukuri dan dibenahi..
Semoga, usaha kecilmu ini, kan berbuah besar bagi kita semua..
Aku mendukungmu, kawan.. :)
Mas Don, tanggal 17 kemarin juga diluncurkan situs jaring sosial di Sidney oleh teman2 di sana, kurasa tujuan kita semua sama, maka link Kita Indonesia akan kuberitahu mereka ya,
ini link situs itu http://www.jempol.com.au/
Selamat ya , mudah2an makin banyak yang bergabung, banner sudah dipasang mas
Keren mas! Saya sudah kirim form bergabung. Terima kasih
Hmm hmm *manggut2* Boleh juga. :D
kok aku merasa semacam dejavu ya baca tulisan ini. *nggak nyambung hehehe*
kudukung don! :)
Saya yakin Indonesia akan menjadi “MERCUSUAR” dunia!
Salam kenal ya kang donny :)
Selamat dan Sukses mas!
Merdeka ntuk Indonesiaku, untuk kini dan selamanya.
Wah ora rugi kenal sampeyan, Mbah..
rasa kebangsaanku menggelegak mas saat membaca rawian tulisanmu. dimasa global ini, rasa kebangsaan dengan mencontohkan bangsa cina, sepertinya cocok sekali.
selamat dengan peluncuran web barunya mas. semoga usaha ini senantiasa memupuk kesadaran kita akan arti indonesia yang sesungguhnya
Bagus Om DV, bangsa kita sudah ngga pantas dibilang kecil, kita ini besar dan tersebar dibanyak negara. Mudah2an dengan adanya komunitas ini, anak negri dimanapun berada masih bisa merasakan tanah kelahirannya :)
salut..
saya salut dengan anda, walaupun sudah pindah ke negara lain tapi masih peduli dan mampu berbuat “sesuatu” untuk Indonesia.. maju terus.. semoga ini menjadi inspirasi di tengah menurunnya rasa nasionalisme di Indonesia.
Saya mendukung meskipun saya masih berdiam di dalam tempurung Indonesia. Semoga usaha yang baru sedikit ini untuk membesarkan Indonesia bisa menjadi kenyataan.
Kalau yang dari dalam Indonesia sendiri apa juag mendaftar disana ma :?:
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
Komentarku di sini dab http://aakuntoa.wordpress.com/2011/08/24/perkara-jawa-cina/
Salut ^_^ aku liat beberapa temen ada disana