• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Kenapa saya masih menonton siaran televisi Indonesia?

15 Agustus 2011 36 Komentar

Ini sebenarnya kenyataan lama, bahwa aku belum bisa beralih dari kebiasaan menonton siaran televisi Indonesia melalui jaringan parabola. Jadi jangan heran dan kaget, domisili boleh Sydney – Australia, tapi nyaris setiap malam pilihan channel televisi selalu jatuh kalau nggak ke MetroTV, SCTV, RCTI, TV One ya TVRI… (Sayangnya stasiun televisi lainnya seperti TransTV, Trans-7, Antv, dan Indosiar tak bisa masuk kemari karena batasan coverage area).
Tapi yang lantas jadi sesuatu yang semoga menarik untuk diulas di sini adalah karena beberapa waktu silam, salah seorang teman di tweetland bertanya kepadaku “Kenapa kamu malah memilih untuk nonton televisi Indonesia sementara banyak orang Indonesia sendiri malah berlangganan cable TV demi ‘menghindari’ siaran-siaran lokal?” dan hal ini membuatku merasa penting untuk menampilkan tulisan ini sekarang.
Jawaban taktisku, atas pertanyaan temanku tadi, sebenarnya simple “Suka-suka!”
Tapi kalau hanya itu yang bisa kusampaikan maka kusudahi saja tulisanku sekian. Yang lebih dalam dari sekadar ‘suka-suka’ adalah karena bagiku, harapan terbesar ketika aku menyalakan televisi adalah ‘aku mendapatkan hiburan’. Sementara itu tipikal siaran televisi di sini tak ubahnya dengan televisi-televisi yang kalian lihat di cable TV kalian, penuh dengan siaran-siaran edukatif nan membosankan yang sama sekali tak menghibur malah membuat otak harus kembali bekerja dan bekerja. Kalaupun film ya film-film serius. Siaran berita juga tak seronok-seronok amat.. paling banter hanya siaran langsung rapat parlemen yang berlangsung ‘damai’ atau liputan peristiwa yang itu-itu saja.
Lantas kenapa siaran televisi ‘Indonesia’? Hiburan apa yang kudapat dari sana?

Infotaintment

Bagiku, infotaintment adalah mata pusaran ketertarikanku terhadap ‘hiburan’ melalui televisi siaran Indonesia. Sepertinya, tak ada ragam acara yang tak se-‘sok tahu’ dan ‘sok ingin tahu’ infotaintment. Peristiwa-peristiwa sepele yang dialami artis sehari-hari bisa jadi sesuatu yang ‘Wow’ hanya dengan imbuhan bumbu narasi yang bombastis dan presenter acara yang juga tak kalah bombastisnya menyajikan acara (dan dandanannya). Saking bombastisnya, kesan ‘lebay’ pada akhirnya menjadi bandrol pada sebagian besar acara infotainment.
Segendang sepenarian dengan itu, para artis yang dilukiskan di siaran infotaintment tak ubahnya seperti monyet yang ditabuhi genderang, mereka tak kalah lebay dari narasi yang dibubuhkan. Contoh nih, pada sebuah episode yang belum terlalu lama dari sekarang, girl band yang baru kebentuk didatangi reporter infotaintment untuk meliput acara latihan mereka. Harapan orang ‘normal’ ketika mendapat sajian itu jelas adalah gambaran bagaimana girl band itu berlatih secara serius… ehhh gak taunya yang terjadi malah sebaliknya, beberapa anggota girl band lebih seneng mendekat ke kamera dan sedikit-sedikit berujar, “Pemirsa.. kami sedang berlatih lagu bla bla bla bla!” ditimpali teman lainnya, “Pemirsa, hari ini aku lagi in the mood of love makanya aku pake kaos pinky..” Lalu, kapan latihannya?????!!!!
Aneh? Iya! Unik? Jelas… tapi yang lebih jelas lagi ini adalah hal yang lucu dan menggelikan.
Dan akupun, terhibur oleh karenanya :)
 

