Canggung, semua serba canggung!
Melakukan hal yang sebelumnya tak pernah dilakukan mendatangkan banyak keganjilan pada awalnya.
Pernahkah kamu melewati sebuah jalan searah dari arah sebaliknya?
Aku pernah dan malah jadi bingung karena seperti menghadapi jalanan yang baru sama sekali :)
Jumat sore kemarin, setelah delapan tahun bersama akhirnya aku resign dari Citraweb.
Ah, soal sedih, sedu dan sedan yang menyertainya sudah saya persiapkan bumper penangkalnya sejak lama,
meski tetap terantuk-antuk juga tapi ya sudahlah, dalam 15 menit setelah perpisahan yang mengharu biru itu
aku telah bisa mengusap airmata, menghirup nafas dalam-dalam lalu menjalankan kehidupan lagi selanjutnya.
Lalu apa masalahnya?
Nah ini… yang jadi masalah itu justru tentang mengubah persepsi dan membiasakan diri terhadap sesuatu yang telah menjadi kebiasaan selama ini, selama aku bekerja di Citraweb.
Yang pertama adalah ketika pulang dari gym tadi.
Biasanya, malam-malam sebelumnya, sepulang dari gym sekitar pukul 22.00 WIB aku selalu ngendon di kantor sampai menjelang subuh untuk sekadar browsing dan chating serta mengerjakan sedikit pekerjaan. Tapi malam ini dan malam-malam selanjutnya tentu tak bisa demikian. Aku yang biasanya menyalakan right sign ketika sudah berada di depan gerbang kantor untuk membelokkan kendaraan ke kanan ke arah kantor dari arah barat, sekarang harus lurus dan melaju hingga ke kost.
Tadi aku hanya bisa menoleh saja dan memastikan bahwa kantor yang kubangun sejak janin delapan tahun lalu itu masih tetap sama seperti tadi sore dan malam sebelumnya ketika aku masih berada di sana.
Lalu yang kedua begini,
tadi sore aku membeli mouse karena memang aku tak punya mouse yang bagus kecuali milik kantor sementara masih ada beberapa pekerjaan
design yang mengharuskan aku untuk memiliki mouse yang cukup bagus supaya pekerjaan juga bisa optimal. Sesampainya di kost akupun segera membuka sealnya. Tapi seal yang harus kubuka itu ternyata cukup keras meski tetap berbahan dasar plastik maka praktis aku butuh alat bantu untuk menyobek permukaannya, maka kucarilah gunting.
Dan pada titik itulah kusadari betapa ternyata gunting pun aku tak punya. Selama delapan tahun ini aku telah begitu menggantungkan
pernik-pernik kecil seperti itu pada kantor, tinggal comot, pakai.. kalau sedang tidak malas ya kukembalikan kalau pas malesnya kumat ya kubiarkan saja sampai ada yang mencari di kemudian hari.
Dan yang ketiga, barangkali yang terparah, adalah akibat ketergantunganku terhadap internet.
Ah omong kosong kalau aku tergantung dengan internet hanya karena pekerjaanku yang memang sangat terkait erat denngan internet,
karena justru di sisi entertaintment-nya yang sangat susah untuk ditinggalkan.
Aku selalu merindukan internet, sesuatu yang sangat lazim kutemukan di kantor kemarin-kemarin.
Semua tinggal.. hmm “click and go”, tapi di kost ketika hendak mengakhiri hari pada pukul 22.00 WIB tiba-tiba aku berontak “Gila!
Jam segini kok tidur!” akupun bergegas ke cafe ber fasilitas wifi!
Aku memasuki cafe laksana alien di tengah rumah sakit! Keterasingan itu ternyata menyiksa meski hanya pada awalnya.
Semua orang tampak seperti mengamatiku meski sebenarnya ini hanya perkiraan berlebihanku saja.
Setelah memesan makan dan minum, akupun duduk di sofa besar, membuka laptop, menyiapkan mouse lalu mencoba memulai menghubungkan diri
dengan network yang ada. Sekali, dua kali.. ternyata error! Setelah utak atik sana dan sini, baru aku bisa kembali merasakan internet
network yang cukup lancar meski sekali lagi tak bisa dibandingkan dengan koneksi kantor yang wus, wus, wus itu.
Itu belum apa-apa, kalian mau tahu yang membuatku kaget adalah ternyata untuk duduk dan berselancar cukup nyaman aku harus mengeluarkan
uang tak kurang dari 40 ribu untuk secangkir green tea, sepiring tuna salad serta sebotol super kecil air mineral!
