Yesus berkata bahwa kedatanganNya yang kedua nanti akan seperti halnya yang terjadi saat air bah datang dan membinasakan mereka semua yang hidup di jaman Nabi Nuh. Pada saat itu mereka sedang makan, minum, kawin dan dikawinkan hingga akhirnya bencana datang. (lih. Lukas 17:27)
KedatanganNya juga akan sama saat hujan api dan belerang diturunkan dari langit di ?Sodom dan Gomorah?. Saat itu mereka juga sedang makan, minum, membeli dan menjual, menanam dan membangun. (lih. Lukas 17:28-29)
Apa artinya?
Yesus akan datang kedua kalinya mungkin saat kita sedang menjalani rutinitas kehidupan sehari-hari seperti biasa! Barangkali saat kita sedang sibuk bekerja, ibu-ibu sedang menanak nasi dan anak-anak bersekolah? Bisa jadi!
Hari Tuhan dan juga kematian datang seperti pencuri, seperti mempelai pria, tak dinyana, tak diduga tahu-tahu tiba! Tak ada yang tahu kecuali Allah sendiri!
Tahun lalu aku dikagetkan dengan kawanku yang meninggal terkena serangan jantung padahal sejam sebelumnya kami masih ngobrol di jendela percakapan WhatsApp dan ia sehat-sehat saja! Siapa pula yang menyana bahwa pagi hari Senin 29 Oktober 2018 adalah pagi terakhir bagi para penumpang Lion Air JT610 menyapa keluarganya sebelum akhirnya mereka mengalami musibah kecelakaan di laut utara Jawa?
Apa yang bisa kita pelajari dari sini? Dari kenyataan bahwa kematian dan datangnya Hari Tuhan itu bisa mendadak dan tiba-tiba?
Takut? Wajar! Tapi bagaimana menerjemahkan ketakutan dalam kerangka positif adalah yang paling penting. Kalau kita takut lantas tak mau melakukan apa-apa itu tidak bisa dibenarkan! ?Duh, karena aku takut mati bisa terjadi kapan saja, aku lebih baik keluar dari pekerjaan lalu berdoa terus-menerus di Gereja deh hingga Tuhan benar-benar datang!? Nggak gitu juga kali! Keluarga mau dikasi makan apa?
Takut harus diarahkan dalam pasrah secara iman. Artinya, di dalam iman yang bertumbuh kepadaNya, kita tahu saat itu pasti akan datang! Di dalam iman juga kita harus melanjutkan hidup ini dengan sebaik-baiknya karena memang itu yang dimaui Tuhan!
Kita boleh larut dalam kesibukan dan rutinitas sehari-hari, tapi hati tetap harus terarah kepadaNya. Bahwa apapun yang kita kerjakan saat ini dan nanti, semua bukan karena kesia-siaan! Semua harus karena dan demi kemuliaan namaNya saja!
Maka berhati-hatilah pada yang namanya rutinitas. Pastikan kita bisa menilai bahwa hal-hal yang kita lakukan tersebut adalah hanya bagiNya dan bukannya membuat kita berjarak dari Bapa!
Sydney, 16 November 2018
Jangan lupa isi Survey Kabar Baik 2018. Hasil isian kalian dalam survey tersebut sangat mempengaruhi bagaimana pola tulisan dan distribusi renungan Kabar Baik ini akan berkelanjutan. Klik di sini untuk informasi selengkapnya!
0 Komentar