Jika hingga batas waktu yang ditentukan visa tinggal tetap (permanent resident) belum juga kita dapat, apakah yang harus dilakukan?
Pulang
Bono, vokalis U2 dalam salah satu lagunya, “Walk On”, berkata begini:
Home
Hard to know what it is
If you never had one
Ya! Syukurilah ketika kamu masih punya tempat yang bisa dijadikan rujukan sebagai rumah; tempat untuk berpulang karena ada begitu banyak orang-orang di luar sana yang tak bisa pulang bukan karena tak mau tapi memang tak punya!
Bayangkan para pengungsi yang nekat pergi dari negara asalnya menggunakan perahu itu, mereka ada di posisi point of no return, karena tak lagi ada rumah, tak lagi ada tempat tinggal saat hidup di tanah asalnya terdesak dan terancam.
Jadi, kalau PR-mu tak dikabulkan, pulanglah dengan lapang dada. Jangan justru membangkang dengan memilih jadi migran gelap lalu kucing-kucingan dengan pemerintah karena kalau demikian apakah yang sejatinya kamu kejar dalam hidup ini? Bukankah rasa nyaman yang bebas merdeka dari ketakutan? Menjadikan diri sebagai migran gelap membuatmu menjadi tak nyaman, ketakutan dan tak mendapatkan pengakuan dari administrasi negara tempatmu bersembunyi di dalam gelap.
Susun langkah ulang
Pulang bukan berarti kamu gagal. Pulang justru memungkinkanmu untuk menyusun langkah baru demi rencana yang lebih baik lagi untuk pergi kemari. Persiapkan apa yang harus disiapkan untuk masuk lagi ke Australia. Pelajari aturan-aturannya untuk mendapatkan poin-poin yang membuat pemerintah Australia merasa tak punya alasan lagi untuk menolakmu.
Cari pacar?yang memungkinkanmu mendapatkan PR? Kalau alasan mencari pacar semata-mata?untuk mendapatkan permanent resident saja barangkali sebaiknya jangan karena kalau demikian, ketika permanent resident sudah di tangan, dengan cara apalagi kamu bisa merekatkan dan mempertahankan kerekatan jodoh itu?
Tetapkan hati
Atau, kenapa tak memilih untuk membangun negeri sendiri? Kebahagiaan tak hanya terjadi di Australia! Kebahagiaan terjadi ketika kita menginginkannya dimanapun dan kapanpun.
Jadi, mau kamu tinggal di Sydney atau di Kroya, di Pyongyang atau di Mosul, mau di Allepo, Damascus atau Kalijodo di Jakarta, kebahagiaan adalah perkara bagaimana cara untuk mulai bersyukur atas hidup yang diberikanNya.
Tanah Air adalah tempat yang permai?meski selama ini banyak yang menjadikannya bahan olok-olok seolah menjadi tempat dimana segala keluh-kesah dan sumpah serapah ditumpahkan, padahal ketika kamu harus pulang, Tanah Air adalah satu-satunya tempat dimana kamu harus menjadikannya sebagai ‘alamat rumah.’
Ingat lho, mencari tempat untuk hidup bukanlah kompetisi dan mencari kalah-menang seperti dalam perlombaan. Mencari tempat hidup adalah mencari tempat terbaik untuk kita bisa melakukan hal-hal terbaik dalam hidup!
Pulanglah! Pulang! Bangun Tanah Air dan jadikan dirimu bahagia dengan membawa hal-hal baik dari tanah dan negeri ini ke sana. Jadilah saksi dan buatlah kami yang memutuskan untuk tetap tinggal di sini menjadi iri kenapa kami dulu tak memilih pulang ke Tanah Air saja kalau hal itu juga tak menghalangi kami untuk berbahagia?
0 Komentar