• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Ketlingsut

15 Mei 2009 27 Komentar

Beberapa waktu lalu, Joyce, istriku, mengeluhkan giwang kesayangannya yang hilang sebelah.
“Barangkali di kamar mandi jatuh waktu kamu mandi pagi tadi?” hiburku padanya.
“Enggak kok! Tadi masih sempat kupakai kerja malah…” Ia menjawab lirih, dalam kegalauannya.
“Oh, ya … hmm o well mau gimana lagi? Biarin aja deh, barang sekecil itu dicari ya bakalan susah.” tegasku padanya.
“Dan, jangan diharapin balik deh. Kalau (barang itu) masih jadi hakmu, pasti balik.” tambahku lagi seraya berharap omongan itu menutup kekecewaan istriku.

Peristiwa kehilangan semacam ini tiba-tiba mengingatkanku pada Nenekku.
Beliau cukup sering kehilangan perhiasan baik itu anting maupun kalung, malah pernah pula cincin yang ia kenakan tiba-tiba lenyap seperti ditelan bumi tanpa ia sadari.
Dan setiap kejadian, Nenekku yang sekarang sedang menjelang usia ke 80 itu selalu berujar “Oh, barangku sedang dipinjam Simbah!”

Pernah aku bertanya, “Simbah siapa?”
Nenekku yang biasa kupanggil “Ibu” itu tersenyum nggleges menjawab “Ya simbah yang mbaurekso rumah ini, mungkin dia mau pinjam pakai untuk kondangan,
nanti juga dikembaliin.”

Dan akupun melongo…

Ajaibnya, tak seberapa lama kemudian barang itu memang benar-benar dikembalikan.
Diketemukan tergeletak di tempat-tempat tak terduga. Bisa dikolong tempat tidur, di kamar mandi ataupun di dapur.

“Faham” nenekku ini lantas menurun pada anaknya, Mamaku yang pada setiap ia kehilangan (dalam bahasa jawa adalah “ketlingsut”) barang terutama perhiasan ia selalu menganggap barangnya bukan hilang tapi dipinjam dan nanti kalau sudah waktunya akan dikembalikan. Dan kok ya, biasanya kehilangan itu tak terlalu lama. Hitung dalam satu dua hingga empat hari, barang yang dipinjam itu akan dikembalikan. Dan kalau sudah demikian, seperti halnya Ibunya, Mama selalu berujar “Nah, rak tenan tho. Matur nuwun nggih, Mbah!” (Nah beneran kan, makasih ya Mbah). Kalimat ucapan itu pada akhirnya semakin hari semakin meneguhkan bahwa apa yang ia dan ibunya yakini adalah benar.

Dan cukuplah faham itu menurun sampai Mamaku saja, dan tidak padaku meski entah pada si Citra adikku.

Aku bukannya tidak percaya akan hal-hal yang terjadi di luar nalar seperti itu tapi penolakanku simply karena aku tak mau terperosok terlalu jauh memikirkan hal-hal yang tak sanggup kupikirkan dan sialnya tak bisa dipelajari secara teoretis karena ngga ada buku yg membahas ttg howto nya hal-hal demikian, bukan?

Lebih baik bagiku, saat kehilangan maka kita berpikir untuk lebih hati-hati ke depannya, menabung untuk membeli lagi dan meski menyesakkan, belajar untuk melupakan yang sudah hilang. Karena bukankah kita sebagai manusia memang harus siap untuk kehilangan apapun juga pada akhirnya nanti?

Kembali ke soal Joyce yang kehilangan giwang itu tadi… dua hari setelah kejadian, pada sebuah pagi ia mengirimkan sms padaku yang sudah sampai di kantor lebih dahulu. Begini bunyi sms-nya “Ajaib! Aku nemu giwangku di aspal jalan depan rumah tetangga padahal kemarin aku lewat situ nggak ada!”

Dan akupun menjawab “Thanks God!”
Cukup, cukup demikian tak perlu kubilang bahwa itu barang sudah dikembalikan Tuhan A atau Dewi B atau apapun kekuatan-kekuatan yang diceritakan selalu lebih besar dari manusia.
Kuyakin dan percaya, kalaupun memang benar-benar ada, mereka bahkan tak perlu meminjam kalau memang betul-betul perlu, bukan? :)

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan

Tentang Donny Verdian

Donny Verdian born in Indonesia, 20 Dec 1977. He moved to Sydney, Australia in 2008. Donny is a songwriter, singer and musician. He's also known as Superblogger Indonesia.

