“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”
(Lukas 21:3-4)
Pesan utama tentang cerita janda miskin yang memberikan dua peser uang ke dalam peti derma adalah bagaimana kita mau memberikan dari kekurangan. Janda itu berkekurangan tapi ia memberikan seluruh nafkahnya kepada Tuhan.
Tapi perkara beri-memberi, tak hanya uang, itu terkadang justru berpeluang untuk membuat kita jadi saling menghakimi antar-sesama.
Ketika ada seorang yang tak memberi uang dalam jumlah yang banyak untuk event penggalangan dana, kita menuduh ia adalah seorang yang pelit, yang ?tidak seperti janda miskin? padahal kita tak tahu kebutuhan yang sedang ia hadapi yang mungkin membutuhkan banyak uang di dalamnya.
Begitu juga soal waktu.
Ketika ada seorang bapak yang sibuk bekerja ditawari ikut pelayanan, dengan sopan ia bilang, ?Maaf, aku tak punya waktu??
Orang-orang lantas menganggap bahwa bapak itu tak memiliki semangat ?janda miskin? padahal mereka tak tahu beratnya jadi kepala keluarga yang harus membiayai istri dengan lima anak.
Ia harus membanting tulang bekerja di restaurant lalu malam harinya narik ojek demi membuat dapur mengepul.
Nah, bukankah tidak adil kalau lantas kita bilang bahwa ia tak seperti janda miskin karena mencukupi kebutuhan keluarga, bukankah itu adalah pelayanan juga kepada Tuhan melalui buah cintaNya?
Pernah pula ada seorang pastor Indonesia yang sedang diutus untuk studi di Australia.
Suatu waktu, seorang ibu menghubungi supaya si pastor mau memimpin perayaan misa di rumahnya tapi pastor itu menolak dengan alasan, ?Maaf saya tidak bisa karena masih ada tugas akhir yang harus diselesaikan??
Si ibu itu marah lalu menghardik, ?Pastor lupa tugas utama pastor ya!?? Si ibu tentu tak mau tahu berapa biaya yang dikeluarkan provinsial untuk mengirim pastor itu belajar ke Australia. Yang ia tahu pastor itu tugasnya memimpin misa.
Beruntung si pastor tak terpancing, karena kalau aku jadi dia, barangkali dengan ketus akan kujawab, ?Justru karena saya tahu tugas utama kemari adalah belajar maka saya menolak permintaan ibu??
Kawan, hanya Yesus yang berhak menilai apakah sikap kita dalam memberi itu seperti janda miskin atau bukan. Itupun karena Yesus adalah Tuhan. Perkara memberi dari kekurangan adalah urusan kita pribadi dengan Tuhan. Cerita tentang janda miskin adalah cerita penyemangat bagi kita supaya bisa semakin memberikan yang terbaik di tengah kelemahan dan kekurangan yang kita terima. Cerita itu diungkapkan Tuhan bukan untuk kita jadikan sebagai palu pengadil bagi sesama?
Sydney, 27 November 2017
0 Komentar