Kepekaan dalam bertindak, pilih jadi Maria atau Marta?

8 Okt 2019 | Kabar Baik

Hari ini kita berlajar tentang melatih kepekaan dalam bertindak melalui kisah perjumpaan Yesus dengan dua bersaudara, Maria dan Marta yang dilukiskan Lukas.

Jadi ceritanya Yesus mampir ke rumah mereka dan selama itu Maria lebih memanfaatkan waktu untuk duduk diam di dekat kaki Yesus, mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama apa yang dikatakanNya (lih. Lukas 10:39). Sedang Marta, ia sibuk sekali melayani. 10:40) Lukas tak menjelaskan bagaiman detilnya tapi yang kubayangkan barangkali Marta sibuk menyediakan hidangan dan minuman kepada Yesus.

Di tengah kesibukannya itu, Marta mendatangi Yesus dan berkata, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” (lih. Lukas 10:40)

Yesus? pun menjawab, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”(lih. Lukas 10:41)

Apa salah Marta?

Ada yang bilang kesalahan Marta adalah karena ia tidak bersikap seperti Maria yang duduk diam serta mendengarkan. Bisa saja demikian. Tapi bagiku, jika Marta memilih bersikap dan bertindak seperti Maria lantas siapa yang melayaniNya? Siapa yang membuatkan makanan dan minuman terbaik bagiNya?

Maka menurutku, kesalahan Marta yang utama adalah karena ia mengeluhkan sikap saudaranya, Maria, kepada Yesus. Marta terkesan melakukan segala kesibukan itu dengan pamrih sekaligus iri karena Maria tak bekerja. Jika ia tak mengeluh dan tetap mengerjakan segalanya diam-diam, maka semuanya baik-baik saja.

Tapi yang menarik dari setiap kisah adalah, kita percaya bahwa segala sesuatu terjadi karena sebab. Lantas kenapa Marta sampai harus mengeluh? Karena  Yesus ingin menunjukkan kepada kita apa yang terbaik untuk dilakukan saat Yesus sedang berada dengan kita. Bayangkan kalau Marta tidak mengeluh, kita tidak akan pernah tahu bahwa termyata pilihan sikap Maria untuk duduk diam mendengarkan perkataan Yesus adalah yang terbaik.

Memiliki kepekaan dalam bertindak

Yang bisa kurenungi dari Kabar Baik hari ini adalah, kita harus memiliki kepekaan dalam bertindak.

Ada seorang yang sibuk betul dengan pelayanannya sampai-sampai lupa keluarga. Setiap acara kerohanian di paroki selalu hadir dan melibatkan diri, tak kenal waktu dan tak kenal tempat.

Lalu suatu ketika ia menghilang dari peredaran. Semua orang mencari dan kehilangan. Semua orang merasa ada yang tak beres dengannya. Maka berkunjunglah beberapa kawan ke rumah orang tadi untuk bertanya kemana saja ia karena kok tiba-tiba ngilang?

Si orang tadi pun menjawab dengan tenang bahwa keluarganya sempat hampir terbengkalai karena begitu aktifnya ia dalam pelayanan, ?Sekarang saatnya saya melayani keluarga saya dulu. Nanti kalau sudah bisa mengatur waktu lebih baik lagi, saya akan aktif kembali!?

Aku tak tahu apakah menurut kalian orang tersebut adalah cerminan dari Maria atau Marta karena bagiku ada hal yang lebih penting, ia memiliki kepekaan untuk bertindak.

Kita bisa jadi apa dan siapa saja, Maria atau Marta, tak jadi soal selama kita mengerjakan secara sungguh-sungguh, tidak mengeluh dan memiliki kepeaan? dalam bertindak, mana yang terbaik yang bisa dilakukan.

Eh, by the way, aku sebenarnya penasaran dengan kelanjutan kisah di atas. Sayangnya Lukas tak menuliskan apa yang terjadi setelah Yesus pergi dari rumah Maria dan Marta.

Adakah Maria mau membantu saudaranya itu untuk sekadar cuci piring dan gelas yang baru saja dipakai atau sekadar membenahi tempat duduk yang tadi dipakai oleh Yesus dan rombongan atau tetap diam saja?

Jika diam tak membantu, adakah menurut kalian Maria tetap telah mendapatkan yang terbaik?

Sydney, 8 Oktober 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.