Reader Interactions

Komentar

  1. mascayo mengatakan

    16 Mei 2009 pada 12:04 am

    untuk kasus kali ini secara logika mungkin giwang mbak joey sempat jatuh lalu tertiup angin kesana kemari. dan jelas nggak sedang dipinjam Simbah, kan Simbah di Klaten.
    btw , kalo saya sekarang kadang bukan ketlingsut, tapi sengaja ditlingsut … itu tuh kerjaannya Zia … *sampe sekarang isolasi bening yang masih 99% utuh belum ketemu :)

    Balas
    • DV mengatakan

      16 Mei 2009 pada 12:04 am

      Hehehehe :)
      Isolasi bening ya susah mas lha wong bening, transparan :)

      Balas
  2. kris mengatakan

    16 Mei 2009 pada 12:15 am

    sik… sik… jadi sing mbaurekso omahmu ki melu neng ostrali njuk nyilih giwange joyce to don? hahahah!!!

    Balas
    • DV mengatakan

      16 Mei 2009 pada 12:15 am

      Hauahahahah yo cetho melu lha wong sing mbaurekso kuwi aku jhe huahuahua :)

      Balas
  3. femi mengatakan

    16 Mei 2009 pada 11:15 am

    untung aku gak pernah didoktrin ketlingsut gitu yah :p
    jadi kalo ada yang ilang (dan ketemu lagi) ya berarti kecerobohan tak disadari. anting nyangkut di handuk, handuk dijemur di halaman. besok-besok (bisa besok 3 minggu lagi hehehehe) pas nyapu eh ketemu… ya gitulah kira2 jalan pemikiran saya kalo ada yang ilang. Seringlah kehilangan barang tanpa sengaja. Saya juga mikirnya kalo ilang trus ketemu lagi ya syukur masih bisa dikasih kesempatan memiliki lagi, masih diingetin lain kali jng ceroboh. kalo ilang beneran ya udah nasib dicolong, mau minta sama Tuhan suruh rampoknya balikin juga susah itu hehehehe (apalagi sama Mbah…). Cuman bedanya kalo ilang beneran terus curhat sama Tuhan ya nanti pasti diganti dengan yang lebih bagus, Amin. Kalau curhat sama Mbah ya embuh.. wong dia aja katanya kan minjem kalau emang beneran gitu, kita curhat malah diomelin, soalnya belom dipinjem dah ilang =))

    Balas
    • DV mengatakan

      16 Mei 2009 pada 11:15 am

      Hehehehe komenmu bagus, bahasanya lincah!
      Salam kenal Femi!

      Balas
  4. edratna mengatakan

    16 Mei 2009 pada 4:47 am

    Anting2 atau giwangku yang tinggal sebelah bakalan banyak sekali. Entah kenapa baik saya atau si bungsu sering banget menghilangkan perhiasan yang namanya anting ini, dan hanya sebelah.
    Jadi…akhirnya nggak pengin beli yang namanya berlian (walau punya juga, tergiur bujukan teman saat muda)…kawatir stres kalau hilang.
    Dan mungkin karena melihatku tak punya perhiasan, setiap perpisahan, pindah unit kerja dsb nya, saya sering mendapat gelang, kalung dsb nya hadiah perpisahan. Dan lagi2 jarang dipake, rasanya nggak nyaman pake gelang, mau tanda tangan atau menulis bunyi melulu….hihihi…Jadi yang dipake hanya jam tangan, dan anting kecil, yang kalau hilangpun tak masalah. Cuma, yang lain jangan meniru lho…kan nggak feminin.
    DV, di rumahku di kampung, kejadian barang hilang, dan besoknya ada lagi, adalah hal rutin. Jadi kalau udah di ubek2 nggak ketemu ya dibiarkan aja…ibuku punya pemikiran sama seperti Mama dan nenekmu (kenapa ya kok bisa seperti itu?)…ntar ketemu lagi tanpa dicari

    Balas
    • DV mengatakan

      16 Mei 2009 pada 4:47 am

      Bu, sepertinya memang sudah menjadi satu pola pikir tipikal.
      Tapi setelah mbaca komentar Ibu, saya pikir kenapa Mama dan nenek dulu berpikir begitu mungkin hanya sebagai ungkapan kepasrahan saja ya?

