Pagi tadi teman saya Angga mengeluh harddisk eksternal yang biasa digunakan untuk menyimpan data penting selama lima tahun belakangan tiba-tiba tak berfungsi dan kehilangan seluruh data yang tersimpan di dalamnya adalah sebuah kenyataan yang harus dihadapinya!
Saya hanya senyum sinis saja kepadanya, lalu saya katakan bahwa kita, meski lewat IIX, pada prinsipnya pun telah kehilangan YouTube beserta seluruh konten-kontennya juga secara tiba-tiba…
Menanggapi tentang pemblokiran situs web YouTube dari jalur koneksi IIX, secara pribadi saya sebenarnya tak terlampau kaget. Ketidakkagetan saya itu bukan karena betapa hebatnya kita mampu mem-blokir situs tersebut, tapi lebih karena saya menyadari betapa YouTube terlalu besar dan terlalu universal untuk sekedar menerima permohonan dari kita untuk melakukan penghapusan satu konten saja. Analoginya, ketika saya meminta sebuah fashion outlet terkenal untuk menanggalkan koleksi celana jeans yang saya tak suka karena modelnya yang buruk tapi sedang nge-trend, sudah barang tentu fashion outlet itu akan menolak dan pilihan ada di saya, tetap di sana atau pergi, dan bukan sebaliknya, bukan ?
Siapa sih saya? Siapakah kita?
Hanya saja dari kasus ini, saya jadi terangsang untuk berpikir yang lebih ekstrim dari yang sudah ada sekarang.
Saya jadi berpikir bahwa kalau pola pemblokiran situs sana dan sini itu sudah sedemikian hebatnya (dan brangasan?!?), saya jadi merasa perlu untuk ancang-ancang membeli buku diary lagi menggantikan blog saya ini atau mencari lahan pekerjaan lain yang tidak ber-platform internet kalau nanti sampai pada waktu dimana mereka berpikir bahwa internet secara keseluruhan harus ditutup karena sudah saking mumetnya membendung dan memilah-milahkan informasi bagi rakyatnya?
Mungkin pemikiran saya terlalu ekstrim, apa ya pemerintah mau dan berani menutup internet secara keseluruhan? Tapi, guys, apa kalian pikir bahwa pemikiran untuk menutup YouTube beserta konco-konconya itu tidak terlalu esktrim juga jika kita kembalikan dalam konteks 1 – 2 tahun yang lampau?
Sebagai bangsa yang baru merdeka, sejak reformasi 1998, ternyata kita tak diberi kesempatan terlampau lama untuk merasakannya.
Setelah 32 tahun tertindas rezim politik yang diwarnai dengan kerasnya peluru dan mesiu, sekarang, sepuluh tahun usai kemerdekaan itu, dimulailah satu jaman penindasan baru yang mengatasnamakan norma dan moral!
Pada kenyataannya kita memang tak pernah dan tak akan pernah bebas merdeka…
sejak kapan kita merdeka, Mas?
kok kayaknya ga ya..
:)
Wah kalo buku diary, kebetulan saya barusan beli mas. :)
Segala macam pemblokiran seperti ini menurut saya hanyalah reaksi berdasarkan emosi belaka, tanpa pertimbangan untung ruginya. Agak ikut-ikutan juga karena ada beberapa negara lain yang pernah memblokir. Boleh dibilang ini adalah sensor pemerintah suatu negara terhadap Internet.
Kok pada ribut2 Youtube di blokir yah? Gue barusan buka masih bisa tuh, padahal pake Speedy & Fastnet. Wahh mestinya Friendster diblok juga, kan banyak ABG pamer susu disitu ahahaha :P
Btw Don, pertanyaan gak penting: Kira2 kenapa ya ABG kalo foto mesti pose-nya begitu (diambil dari atas, agak mlirik2 dikit) Eheheheh.
ini memang berita yang mengagetkan.
Hanya satu kata ; LAWAN
Ini soal budaya kok. Bisa dijawab dalam hati: seperti apa budayanya…
@Momon: Wah itu dia!
Kenapa ya.. *mikir2*
Aha! Mungkin… ini masih mungkin, abg-abg yang kebanyakan cewek itu foto slalu hadap atas karena dengan cara seperti itulah dia minta dilirik cowoknya *loh*… lagipula, kalau dimensi mendatarnya kurang mendukung, bukankah payudara akan selalu tampak indah kalau difoto dari atas, Mon? Hahaha
Lha kalo ABG cowok difoto dari atas juga… hmm barangkali dia homo!