Ketika pinta tak terkabulkan dan doa pun seolah tak didengarkan…

12 Sep 2017 | Kabar Baik

Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul (Lukas 6:12 – 13)

Sebelum melakukan aksi, Yesus mengajarkan untuk berdoa. Seperti halnya hari ini, sebelum memutuskan memilih kedua belas rasul, semalam-malaman Ia berdoa kepada Bapa.

Apa yang didoakanNya? Entah tak ada satupun rasul penulis Injil yang menceritakan detailnya.

Tapi apalah gunanya doa kalau pilihanNya ternyata salah, Don?

Salah?
Iya! Salah karena kan ada si Yudas Iskariyot di situ! Kenapa ia tetap diangkat menjadi rasul? Apakah Yesus tak tahu bahwa Yudas akan mengkhianatiNya? Bukankah Ia Tuhan?

Waduh! Gimana ini?! Ada yang bisa bantu jawab? Apa benar doa Yesus tak manjur hanya karena Ia memilih Yudas Iskariyot sebagai salah satu rasulNya?

Hehehe… bagiku tergantung bagaimana kita mengartikan doa. Apa arti doa bagi kita? Bagi orang yang menganggap doa hanyalah penolak kesusahan, barangkali apa yang dikhawatirkan kawanku itu benar karena pada akhirnya Yesus menderita di salib setelah dikhianati Yudas.

Tapi bagiku, aku sedang belajar memaknai doa sebagai sarana komunikasi antara kita dengan Tuhan. Ketika aku kangen anak-anak dan istri, aku bisa mengirim pesan via WA. Ketika kamu tiba-tiba rindu pacar di tanah seberang, kamu ber-videocall. Nah, ketika kita rindu untuk berbincang dengan Tuhan, doa adalah saluranNya.

Namanya juga komunikasi, tak semuanya harus monoton serba meminta dan serba memohon. Ada yang curhat, ada yang mensyukuri ada juga yang pasrah! Nah, terkait dengan doa Yesus, sekali lagi karena tak ada satupun rasul penulis Injil yang menuliskan detailnya, aku tertarik mengulas doa yang diucapkan Yesus dan sempat dituliskan Matius. Doa itu didaraskanNya saat Ia berdoa di Taman Getsmani, beberapa jam sebelum Ia diserahkan kepada para serdadu yang datang bersama Yudas.

?Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki? (bdk. Matius 26:39)

Nah! Perhatikan struktur doaNya. Ia memiliki permintaan yaitu supaya cawan penderitaan (penyaliban) bisa dihindari. Tapi di bagian akhir, Yesus menyatakan kepasrahanNya. Ia sadar, sebaik-baiknya rencana yang Ia inginkan, Bapa adalah sosok yang mengutusNya untuk datang ke dunia. Jadi, apapun yang dikehendaki Bapa adalah yang terbaik bagi Yesus.

Bagiku, inilah doa permohonan yang baik. Doa yang merangkum permintaan karena wajar kita itu meminta tapi sekaligus menyatakan kepasrahan atas keputusanNya karena lagi-lagi wajar, kita ini sepenuhnya milik Bapa.

Berpegang pada doa seperti ini, ketika mendapati hasil yang tak sesuai dengan permintaan, kita tak serta-merta merasa bahwa doa kita gagal dan tak didengarkan Tuhan. Justru kita ditantang untuk meresapi apa yang telah kita dapatkan. Jangan-jangan sebenarnya Ia telah memberikan yang terbaik tapi karena tak sesuai dengan harapan maka kita memilih menutup mata dan menyangkalNya?

Mari semakin merendahkan diri di hadapanNya dalam sikap hidup dan doa sehingga kita semakin dikuatkan.

Eh, btw, kalian masih percaya dan suka berdoa? Apa yang kalian doakan? Permohonan? Curhat? Atau pasrah saja?

Sydney, 12 September 2017

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. Makasih Don….good one ???

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.