      Balas
  5. Muzda mengatakan

    16 Mei 2009 pada 3:49 pm

    Bener Mas, kalau mereka emang perlu, gak perlu pake pinjem … Lagian apa iya di alam sana itu perlu barang-barang duniawi ..
    Kalo aku sih mikirnya kalo pas barangku ketlingsut, itu gara-gara akunya aja yang ceroboh, atau yang paling gampang, timpakan aja tuduhan sama ponakan yang masih balita, hehee :)

    Balas
    • DV mengatakan

      16 Mei 2009 pada 3:49 pm

      Hahahaha, lha kok anak balita malah disalahkan, emang kau kira mereka itu tuyul :)

      Balas
  6. Retie mengatakan

    17 Mei 2009 pada 3:21 am

    hehehee :) simbahmu itu mungkin seangkatan sama simbahku juga kali ya,mas :)
    Dulu simbahku juga bilang gitu kalo ada barang yg ketlingsut. Sampe barang-barang didapur juga begitu ya ampunn, dulu alm ibuku juga bilangnya begitu,”ooo pancine lagi di pinjam sama simbah,ntar khan pasti dikembalikan”
    Sekarang, simbah dari ibu baruku dan ibu baruku juga bilang begitu “oalah dapure cilik koq ngoleki wajan ae ora ketemu tho, lha iki mesti di pinjem sama simbah putri” :)
    hehehe
    Yaaa kalo aku sich kadang mikir mungkin saat aku nyari itu kurang teliti jadinya ya ngga nemu. nanti saat pelan-pelan carinya / malah ngga dicari malah nemu :)

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Mei 2009 pada 3:21 am

      Hahahaha berarti memang itu menjadi tipikal ya Ret :)

      Balas
  7. p u a k mengatakan

    17 Mei 2009 pada 8:26 pm

    Hehehe… ada2 aja dah..
    Untung aku lahirnya di Padang, jadi nggak sempat diajak ngomong simbahku soal mbaurekso ituh.. :D

    Balas
  8. Ayu mengatakan

    18 Mei 2009 pada 4:24 am

    Walopun saya besar di Jogja belum pernah sih diceritain barang dipinjem simbah, yg ada ya ketlingsut atau ilang (biasanya sih terus ilang) Tapi berhubung saya orang Bali, jadi besar dengan cerita2 dunia yg lain…percaya gak percaya sih. Biasanya percaya kalau ada kejadian yg sudah tidak bisa dijelaskan dng logika, kalau udah gitu paling enak menyalahkan dunia lain :)

    Balas
  9. anderson mengatakan

    17 Mei 2009 pada 8:40 pm

    Hmm…gitu ya? Lha kok si Mbah minjem barang ngga bilang-bilang dulu yah, kan sempet bikin panik juga. Atau mungkin kalo si Mbah nongol trus bilang “pinjam giwang nya donk, mo kondangan” takutnya yang punya giwang keburu pingsan…heheh

    Balas
  10. tikabanget mengatakan

    17 Mei 2009 pada 11:28 pm

    simbahnya temen sayah masih ngelakuin ritual kejawen, seperti bikin bubur merah dan nyediain kopi sama air putih,ditaruh di langit langit rumah..
    tapi biasanya kebatinan gitu malah banyak kejadian benernya..
    hihi..

    Balas
  11. Ria mengatakan

    18 Mei 2009 pada 11:05 am

    beberapa kali aku pernah kehilangan seperti itu, yang paling sering itu giwang atau mainan kalung…sebal bgt mas apalagi kalau yang kecil2 itu ternyata mahal harganya :(
    terkadang balik tapi terkadang gak balik….

    Balas
  12. mantan kyai mengatakan

    18 Mei 2009 pada 2:27 am

    hahaha. kepercayaan “wong lawas” memang aneh-aneh dan cenderung tidak masuk akal bagi generasi yang lebih “baru”.
    cuman misalnya bener ada satu yang saya bingung. itu kejadian di oz kan??? ternyata setan disana belom se makmur manusianya ya?? kok sampe minjem anting segala sama manusia …. jiakakaka

    Balas
  13. Eka Situmorang - Sir mengatakan

    18 Mei 2009 pada 4:08 am

    Waduuuh.. gak percaya sama si mbah begitu.
    Tapi pernah juga ngalamin yang kayak gitu…
    ilang nya 6 bulan !!!
    itu giwang mutiara akhirnya ketemu di dalam mobil.. padahal itu mobil udh di vacuum berkali2 koq ya gak nemu…
    yaa mikirnya sich kalo memang udh milik ya pasti kembali :)

    Balas
  14. sawali tuhusetya mengatakan

    18 Mei 2009 pada 5:05 am

    ah, ini faktor kebetulan atau apa namanya, mas don. barang2 yang sudah ndak mungkin diketemukan, ternyata secara tak terduga bisa kembali lagi. pandangan orang tua zaman dulu memang rata2 begitu, mas. tapi kalau menurut saya, bukan karena soal percaya atau tidak percaya terhadap hal-hal di luar jangkauan akal seperti itu. tapi agaknya sikap pasrah dan ikhlas setelah berbagai upaya yang ditempuh tak membuahkan hasil, yang membuat barang2 yang hilang itu bisa kembali ditemukan.