Sinetron

Apa beda sinetron dengan FTV? Entahlah tapi yang jelas bagiku keduanya menggelikan, oleh karena itu kutonton.
Kalian, tak kuragukan lagi, pasti tahulah seperti apa kualitas sinetron-sinetron kita, tapi cobalah menonton dan terus menonton sepertiku. Awal mulanya memang eneg, lalu jadi eneg sekali hingga akhirnya ketika rasa eneg sudah mencapai puncak, yang terjadi justru sebaliknya, kalau tak menonton sinetron maka tak eneg dan kita seperti kehilangan sesuatu… kehilangan sinetron dan rasa eneg itu! Kalau harus dibuat grafiknya, tingkat ke-eneg-an karena nonton sinetron itu mirip grafik parabola dalam ilmu matematika, setelah mencapai puncak, ia akan turun kembali ke titik semula.
Pada prakteknya, selain alur cerita yang mbulet dan terkadang tak masuk akal, hal lain yang menghiburku adalah beberapa adegan yang menurutku bisa memicu kegilaan dalam arti sesungguhnya dari penonton yang menyaksikannya (Semoga aku tak cepat gila!).
Contohnya? Adegan melamun dan menggumam yang ditunjukkan pemerannya. Kalian tentu hafal bahasa tubuhnya kan? Melipat tangan atau mengepal ketika geram, menatap ke arah jendela atau tembok, mata dipelotot-pelototkan, mulut berkomat-kamit beberapa saat dan akhirnya berbicara seorang diri. Ya, seorang diri! Apakah tindakan seperti itu benar-benar ada pada kenyataannya? Tentu tidak! Tapi jangan kaget kalau pada akhirnya ada beneran karena ketika hal itu menjadi nyata, kalian tahu apa dan siapa penyebabnya!
Coba simak adegan seorang pembantu rumah tangga sok cantik dalam sebuah sinetron tentang “sesuatu” yang tertukar :) Sekembalinya mengantar santap malam bagi tuan dan nyonyanya, di dapur dia tiba-tiba memelototkan mata dan mencibir-cibirkan mulut, backsound mendominasi lalu tiba-tiba ia berujar, “Huh! Cantikan aku daripada nyonya! Akulah yang pantas mendapatkan cinta Pak Prabu!” *Crotzzzz*
 

