Beberapa minggu lalu, saat mengunggah foto botol anggur yang kukonsumsi ke social media, ada seorang kawan di Indonesia bertanya, “Perasaan kamu sering banget motret botol anggur? Minum terus? Kapan kerjanya?”
Marah? Tidak! Justru ini adalah hal menarik karena beda pandangan tentang minuman beralkohol itu sah-sah saja. Ada yang berpikir bahwa orang minum minuman berlakohol pasti mabuk seperti halnya orang berpikir bahwa orang bertattoo pastilah preman.
Minuman alkohol banyak dihidangkan di pub dan bar, pada acara-acara makan di restaurant mahal, pentas musik, atau di rumah untuk konsumsi sehari-hari seperti yang kulakukan setiap hari.
Apa saja yang diminum orang-orang Australia? Pada prinsipnya ada tiga, beer, wine dan spirit, sesuatu yang biasa disingkat sebagai BWS. Bagi yang belum tahu bisa googling apa arti ketiganya. Tapi kebanyakan, sejauh yang kutahu, orang-orang Australia lebih sering mengkonsumsi beer dan wine saja karena kepraktisan dan level alkohol yang cukup rendah yaitu antara 4 – 20%. Spirit jarang dikonsumsi selain karena kadar alkoholnya yang tinggi (rata-rata di atas 30%) juga banyak orang memilih mengonsumsi spirit dalam bentuk cocktail yang tak murah.
Dimana membeli minuman alkohol? Bersyukurlah kalau dulu di Indonesia (katanya sekarang udah dilarang ya?) beer bisa ditemukan di gerai-gerai minimarket atau di warung-warung rokok yang menyediakan minuman alkohol meski dijual secara sembunyi-sembunyi dan harus menggunakan kata sandi untuk memesannya.
Kenapa? Di Australia, pemerintah secara ketat mengatur penjualan minuman keras. Hanya toko-toko tertentu yang berhak menjual alkohol dan hanya orang-orang di atas usia 18 tahun saja (ditunjukkan dengan ID card) yang berhak membelinya.
Tak semua restaurant juga boleh menyajikan minuman beralkohol, mereka harus punya ijin khusus dari pemerintah. Dan tak semua restaurant yang memiliki ijin untuk menjual minuman beralkohol boleh menjual minuman pada jam-jam tertentu saja. Misalnya, di daerah Kingscross, tempo hari karena situasi keamanan yang memburuk ditandai banyaknya pertikaian antar pemabuk, pemerintah setempat menerapkan aturan bahwa konsumsi alkohol hanya dibatasi hingga pukul 1 dinihari saja.
Ada pula aturan di bar yang pernah kukunjungi bahwa mereka hanya boleh menjual alkohol untuk pengunjung yang masuk ke dalam bar. Bagi mereka yang memilih kongkow di teras bar, mereka tak diperbolehkan mengonsumsi alkohol di atas jam sembilan malam. Alasannya? Tak tahu pasti tapi yang jelas terkait dengan alasan kenyamanan dan keamanan lingkungan.
Orang minum minuman beralkohol, hingga batasan tertentu juga dilarang untuk mengendarai kendaraan di jalan raya. Polisi kerap mengadakan operasi pengechekan secara acak yang dinamakan RBT, Random Breath Test.
Teknisnya, meski namanya ‘random’ tapi kebanyakan RBT diadakan di akhir pekan atau di hari-hari libur nasional atau di dekat area keramaian yang memperbolehkan seseorang untuk minum minuman beralkohol.
Mobil akan diberhentikan oleh polisi lalu seorang mendekat dan meminta kita untuk menghitung angka 0 – 10 di dekat alat detektor nafas. Beberapa saat kemudian indikator akan bergerak. Kalau menyentuh level tertentu yang tak diperbolehkan kita akan diminta turun dan mengikuti prosedur hukum berikutnya entah itu denda atau kalau parah bisa juga hukuman kurung badan alias dipenjara. Oh ya, alat pendeteksi RBT juga ada yang menggunakan metode tiup, jadi kita diminta untuk meniup sebuah pipa yang terkoneksi dengan detektor seperti gambar di bawah ini:
Waduh, kok ribet banget beralkohol di Australia? Katanya negara sekuler? Kok malah kesannya lebih ketat daripada negara agamis?
Justru karena Australia adalah negara sekuler, pemerintah peduli pada manusia-manusianya, bukan yang lain yang tak kelihatan. Ada dua hal yang coba dilindungi pemerintah dalam hal ini. Pertama, kenyamanan orang untuk menikmati alkohol. Kedua, kenyamanan orang di sekitar penikmat alkohol. Dua-duanya harus bisa dijamin kenyamanannya. Adil, kan?
Lalu bagaimana cara mengonsumsi alkohol yang aman di Australia? Berapa kisaran harga kemasan minuman-minuman beralkohol? ?Ih kepo amat sih? Ya udah, tunggu aja tulisan berikutnya ya!
Oh ya, silakan simak campaign tentang Plan B, bagaimana pemerintah Australia mengajak orang yang hendak menikmati alkohol untuk memanfaatkan fasilitas transportasi publik ketimbang membawa kendaraan pribadi. Selengkapnya bisa disimak di sini.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan