Kisah Yoki dan Organ Vitalnya yang Terpotong

18 Apr 2008 | Cetusan

Yoki dan Organ Vital yang Terpotong
Kasihan betul si Yoki!
Barangkali niat bapaknya sangat baik, menjalankan ajaran agama sekaligus pengiritan biaya maka ia pun menyertakan anaknya dalam sebuah acara khitanan massal.
Tapi tak seperti jutaan anak lain di Indonesia yang sepertinya baik-baik saja seusai dikhitan baik yang massal maupun tidak, si Yoki ini tak hanya terkerat daging kulitnya saja tapi sekalian organ vitalnya pun terpotong karena ulah dokter yang lalai.
Haduh! Ndak usah dibayangkan bagaimana rasanya… Lagipula kalau soal rasa sakit pasti akan terobati akan tetapi organ vital terpotong… wew, teman-temanku dulu sering bilang itu sebagai MaDeSu, Masa Depan Suram!

Kenapa masa depan suram?
Ya jelas suram karena kalau tak bisa dibetulkan tentu akan mempengaruhi kinerja tubuhnya.
Ia barangkali akan kesulitan ketika akan pipis, “Mana atau apa yang harus saya pegangi sekarang? Selang?” Begitu mungkin rintihnya setiap kali ke belakang melihat organnya yang telah tumpul.

Selain itu dia juga mesti pintar-pintar pilih istri nantinya. Setidaknya dia harus mendapatkan istri yang betul-betul mengerti kekurangannya itu dan ini bukan perkara mudah!
Terlebih pasti terbayang di dalam pikiran Yoki dan orang tuanya bagaimana nanti mereka akan mendapatkan keturunan kalau keadaan organ terpenting dalam penghasil keturunan (?) itu terpotong oleh dokter yang mengkhitannya ?

Saya sendiri ndak tahu sepanjang apa yang terpotong dari organ vitalnya….tapi anyway ya sudahlah, Yoki!
Tuntut saja sebisanya si dokter yang bedebah itu!
Suruh dia berpikir bagaimana seandainya dia yang seperti ada di posisimu? Apa tidak madesu juga dia?
Saya sih, walau ndak ngerti, percaya kalau teknologi dan kemajuan dunia kedokteran akan mampu mempertampan organ vital dan menumbuhkan kembali bagian yang hilang itu meski yah sudah bukan lagi buatan alam melainkan rekayasa manusia oleh karena itu suruh dia mengongkosi biaya renovasinya!
Sekalian pesan bentuk yang lebih indah dan lebih gahar bahkan ketimbang bentukmu yang semula kalau bisa!

Yah begitulah!
Saya merasa kejadian demi kejadian di dunia ini memang semangkin menganeh-anehi.
Tapi anyway, saya agak geli setelah membaca komentar Pak Effendi (bapak si Yoki) yang saya kutip di bawah ini:

“Tapi sekali lagi saya tekankan, itu sama sekali bukan harga anak saya. Saya hanya menginginkan masa depan yang lebih cerah bagi anak saya karena mahkota seorang lelaki lebih penting dibanding harta…. kutipan dari sini

Ya, ya, ya! Saya ndak memungkiri apa yang ia katakan. Teramat sangat setuju untuk hal itu!
Akan tetapi ada rasa yang menggelikan ketika ia memilih kata “mahkota” untuk menggambarkan sesuatu yang sangat penting dan bahkan lebih penting ketimbang harta.
Kenapa saya geli karena bukankah mahkota biasanya ada di kepala, Pak Effendi?

Sebarluaskan!

3 Komentar

  1. Apa bedanya? Pada perempuan pun kerap digunakan istilah “mahkota” (bisa menggunakan tanda seru ataupun tidak). Masalah persepsi saja: seberapa bernilai sehingga disebut mahkota! ;)

    Apakah berarti itu mengapa disebut “vital”? ;p

    Balas
  2. ada fotonya ga don…? jadi penasaran bentuk yg terbarunya…hehe

    Balas
  3. bukankah ‘wakil kepala’ juga perlu pakai mahkota? :D

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.