Bloody expensive, huh?
Itulah tiga hal yang masih bisa kuingat dan kucatat, selebihnya aku hanya tersenyum menghadapi sisa hari pertama selepasku dari Citraweb. Setelah delapan tahun, aku harus menghadapi banyak hal yang sebenarnya tak terlalu baru dan tak sulit,
tapi harus kuakui tetap membutuhkan penyesuaian diri serta melepaskan diri dari kecanggungan yang ternyata membelenggu.
Haih, ketergantungan itu memang melenakan, dan keterlenaan itu memabukkan dan terkadang mengerdilkan…
Wah… jadi takut… saya ketergantungan sama yang namanya nge-blog.. heheh
*mohon maaf lahir batin
Hahahaha, mohon maaf lahir batin juga… :)
Seperti orang linglung ya..
Untuk sementara waktu kamu akan begitu terus…
Berapa lama?
Tergantung kamu. Tapi waktu aku lepas dari ketergantungan 7 tahun, aku perlu waktu 3 bulan.
Tapi kita harus melampaui itu semua sebagai suatu proses pendewasaan kan?
(eh aku juga kangen tidak melihat id kamu nyala berapa hari ini di YMku, meskipun biasanya juga cuma tertulis status “Busy” atau “sunday mass” hehehe.)
take care ya bro
EM
Hahaha nggak kayak orang linglung sih…
lagipula tulisan itu kubuat tepat semalam setelah aku resign, sekarang, setelah empat hari aku udah terbiasa hehehe..:)
Miss you too, sista :)
Berpindah dari zona nyaman ke zona tidak nyaman… Memang nggak enak awalnya… Setelahnya mas DV akan menemukannya lagi… Hei, sdh baca buku “Who Moved My Cheese?” kan?
Meski saya tahu mas DV bukan seorang muslim, tapi menjelang Idul Fitri, ijinkan saya memohon maaf atas segala kesalahan….misalnya lama nggak “hang out” ke blog ini… ;)
Hhehehe makasih Mbak Yoga :)
Mbak, perkara memaafkan kesalahan itu menurut saya bukan domain agama, so mari kita saling memaafkan dan selamat merayakan Idul Fitri ya, salam untuk keluarga …
Sabar wae, lak ngko ng aussie kono internetan gratis…(jare), hehehehehe
Gratis gundule..:) Kabeh yo mbayar tho ya..:)
Aha! Sesuatu yang nyaman terkadang melenakan kan, Don ;)
Aku pernah merasakan itu. Dari mulai fasilitas kantor, sampai pernah-pernik kebutuhan pribadi. Sampai aku betul-betul tinggal di kantor. Seperti kamu tau sendiri kan, segala yang kubutuhkan ada di sana.
Tapi aku sampai pada titik di mana aku merasa tidak sehat secara sosial. Dan mulai berpikir aku harus “keluar” dari zona nyaman itu. Aku harus seperti dulu lagi: tidak tergantung pada siapa-siapa. Terutama kantor, hehe.
Kita ini hampir sama. Bekerja dan nyaris tinggal di kantor. Karena semua serba tersedia di sana.
Tapi kita memang mesti “keluar” dari zona kebiasaan kita yang nyaman. Karena bisa-bisa melenakan.
Hehehehe….
Entah kenapa aku jadi berpikir jauh, seandainya tukang cukur rambut yang biasa berlindung di bawah pohon besar nan rindang itu praktek tanpa pohon besar yang merindangi, apa ya masih laku?
Bahkan mereka pun terlenakan oleh rindangnya pohon yang bukan kepunyaan mereka ya.. :)
Donny, saya bisa membayangkan…..
seperti saat saya menyadari umur makin bertambah, saat itu saya memimpin Divisi Restrukturisasi, sebuah Divisi yang betul-betul penuh tantangan. Setiap hari mendapatkan situasi yang berbeda, dan saya sangat menyukai tantangan. Sejak masuk di perbankan, saya ditempatkan pada Divisi Bisnis….namun saya sadar, saya harus mulai pindah, agar nanti saat pensiun tak kaget, dari kesibukan yang sangat menyita waktu, menjadi kosong.