    Balas
  15. genthokelir mengatakan

    18 Mei 2009 pada 6:33 pm

    wakakaka nek ketlingsut tus alasane di pinjam sing ra ketok hahaha iku memang mbiyen gawe andalan yo mas
    ning sak iki alasan mau ra iso di tompo sebab awak dewe siang crobo hehehe
    ana sing ketlingsut sandal sampean di temukan nang kamare tanggane hahahahahaha
    sehat sehat semua kan selama ini
    salam sukses selalu

    Balas
  16. -GoenRock- mengatakan

    18 Mei 2009 pada 3:46 pm

    Nganuh, saya sering kehilangan sinyal HSDPA kalau lagi onlen di kamar saya, tapi beberapa saat kemudian sinyal tersebut nongol lagi dengan sendirinya. Apakah di kamar saya ada Simbah sing Mbaureksa ya? :shock:

    Balas
  17. Ikkyu_san mengatakan

    18 Mei 2009 pada 7:25 pm

    kadang juga kita sudah cari di tempat ketemunya berkali-kali tidak kelihatan, dan orang bilang mata kita ditutup si “Mbah” atau barang itu disembunyikan dari penglihatan kita.
    Saya rasa saat itu kita cari dalam keadaan panik, marah-marah sehingga terlewatkan tempat-tempat itu. Kalau sudah reda kepanikan dan kemarahan, kita bisa lebih tenang mencarinya kan.
    Aku dulu pernah berharap bahwa sebuah cincin emas dari mama sedang disembunyikan si “Mbah”, tapi sampai bertahun aku tunggu tidak muncul juga, akhirnya pada saat menghadapi sakrat maut usia 13 tahun , aku minta maaf pada mama krn menghilangkannya (selama itu aku sembunyikan). Ternyata bukan si “Mbah” yang ambil, tapi aku memang teledor, dan mungkin diambil orang.
    EM

    Balas
  18. Yoga mengatakan

    19 Mei 2009 pada 11:17 pm

    Aku pikir, terkadang kita terlalu fokus pada barang yang hilang, sehingga di benak kita visualisasi barang yang hilang itu jelas banget sehingga “mengganggu” indera penglihatan yang lagi “mengobrak-abrik” setiap tempat yang dianggap berpotensi “menyimpan” benda yang hilang itu. Dan ketika, fokus itu sudah berubah, indera penglihatan akan bekerja dengan lebih sempurna. Untuk itu, kalau kehilangan benda-benda kecil begitu, sebaiknya diam dulu, tarik nafas panjang, dan berusaha lebih rileks.
    Lebih ekstrim lagi, ada yang mengajarkan, kalau kamu lupa meletakkan sesuatu, berdoalah atau sembayanglah yang khusyuk, biarkan setan memberitahumu letak barang itu, sebab biasanya setan menyertaimu dan “mengkilik-kilik” hatimu agar tak khusyu dan berpaling dari mengingat Tuhan ketika sedang berdoa atau sembahyang. Dan kupikir ada betulnya juga, soalnya kerap pas berdoa atau sembahyang, aku suka ingat hal-hal yang tadinya aku lupa. Hehehe…….

    Balas
  19. Tuti Nonka mengatakan

    2 Juni 2009 pada 5:41 am

    Kalau saya nggak menafikan keberadaan makhluk-makhluk itu, karena mereka memang ada. Di rumah saya saja ada beberapa, meskipun saya sendiri nggak bisa lihat (yang lihat orang-orang lain, yang memang punya bakat … hiii bakat kok lihat hantu ya :( ).
    Tapi kalau ada barang ketlingsut, dan sudah dicari-cari nggak ada, ya sudah … saya lupakan saja, nggak mengkait-kaitkan dengan simbah. Anggap hilang beneran. Kalau suatu saat ketemu lagi, nah … berarti masih rejeki kita.

    Balas
  20. Arie mengatakan

    18 Juni 2009 pada 8:22 am

    kalo menurutku simple aja,bos. pada dasarnya barang2 yg hilang tidaklah sepenuhnya “hilang” melainkan pindah. pindah kemana? pindah ke “pikiran” kita(walaupun hanya sementara).
    :D

    Balas
    • DV mengatakan

      18 Juni 2009 pada 8:22 am

      Hehehehe,,, anyar iki.. Apik!Apik!

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT