Dari yang semula cukup mengenakan kaos oblong, celana tiga perempat (kalau pas lumayan dingin baru pake jeans) dan sneakers untuk pergi kerja, kini aku harus mengenakan stelan jas meski tanpa dasi dan sepatu kulit. Rapi.
Sejauh ini, sebulan setelah pekerjaan baru ini kumulai, dan mengenal diriku sepertinya akan selalu seperti ini, aku tidak ingin kembali mengenakan ?seragam bebas? lagi.
Bukan! Bukan karena aku ingin tampak lebih gagah dan tampan dalam balutan formal maka aku berkata demikian. Ada berbagai alasan yang salah beberapa ada di bawah ini.
Aturan
Mau tak mau ini memang aturan. Sebagai seorang konsultan yang ?menjajakan? profesional service, tampak ?profesional? dan ?excellent? di depan klien adalah tuntutan dan itu tertera dalam kontrak kerja yang kutandatangani dua bulan silam.
Apakah berarti yang tidak mengenakan stelan jas dan sepatu kulit itu tidak profesional dan tidak excellent, tentu tidak juga.
Tapi setiap perusahaan berhak menentukan bagaimana mendefinisikan tampilan profesional dan excellent itu, dan kebetulan aturan kantor tempatku bekerja adalah seperti ini; stelan jas, kemeja katun halus dan sepatu kulit formal.
Pembeda weekdays dan weekend!
Waktu aku kerja mengenakan pakaian bebas, setiap bangun dari senin-jumat, kaos, celana dan sepatu yang kukenakan sama persis dengan yang kupakai untuk berakhir pekan pada sabtu dan minggu. Semua sama, flat.
Ketika aku bekerja mengenakan stelan jas rapi seperti sekarang, Jumat malam adalah saat yang menyenangkan karena sabtu-minggu waktunya berpakaian bebas.
Hal ini seperti mengimbuhkan sedikit lagi kebahagiaan di akhir pekan yang pada dasarnya memang sudah identik dengan waktu untuk berbahagia itu.
Motivasi
Setiap mematut diri di depan kaca sebelum pergi pada pagi hari, aku selalu berpikir bahwa sejak Presiden Amerika Serikat, Perdana Menteri Inggris hingga Perdana Menteri Australia, mereka setiap pagi bekerja juga mengenakan stelan jas seperti yang kukenakan.
Hal ini memotivasiku bahwa yang akan kukerjakan hari itu bukanlah hal kecil karena dari cara berpakaian, aku sama dengan orang-orang besar itu.
Selain itu, hal yang memotivasiku untuk bekerja lebih baik lagi adalah kenyataan bahwa berpakaian rapi perlu ongkos lebih mahal karena harus membeli stelan jas yang layak pakai, kemeja yang harus disterika, sepatu kulit yang tak pernah murah. Jadi, kalau aku bekerja asal-asalan tanpa motivasi, kenapa aku harus mengongkosi sedemikian mahal hanya untuk sebuah penampilan, kan?
Interview pekerjaan? Ayo aja!
Waktu masih ‘bebas’, setiap kali mendapatkan tawaran interview terkait pekerjaan baru, aku selalu pusing mencari akal bagaimana cara untuk membawa kemeja dan jas serta sepatu kulit ke kantor tanpa menimbulkan kecurigaan.
Interview pekerjaan di sini umumnya memang meminta kita berpakaian rapi dan formal seperti yang kugambarkan di atas sementara itu kalau aku sejak pagi menggunakan stelan jas rapi padahal hari-hari sebelumnya hanya pakai kaos dan jeans kan ga lucu?
Nah, dengan berpakaian rapi setiap hari, aku bisa dengan leluasa mendatangi tawaran interview jika memang diperlukan tanpa banyak pusing lagi.
Eh Don, tapi masa kamu baru masuk sebulan sudah mau cari kerjaan lagi?
Lho namanya juga kesempatan, kalau ada kenapa tidak? Hahahaha….
Joss! Ketok profesional tenan mas Don!