Sajian Musik

Terus terang aku butuh imbangan atas musik-musik asik yang selalu kudengar dari perangkat digitalku tiap pagi dan sore hari sepulang kerja. Taruhlah U2, Rolling Stones, Foo Fighters, Coldplay dan lain sebagainya. Dan, tak kusangka, imbangan itu kudapat dari tayangan musik yang tiap hari ditayangkan baik di studio maupun di pinggiran mall dengan konsep open air itu.
Ah, aku tak perlu sebut brand lah, kalian juga sudah tahu ;) Apa yang menarik hingga ia bisa menjadi ‘imbangan’ itu?
Pertama adalah artisnya.
Kebanyakan artis yang nongol di acara harian itu bagiku tak ubahnya seperti badut yang hanya bermodal badan sementara yang lainnya mulai style dandanan, gaya panggung hingga corak bermusik dicomot dari trend-trend yang ada! Pokoknya, asal pake celana skinny, rambut di-wax, pake jacket super tebal biar seperti di negara-negara empat musim meski matahari menyengat dan wajah penuh keringat, kacamata hitam, rok super pendek (untuk yang cewek tentunya) dan oh iya, untuk beberapa lebih pede dengan kawat gigi, maka jadilah ia artis!
Belum lagi aksi panggungnya!
Biasanya mereka awalnya hanya bergoyang-goyang di tempat lalu di tengah lagu, mereka maju ke depan dan menyapa penggemar dengan menempelkan tangan lalu mundur lagi. Oh ya, satu gaya yang aneh terutama vokalis band cowok, kenapa banyak yang bergaya menempelkan mic ke selangkangan trus digoyang-goyangkan seperti, maaf… gaya orang beronani ya?
Nah kalau soal corak musiknya, itu yang paling menarik!
Yang hendak kukomentari adalah, kenapa semakin kemari aku semakin susah membedakan mana musik pop, rock, rock – melayu… dan dangdut?!? Makanya aku sangat ‘bahagia’ ketika SM*SH muncul ke permukaan! Kenapa? Karena dominasi band-band rock melayu, bermuka gahar, bercorak sound yang tebal tapi pilihan chordnya melayu semua itu terkurangi dengan kedatangan cowok-cowok cantik dan belakangan juga disambut maraknya grup-grup girlband yang … harus jujur kukatakan make-upnya cantik dan kaos serta celana jeansnya seksi meski bukannya wajahnya cantik dan bodinya seksi.
Semacam keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya, ya?… Keluar dari sengsara musik rock-dut khas Melayu, masuk ke histeria boy band khas Korea :) Menyenangkan!
Tak hanya itu, para artis yang muncul kebanyakan tak perlu bersusah payah menjaga suara beberapa hari sebelumnya dan para pemain musik tak perlu risau bahwa skillnya akan terdeteksi ‘kurang bagus’ selama manggung karena semua sudah dihandle oleh sekeping CD yang diputar dari pemutar cakram di meja operator dan mereka tinggal pura-pura nyanyi dan pura-pura main musik.
Ya, kalian benar, Lipsync! Tidak lain dan tidak bukan dan tidak salah lagi, ngga menarik sama sekali melihat badut pura-pura menyanyi dengan suara yang sebenarnya keluar dari cakram CD. Tapi, meski tak menarik, kembali ke alasan awal, itulah hiburan! ;)
Artisnya sudah, sekarang ke pembawa acaranya.
Definisi pembawa cara dengan pelawak dadakan sudah semakin tipis sejak beberapa tahun lalu, tapi kini definisi pembawa acara dengan dementor (perusak) acara dan penghina artis-artis yang tampil juga semakin tipis. Pembawa acara membawakan gojek-gojek kasar, main fisik, ngata-ngatain artis dengan dalih ‘ngerjain’ adalah hal yang biasa terjadi. Belum lagi cara bicara yang banyak teriak-teriaknya ketimbang ngomong bener (mereka ngomong bener cuma waktu ngebawain pesan dari sponsor aja) adalah pemandangan lumrah yang menghibur… sejujur-jujurnya menghiburku karena selain menerbitkan tawa aku bisa terkekeh bilang “Kok ya ada yang mau kontrak mereka sebagai presenter ya…” :)
Yang terakhir adalah penontonnya!
Terus terang, tiga tahun aku tak berada di Indonesia, aku cukup update tentang apapun yang terjadi di sana kecuali satu hal, kaum alay. Jujur, pengetahuanku tentang kaum ini masih absurd. Semula kupikir alay adalah cara orang berketik di gadget, tak lebih. Tapi ternyata aku salah, beberapa opini menyebut alay juga mengacu ke lapisan usia tertentu, “Oh, brarti alay itu kata gantinya ABG? Baiklah!” Tapi setelah menonton perilaku seragam dari para penonton barisan terdepan acara musik harian yang sedang kita omongkan ini, aku jadi ingin bertanya lagi apakah alay itu mengacu ke Barisan orang dengan perilaku aneh nan labil dengan karakter usia kebanyakan belasan dan kalau ngetik di gadget sering pake istilah-istilah yang ‘cemungudh’ atau ‘unyu’ atau yang lain itu?
Menonton penonton acara musik harian bagiku adalah hiburan tersendiri. Kadang bahkan ada yang sampai kuhapal betul wajahnya yang barangkali waktu aku liburan ke Jakarta nanti dan ketemu di mall aku bisa berteriak histeris “Eh… qaMue yAng seringh n0ngl di tiphiya? Cemungudhhhh!!!”
 
Berita Politik
Nah ini dia…
Kenapa berita politik kutulis di bagian paling bawah? Tepat kalau ada yang menduga bahwa bagiku, berita politik memiliki tingkat kelucuan paling tinggi dari ketiganya. Secara matematis, tingkat lucunya berita politik adalah sinetron + infotaintment + acara musik! Itu sudah!
Berita politik memiliki tingkat ‘sok tau’ dan ‘sok ingin tahu’ yang sama akutnya dengan infotaintment! Pengamat pulitik menjadi label yang menggiurkan karena mereka seperti memiliki kekebalan hukum untuk berkoar-koar di televisi untuk menjelek-jelekkan rezim dan membaik-baikkan (minimal mendiamkan) mereka yang membayar lebih besar!
Intrik pulitik para pulitikus super busuk juga melebihi rangkaian cerita sinetron yang mengular dan bisa dipanjang-pendekkan tergantung kontrak sponsor yang didapat! Sedihnya, …eh lucunya lagi, mereka tak sendirian; seperti sedang menjalankan sebuah skenario dengan oknum-oknum lain yang bisa pura-pura bloon, bisa pura-pura pinter dan bisa pula pura-pura amnesia!
Sementara itu gegap gempitanya tak bisa dikalahkan bahkan oleh acara musik pinggir jalan sekalipun karena baik artisnya, pembawa acaranya dan penontonnya.. gila semua!
Dan aku bangga jadi penontonnya, aku memang gila! :)
Jadi, untuk teman-temanku yang bertanya serius kenapa aku masih menonton televisi Indonesia dan bukannya menonton televisi lokal atau minimal sama dengan televisi yang mereka bayar mahal dari cable TV mereka,? jawabanku hanya satu yang kusitir dari ucapan Joker dalam Batman The Dark Night, “Why so serious?”

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan, Indonesia Ditag dengan:nyinyir, televisi

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. sibair mengatakan

    15 Agustus 2011 pada 5:55 pm

    Mas donny fans berat sm*sh teryata.. dan yang paling hot ternyata mas dony juga suka menonton “sesuatu” yang tertukar…. bhihik

    Balas
  2. giewahyudi mengatakan

    15 Agustus 2011 pada 6:41 pm

    Lha aku sing no kene nontone malah tipi-tipi rual negeri, Mbah..
    Lha kewalik-kewalik piye iki?

    Balas
  3. honeylizious mengatakan

    15 Agustus 2011 pada 7:06 pm

    iya itulah dunia hiburan yang ada di Indonesia

    Balas
  4. edi mengatakan

    15 Agustus 2011 pada 9:09 pm

    Mas ini asli kan tulisan sendiri bukan pakai ghostw***** seperti para artis saat ini yg jadi idol, just kidding :-). Saya suka dengan gaya tulisannya yg ingin membuat orang terus ingin membacanya paling tidak itu menurut saya lho. Jika orang lain tidak setuju..why so serious ya kan?

    Balas
  5. suryaden mengatakan

    15 Agustus 2011 pada 10:57 pm

    tulisan ini tidak jujur, huahahahah… aslinya hanya pengin ngomong kalo kangen pulang :lol:
    Asli, keterbatasan info di Ina tak bisa dibandingkan dengan di osi, di LN infrastruktur bisa diakses dengan mudah, buka berita cnn cepet, buka yutub nggak usah nunggu,… nah kalo di ina… #mdrcct
    Tenan, trims menjaga nasionalismemu dengan cara yang waras.. :D

    Balas
  6. monda mengatakan

    15 Agustus 2011 pada 11:22 pm

    pantesan mas Don tau chaiya-chaiya si briptu (ingat posting lalu2)

    Balas
  7. monda mengatakan

    15 Agustus 2011 pada 11:27 pm

    suka gaya kritikmu, cemungudh…. ha..ha..

    Balas
  8. Zippy mengatakan

    16 Agustus 2011 pada 1:47 am

    Hahah…domisili interlokal, tapi sukanya yang lokal2 aja :lol:
    Wah..iya yah, infotainment disini emang lebay :P
    Yang dibahasa padahal biasa aja, tapi bumbu2nya doang yang “main”, jadi hot deh beritanya :D
    Mic ditaroh diselangkangan mirip onani?
    Wah..belum pernah liat mas, wkwkwk… :lol:

    Balas
  9. bukik mengatakan

    16 Agustus 2011 pada 2:40 am

    Muahahahahaha menampar dengan senyum manis………..
    Terbukti nonton karena penceritaan yang detil *nyengir

    Balas
  10. Rovien mengatakan

    16 Agustus 2011 pada 9:10 am

    Speechless…(soalnya ngakak-ngakak baca tulisan ini) :D

    Balas
  11. Riris E mengatakan

    16 Agustus 2011 pada 12:38 pm

    Hahaha..manis lembut kritikanmu..hahahhaa!! Tulisanmu cerdas! :)….seperti penulisnya

    Balas
  12. Godeny mengatakan

    16 Agustus 2011 pada 4:11 pm

    satirrr postingannya :D
    tayangan televisi sekarang malah kalah sama iklan..
    kalau saya justru sering menantikan iklan komersial daripada
    tayangan2 sinetron yg tak jelas :D
    ya gak semua, mungkin ada beberapa sih yg bagus sih #optimis #17an
    kalau di layar lebar dulu ada AADC ini film avorit saya *curhat haha

    Balas
  13. Ratrichibi mengatakan

    16 Agustus 2011 pada 5:20 pm

    Ihiy kaka Donny ternyata suka nongton acara myusik2 lipsing… iya tuh artis2nya pada bergaya rokstar, baju item, sepatu boots nyurok, tangan penuh tato, rambut gondring, dan banting2 gitar dan treak2 nasyo! nalism-…. *eh itu sih…*
    cemunguuuddhhh eeeaaaaa :D :D :D :D
    *semoga akyu dilempar gitar atau sepatu nyurokk*

    Balas
  14. Belajar Photoshop mengatakan

    16 Agustus 2011 pada 6:43 pm

    unbelievable akangnya suka sm**?!?!?

    Balas
  15. Pampie mengatakan

    17 Agustus 2011 pada 2:07 am

    Oalah jauh2 kok liatnya TV lokal… tapi memang lho Don, seperti kata Suryaden aku kok curigation kalau sampeyan itu sebenarnya kumat sakit mbok-mboken nya…
    Tapi bangsa Indonesia memang katanya bukan bangsa immigrant, dimanapun fisik berada hati tetep merasa di tanah air. Lain dengan beberapa bangsa lain yang kalau sudah nongkrong di negri orang langsung berasa sudah 100% warga lokal; tapi itu katanya lho ya…
    Siap2 balapan karung Don, merdeka!

    Balas
  16. Arif Riyanto mengatakan

    17 Agustus 2011 pada 2:40 am

    Sudah hampir setahun ini saya mulai jarang nonton TV. Kalau pun nonton saya biasanya pilih-pilih baik, berita dan motoGP

    Balas
  17. maztrie? mengatakan

    17 Agustus 2011 pada 3:30 am

    Niru komentare Kang Demange Suryaden,
    Iki rak ra merga kangen mulih bada riyayanan ta Dabb…??? #ngikik
    Njuk wis apal lagu chaiya -chaiya versine Showimah durung jee…..? *tumini bojone cahyo* :)

    Balas
  18. spyroz mengatakan

    17 Agustus 2011 pada 4:19 pm

    yahh getoh dech.. bayangin ajah, rcti udh 22thn! sctv 21thn.. tvri udh sepanjang masa..

    Balas
  19. ren mengatakan

    17 Agustus 2011 pada 4:22 pm

    apaan sih cemungudh…. *akibat 3 taon di sini jarang banget nonton tv indonesia, tv lokal aja jarang..hahahahha..*

    Balas
  20. dedekusn mengatakan

    17 Agustus 2011 pada 7:17 pm

    TV di kita komersil abis…. komersil tapi ga enak ditonton :)
    dalam hal musik sy juga suka bgt lagu2nya U2, Rolling Stones, Coldplay, Aerosmith,. dll
    Salam kenal & Piss

    Balas
  21. krismariana mengatakan

    17 Agustus 2011 pada 8:53 pm

    wealah don, aku kok malah baru tahu ada kosakata alay “cemungudh” to? bener2 telat nih, kurang alay hihihihi. kuwi opo to? :D

