Kenapa akhirnya aku menghentikan layanan Old Post

12 Nov 2015 | Cetusan

Setelah hampir tiga tahun menggunakan plugin Old Post di Facebook, akhirnya aku mendapatkan hidayah untuk menghentikan penggunaannya.

Plugin Old Post memungkinkan system blog ini secara otomatis dan perodik (autopost), mengirimkan informasi posting-posting lama untuk dimunculkan di linimasa/wall social media kita seperti tampak sebagai contoh di bawah ini:

blog_oldpost

Meski demikian, aku masih tetap menjalankan fungsi itu di akun twitter dv77 dan rauwisuwis karena kedua akun tersebut sudah tak kupakai lagi jadi daripada akun-akun tersebut kubiarkan kosong melompong, lebih baik kubiarkan fungsi autopost untuk tetap ?menghidupi? linimasanya. Feel free to unfollow though?

Proses untuk melakukan penghentian fungsi sangatlah mudah. Tinggal me-remove akun facebook di plugin lalu sudah.

Tapi proses menimbang dan memutuskan untukku menerima hidayah itulah yang perlu kushare di sini karena memakan waktu dan membutuhkan pikir.

 

Walk The Talk

Keputusan untuk menuntasi layanan itu terjadi ketika aku sedang menyelesaikan tulisan yang terbit hari Senin kemarin, Notifikasi.

Dalam tulisan tersebut aku beropini tentang betapa notifikasi yang terpasang pada gawai sebenarnya adalah gangguan yang paling pagi yang kita terima setiap hari.

Lalu apa hubungannya?
Setiap tulisan yang kurilis selalu kupikirkan dalam-dalam. Terkadang pemikiran itu lebih dalam dari apa yang bisa kutuang. Nah, dalam proses pemikiran tersebut, aku mendapati bahwa bukan hanya notifikasi yang mengganggu tapi hal-hal yang tak penting di social media yang kebanyakan diakses lewat gawai adalah hal yang juga sangat mengganggu!

Dari situ, aku berpikir ke tahap berikutnya, ?Adakah autopost yang kumunculkan setiap jam sekali itu mengganggu orang lain? Membuat mereka senang atau sebaliknya??

Aku lalu mengingat-ingat masukan kerabat dan kawan soal autopost tersebut dan kebanyakan mereka sebenarnya keberatan.

Di titik itulah aku memutuskan untuk tidak menggunakan lagi layanan autopost. Bagiku, ini adalah usaha terkecil untuk menjalankan apa yang kuucap/tuliskan.

 

Social Media untuk sosialisasi

Social media itu adalah wahana untuk bersosialisasi secara langsung bukan perwakilan.

Ibaratnya kita datang ke arisan, kadar sosial kita ditandai dengan kemauan kita untuk datang bukannya dengan menitip duit arisan ke kawan yang hadir.

Pernah suatu waktu aku dikontak oleh kawanku, ?Kamu tidur jam berapa sih Don kok tiap jam selalu posting di Facebook dan Twitter??

?itu yang nge-post autopost script kok, Bud! Aku sih udah tidur jam segitu!? anggaplah kawanku itu Budi namanya.

?Oh begitu? Wah nyesel aku!?
?Lho kenapa??

?Aku sudah terlanjur baca, kupikir kamu yang nge-post ternyata mesin!?

 

Membuat postingan baru ekslusif

Bombardir autopost membuat wall-ku penuh.?Hal ini membuat orang jadi tak terlalu memperhatikan ketika aku mem-post sesuatu yang organik (ku posting langsung) diluar autopost karena bagi mereka postingku ya autopost semua.

Alhasil, posting-posting organik yang seharusnya menarik jadi hilang ekslusifitasnya karena kebisingan wall yang kuciptakan sendiri.

Ada dua percakapan yang kuingat hari senin kemarin ketika akhirnya aku memutuskan untuk menghentikan.

Pertama, kejadiannya beberapa tahun silam saat aku ingin bilang ke temanku kalau aku baru saja memposting sesuatu di Facebook.

?Oh ya? Aku ngga memperhatikan soalnya status kamu isinya selama ini cuma link ke blogpost sih!?

Dan yang kedua terjadi beberapa hari silam,
?Kamu kenapa nggak pernah nulis blogpost baru lagi? Isinya cuma yang lama melulu dan diulang-ulang! Kamu nulis berulang-ulang ya, Don??

Yang terakhir memang yang paling menohok!

Sebarluaskan!

2 Komentar

  1. Alhamduuuulillahh…
    Don, timeline-ku pernah lho isinya post kamu semua wuakakakakkkk… e.. aku tinggal milih mo baca yg mana duluan, ngga kepikiran klo yg nge-post itu mesin. Jadi kemaren pagi aku bingung, ih kok ada yg ilang yak (baru ngeh waktu liat timeline agak legaan).

    Balas
    • Hahahaha, jadi kamu pikir aku posting tiada henti gitu? :)))

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.