Akhirnya saya berani menghadap Direktur, dan dengan berat hati beliau memahami…jadilah saya pindah ke Pusdiklat, yang risikonya lebih rendah, namun mengelola sumber daya manusia. Justru di Diklat ini, saya harus menunjang strategi bidang SDM dalam menyiapkan orang-orang bisnis agar bisa bersaing dipasaran…3 bulan saya mules, situasi baru, dan harus lebih banyak menggunakan otak kanan dibanding otak kiri. Namun lama-lama saya semakin menyukai, bahkan saya sering pulang malam, rasanya puas, jika para fresh graduate siap ditempatkan dilapangan, dan dapat langsung mendapatkan bisnis yang potensial. Namun masa MPP menghadang, walau saat itu saya masih sebagai komisaris di anak perusahaan, selain jabatan sebagai GM Diklat.
Dan mulailah anakku mendorongku untuk mulai menulis di blog…awalnya hanya cerita tentang kehidupanku. Suami meledekku, mosok pengalaman bertahun-tahun mengurusi bisnis, masalah manajemen tulisannya kok itu2 aja… Kemudian saya ketemu mantan CEO ku, beliau mendorongku untuk menulis hal ringan terkait dengan finance, managerial, agar murid-muridku atau orang awam mulai menyenangi hal-hal manajemen. Dan anak-akau yang makin dewasa, kadang saya sulit mengajaknya diskusi, ternyata melalui blog, saya bisa lebih bercakap-cakap dengan anak-anakku. Pada akhirnya setelah MPP, saya malah melepas keinginan untuk aktif sebagai eksekutif di suatu perusahaan, dan malah memilih bergabung sebagai pengajar profesional di lembaga pendidikan….dan ternyata sangat menyenangkan.
Donny, setiap perubahan perlu waktu untuk penyesuaian, namun saya yakin Donny bisa mengatasi masalah ini….suatu ketika Donny bahkan akan merasa bersyukur berani mencoba hal baru.
Memang sesuatu yang kelihatannya nikmat dan mengenakkan sebenarnya mampu melenakan kita sehingga membuat kita lalai. Sesuatu musibah atau masalah yang menimpa mampu membuat kita selalu waspada.
Bukannya kita tidak boleh menikmati setiap sesuatu yang enak dan nikmat menurut saya, melainkan kita mesti membatasi diri agar tidak terlalu berlebih-lebihan. Karena segala sesuatu yang berlebihan itu adalah racun. :D
Wah, kalau kata The Changcuters sih Racoooonnn.. :)
yup… ketergantungan emang nyebelin… seperti sekarang ini don… aku jadi ketergantungan minta uang sama suami karena belum lagi bekerja disini… . blah menyebalkan…!!
Ya nggak papalah ketimbang loe tergantung sama.. hmm.. sama sapa yah ahuahuaa..
eh tp don…. gag salah tuh petugas bandara…. ? artis mana ? melayu ? yg nyanyi gerimis mengundang yag…? huahahahahah…..gara2 lebaran masuk ktr tuh petugas jadi sakit jiwa…
Loe tuh yang sakit jiwa :)
ketergantungan yang bisa mendatangkan banyak manfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, itu lebih bagus, mas donny, ketimbang ketergantungan yang lain, hehehe … masa2 transisi agaknya memang butuh sedikit adaptasi dan saya yakin mas donny dapat melakukannya dg baik. semoga semangat ngeblognya tak pernah kendur, mas, hehehe … selamat berlibur idulfitri, mas. salam buat keluarga.
Bukan cuma sedikit Pak tapi buanyakkk ;)
Saya memang yakin bakalan melakukannya dengan yang terbaik!
Doakan saya!
saya juga lagi menghadapi masalah ketergantungan nih … ketergantungan sama si mbak (prt pengasuhnya zia).
dapet kabar si mbak ngga kan balik lagi … aduuhhh biung! jadilah kita bergerilya .. mamahnya ke klaten, diriku ke bandung .. misinya sama .. cari mbak baru
Hahaha.. disuruh cari mbak dari Klaten aja, banyak keluarga saudara saya di Jakarta yang dapet mbak dari Klaten…
Mereka terkenal setia KECUALI kalau sudah pamit nikah, repot sudah!
to alfred: disini juga bisa kok bweeek :-P
to mas don: hahahaha ayo chatting berjamaah!
Huahuahua pada akhirnya misi hidupku di jogja komplit sudah setelah mengetahui betapa menyenangkannya chatting berjamaah itu ;)
Wah dah resmi resign yak.
Sudah dengan sukses :) Anda juga udah lama resign dari kyai ya..?:)