    Balas
  22. zee mengatakan

    17 Agustus 2011 pada 10:46 pm

    Kalau aku hanya tertarik menonton berita dan infotainmentny saja. Selebihnya tidak. Sinetron, sama sekali gak tertarik. Lihat saja adegan marah-marah, teriak-teriak, menguras emosi yang menonton. Dan jelas bukan konsumsi yang baik untuk anak kita — yg pasti ikut di ruang tengah ngejogrok dgn ortunya — karena anak-anak jadi terpengaruh. Ada tuh teman Vay di sekolah jadi galak dan suka bentak-bentak, itu karena tiap malam neneknya asik dengan sinetron….

    Balas
  23. Kaget mengatakan

    18 Agustus 2011 pada 2:13 am

    Oh ya, siarang kita itu memang bagus tapi menggelikan. Terkadang bisa serial ‘serius’ bisa membuat tertawa, ya itu tadi… artisnya yang mungkin ngga dibayar mahal :P

    Balas
  24. imadewira mengatakan

    18 Agustus 2011 pada 5:08 pm

    Maaf, sepertinya anda melewatkan satu acara menarik lagi.. reality show… :D
    Mohon “diulas” juga dong, saya pengen baca hasil ulasannya, hehehe

    Balas
  25. Asep Mulyana mengatakan

    19 Agustus 2011 pada 2:04 am

    Saya sekeluarga malah sudah mematikan televisi di ruang keluarga kami. Mengapa? Saya menulis catatan tentang hal itu di sini: http://rumahbetujuh.wordpress.com/2011/08/02/mulai-dari-rumah-kita

    Balas
  26. Ceritaeka mengatakan

    25 Agustus 2011 pada 4:23 pm

    Hahaha… Gue malah gak nonton tipi sama sekali Don…
    jarang banget lah.. Eneg :D
    Ah postingan ini menghibur :)

    Balas
  27. sabry mengatakan

    26 Agustus 2011 pada 12:22 am

    nonton tiffie boleh2 saja asal jgn sampe belain duduk betah sambil ngemil. program acara tv masih yg mndidik dan inspiratif.

    Balas
  28. mascayo mengatakan

    28 Agustus 2011 pada 7:57 pm

    jadi disini lebih banyak hiburan toh ketimbang disono? :)
    *hiburan apa pembodohan ya?
    setuju sama eka, postingan yang sangat menghibur .. perasaanku terwakilkan

    Balas
  29. sepatu kerja mengatakan

    2 September 2011 pada 11:56 pm

    banyak tayangan yang kurang mendidik di Tv
    tapi sekarng mulai bermunculan siaran televisi yang mendidik

    Balas
  30. Pras mengatakan

    16 September 2011 pada 12:18 pm

    Nahh.. ini dia, tulisan yang menghibur, hahaha sampe betah baca dari awal sampai akhir..
    Media Indonesia memang TOP!

    Balas
  31. novi mengatakan

    5 Desember 2011 pada 6:02 am

    ha ha ha.. detil mas penggambarannya. meski secara teori hal2 yang dipaparkan sangat umum tapi cukup unik kala dibawakan mas DV.

    Balas
  32. myra mengatakan

    28 Januari 2012 pada 11:46 pm

    terlalu serius melihat tayangan politik di Indonesia bisa mengakibatkan sakit jiwa akut kayaknya mas.. Hahaha…

    Balas
    • DV mengatakan

      29 Januari 2012 pada 12:04 am

      ember

      Balas
  33. zam mengatakan

    8 Juli 2012 pada 2:45 am

    aku nontone tipi kabel siaran luar. ben kethok pinter..

    Balas
  34. Ayuk Dona mengatakan

    6 Juni 2018 pada 11:56 am

    Baca blogg ini karena pengen tahu alesan orang monton TV.Wkkk eikeh juga baru tahu ternyata Alay itu awalnya akronim “anak layangan” hmmm mungkin karena mereka goyang kanan kiri mengikuti kemana angin bertiup.siiip tulisan mu menambah wawasanku.
    Salam dari Palembang

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT