Apa yang ingin dikatakan Yesus hari ini amat fundamental. Beribadah kepada Tuhan itu wajib, tapi sebelumnya baiknya? selesaikan dulu urusan-urusan ?duniawi? kita dengan sesama.
Awalnya kupikir untuk menyelesaikan urusan-urusan kita dengan sesama itu ?cukup? dengan memaafkan sesama tapi ternyata tidak. Secara eksplisit, Yesus menyatakan bahwa kita diminta untuk mengingat jika ada ?sesuatu? yang barangkali ada dalam hati orang lain terhadap kita., ??tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.? (Matius 5:23 – 24)
Buset, susah amat ya cyn?
Memaafkan yang bersalah saja susah apalagi ?mengingat? hati orang lain yang mungkin punya ?urusan masalah? dengan kita? Tapi tak ada yang tak mungkin ketika kita mengandalkan Tuhan!
Aku menemukan beberapa tips untuk mencapai hal itu dari sudut pandang yang mungkin tak biasa.
Minimalisasi atau nihilkan musuh!
Mengingat satu musuh itu lebih mudah daripada mengingat seribu musuh!?Ketika kita punya seribu musuh atau dimusuhi seribu orang, kita akan kesulitan untuk mengingat apa masalah kita dengan musuh nomer 931 dan apa pula yang membuat musuh nomer 45 marah besar waktu itu dan seterusnya.
Jadi, untuk memudahkan ingatan, kita harus mengurangi atau kalau perlu menihilkan jumlah musuh ataupun orang yang memusuhi kita. Minimnya atau tiadanya musuh akan membuat kita memiliki kepekaan yang lebih untuk mengingat apa yang kiranya mengganggu hubungan kita dengan sesama. Karena peka, kita lantas bisa cepat-cepat berekonsiliasi dan masalah pun terselesaikan sehingga kita bisa melanjutkan ibadah kepada Tuhan.
Kuncinya ada pada kerendahan hati
Kerendahan hati menjadi titik penting dalam meminimalisasi permusuhan dengan sesama demi lancarnya ibadah kita kepada Tuhan. Kerendahan hati mewujud dalam sikap damai dan penuh persaudaraan terhadap sesama termasuk ketika kita harus meminta maaf dan memaafkan saat adalah permasalahan. Sebaliknya, sikap sombong nan jumawa adalah hal yang akhirnya memisahkan kita dengan kepekaan terhadap sesama dan ini pelik karena seperti di awal kutulis, ibadah pada Tuhan menuntut kita untuk menuntaskan hal-hal seperti ini terlebih dahulu.
Tahun Politik
Terkait dengan itu, kita juga perlu ingat bahwa tahun-tahun ini adalah tahun politik. Tahun dimana yang menentukan bukan saja siapa yang akan memimpin satu daerah dan bangsa tapi juga menentukan siapa saja yang masih mau berteman dengan kita dan siapa yang memilih untuk menutup diri karena perbedaan pilihan.
Yang tadinya kawan akrab, hanya gara-gara beda pilihan jadi menjauh dan saling sindir. Yang tadinya makan di meja besar di rumah, gara-gara pilihan partai politik berbeda seorang kakak tak sudi menegur apalagi makan bersama adiknya?
Berpolitik itu boleh tapi tahu saat dan tahu tempat serta tahu resiko yang akan menimpa ketika kita terlalu asyik di dalamnya..
Jangan sampai kepentingan politik sesaat mencederai hubungan kita yang selamanya terjalin dengan Dia.
Sydney, 23 Februari 2018
0 Komentar