Ketika dipimpin oleh yang tak seagama?

22 Mei 2018 | Kabar Baik

Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya (Markus 9:35)

Apa yang dituliskan Markus di atas adalah syarat bagaimana seorang pemimpin seharusnya melakukan tugasnya yaitu melayani. Seorang pemimpin tak harus selalu ada di depan. Karena kalau demikian siapa yang melayani orang-orang di belakangnya? Seorang pemimpin harus merendahkan diri karena kalau ia tinggi bagaimana mampu melayani orang-orang rendahan?

Lalu pemimpin seperti apa yang melayani?

Apakah pemimpin yang suka blusukan?
Belum tentu juga karena kalau menilai tingkat pelayanan seorang pemimpin dari seberapa sering melakukan blusukan, menjelang pemilihan dan semasa kampanye ada begitu banyak calon pemimpin yang tiba-tiba memblusukkan diri kemana-mana tapi setelah berakhir dan terpilih, mereka ongkang-ongkang kaki di singgasana.

Apa pemimpin yang tidak mau menerima gaji dan memilih untuk menggunakan gaji untuk rakyat? Kalau demikian penilaiannya lantas bagaimana dengan pemimpin yang menerima gaji karena memang tak punya penghasilan lain selain gaji itu sendiri? Apakah mereka lantas bisa kita sebut sebagai pemimpin yang tak melayani?

Pemimpin yang melayani menurutku adalah pemimpin yang model kepemimpinannya mendekati cara-cara Yesus memimpin! Kepemimpinan Yesus itu sempurna karena selama hidupNya ia menjalankan kehendak-kehendak BapaNya dan mengorbankan diri bagi yang dipimpinNya. Maka pemimpin-pemimpin dunia yang baik adalah pemimpin yang juga melakukan kehendak-kehendak yang mengangkatnya menjadi pemimpin yaitu konstitusi yang berlaku serta memperhatikan konstituennya.

Pemimpin yang melayani menurutku juga adalah orang yang meski tidak sedang memimpin ia tetap melayani sesamanya. Kepemimpinan adalah karakter, bukan jabatan sehingga hal itu harusnya muncul baik ketika seseorang menjabat sebagai pemimpin ataupun tidak.

Lalu bagaimana dengan pemimpin yang tak se-agama? Haruskah kita menolak jika dipimpin oleh pemimpin yang non-kristiani?

Itu terserah kalian tapi kalau aku berpikir pemimpin boleh beragama apapun juga.

Prinsip kepemimpinan yang diajarkan Yesus di atas bersifat universal yang bisa dilakukan oleh siapapun tak peduli apa agama dan keyakinannya. Keagungan ajaranNya tak terbatasi sekat-sekat agama. Lagipula, adakah jaminan bahwa kalau kita dipimpin seorang yang kristiani maka hidup kita akan lebih baik? Adakah si pemimpin juga melayani dan tidak mementingkan kepentingan pribadi serta golongannya sendiri meski ia seorang kristiani?

Jadi, jangan alergi dipimpin seorang yang bukan berasal dari kaum kita. Menilai keberhasilan/kegagalan seorang pemimpin bukan dari identitas agama dan kesukuan serta asal-muasalnya. Nilailah seorang pemimpin dari bagaimana ia melayani, bagaimana ia mau merendahkan diri, bagaimana ia mau menjadi yang terakhir dengan mendahulukan orang-orang yang dipimpinnya?

Sydney, 22 Mei 2018

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.