Kelengkapan Hidup

20 Jan 2009 | Aku

Dengan telah bekerja kembali, kurasakan pengalaman kemanusiaanku semakin dipertebal!
Aku yang semula di Indonesia bekerja untuk diri sendiri atau setidaknya untuk investor dan sesama kolegaku, sekarang bekerja untuk perusahaan, untuk sebuah keping representasi dari apa yang dinamakan sebagai kapitalis.
Di atasku ada seorang manager, dan di atasnya lagi ada CEO lalu Chairman, si pemilik perusahaan.
Aku bertanggung jawab untuk mereka, dan mereka bertanggung jawab untuk menggajiku.

Ada orang bilang bahwa aku mengalami kemunduran dengan keadaan seperti itu.
Tapi aku tak mudah untuk mempercayai gelambir mulut-mulut yang berbicara demikian.
Bagiku, hanya aku yang bisa tahu mana yang lebih maju dan mana yang lebih mundur sebenarnya.
Dan bagiku lagi, tak ada hidup yang mengalami mundur, semua maju, maju dan maju hingga akhirnya jatuh dan terkapar, terlindas, hilang dan terlupakan.
Itu sudah menjadi pola yang tetap hingga nanti barangkali ketika Tuhan sudah menyiapkan skenario baru!

Dan kembali soal pertebalan pengalaman kemanusiaan tadi, pada akhirnya kurasakan ada begitu banyak pengalaman yang boleh jadi terjadi pada fase yang saling berhadap-hadapan, bertentangan.

Adalah “melamar” dan “dilamar” salah satunya!
Delapan tahun bekerja di perusahaan yang kudirikan bersama teman-teman, nyaris setiap tahunnya aku menerima beratus-ratus aplikasi lamaran dari para pencari kerja.
Dari kesemuanya, tentu tak semuanya kubaca, barangkali hanya yang menarik baik mata maupun pikiran yang kemudian kumintakan kepada bagian Administrasi untuk diundang interview ke kantor.
Dari berpuluh-puluh interview yang kulakukan terhadap mereka, barangkali pula hanya sepuluh atau tak lebih dari duapuluh yang pada akhirnya kuberikan kata “Yak! Kamu diterima!”

Tiga setengah bulan belakangan kemarin, aku berada pada sisi sebaliknya.
Beratus-ratus lowongan pekerjaan kulamar yang untungnya tak harus lewat pos tapi bisa dilakukan melalui internet.
Kukatakan beratus-ratus karena memang kenyataannya demikianlah perhitunganku.

Dari semuanya, hanya berpuluh-puluh pula yang berusaha menelpon balikku untuk sekadar bertanya ini-itu, chit-chat kata mereka. Beberapa gelintir di antaranya berhasil mengundangku untuk datang ke kantornya, lebih dari sekadar ber-chit-chat, tapi dengan mata tajam yang mereka miliki, aku dikupasinya, ditelanjanginya untuk mengetahui layak atau tidaknya aku bekerja dengan mereka.
Lalu hingga pada akhirnya benar-benar hanya segelintir, benar-benar satu perusahaan lah yang akhirnya bilang “Congratulation, Donny! Cant wait to see and working together with you next monday!”

Apa yang kualami sebagai “pelamar” dan “yang menerima lamaran” adalah sebuah kelengkapan hidup.
Kedua hal itu, setidaknya, mengajariku untuk memandang hidup bukan dari sisi linier tapi paralel.
Linier membuatku berpikir bahwa ini lebih menang dari itu, sana lebih enak dari sini, menerima lamaran lebih asyik dan bossy ketimbang melamar… akan tetapi pola pandang paralel menghancurkan semuanya itu.
Hidup yang paralel mengajarkanku untuk sebanyak mungkin mengalami pengalaman kehidupan sebeda mungkin, selengkap mungkin…

Sebarluaskan!

26 Komentar

  1. Ahh siapa bilang mundur Don? Menurutku sih enggak, malahan Donny bisa belajar dari sisi lain, dari pekerjaan ini nantinya Donny akan belajar bagaimana mengelola pekerjaan dibidang perusahaan yang sudah mapan, dan milik orang asing, yang tentu budaya kerjanya beda sekali.
    Ini merupakan pengalaman yang menarik… dan siapa tahu Donny bisa menjadi CEO suatu hari nanti? Atau malah membuka perusahaan sendiri? Tentu saja pengalaman ini akan memberikan bekal yang sangat baik, terutama akan lebih mudah memahami hukum yang berlaku dinegara tsb…dibanding dengan belajar sendiri yang akan perlu waktu lebih lama.

    Balas
  2. Bagiku, hanya aku yang bisa tahu mana yang lebih maju dan mana yang lebih mundur sebenarnya.
    Yeah! Ini yang ingin kudengar dari mulutmu, dan ini sari pati dari tulisanmu ini!

    Balas
  3. Beratus-ratus Don? Tak disangka, selamat Don, pengalaman hidupmu jadi lengkap dan berimbang.

    Balas
  4. yang penting kerja dulu..biar waktu menentukan ketika suatu hari kelak justru jadi boss di negeri orang..he he
    salam

    Balas
  5. piye kabare, dab ? suwe rak menengokmu.
    masalah maju dan mundur dalam hidup kita, Don ? kupikir, itu adalah penilaian kita sendiri. lha wong urip2e dewe kok. ngapain juga, ndadak ngurusi cangkeme wong sing gatel.
    gitu kan, Don ? tak doakan semoga kehidupanmu semakin lancar jaya, dab.

    Balas
    • Amin, amin, amin! Maturnuwun dongamu, Kangmas ;)

      Balas
  6. Hey..Don…
    keren kan udah bisa ngerasain semuanya??
    Dahsyat kan untuk tahu rasa mereka mereka yang mengirimkan lamaran dan tidak di panggil atau boro boro terima?
    hehehe
    Beratus ratus CV Don??
    DAMN!!!
    no wonder gue masih berkutat di sini aja!!!
    kurang banyak say…..sipp….hajar lagi..kalo perlu gue sebar Cv pake helikopter! wakakakka

    Balas
    • Iya, bener-bener beratus-ratus karena di sini lowongan buat section gw mayan banyak tiap hari dan tinggal lempar via internet, kan ?

      Balas
  7. Don,
    Kamu tidak mundur.
    Apalagi ini di sebuah tempat yang sama sekali berbeda dengan tempat yang dulu sudah nyaman kamu tinggali.
    Kamu hanya menjadi semakin realistis, bahwa memang kamu harus bekerja seperti aku; digaji orang, bukan menggaji orang :)
    Ah, sudahlah.. Yang penting sekarang kamu sudah bekerja dan bisa segera kirim sebagian paycheck-mu buat aku! hihihi… teteup…
    Oh ya, Don,
    ini cuman berandai-andai ya.
    Kalau seandainya aku kirim lamaran ke tempatmu, kira-kira kamu panggil nggak ya? *lamaran jadi Direktur, gitu, deh.. hihihi*

    Balas
    • Hahahaha… kirim lamaran ke tempatku? Ya nanti kalau aku bikin usaha blogging, kamu pasti kujadikan direktur.

      Balas
  8. pertanyaan pengulangan gw & DM :
    jadi sebenernya lu ngerti gag pada ngomong apaan disana hihihihi

    Balas
    • Eh biarin yang penting gw masi bisa Bahasa Tarzan hahahaha :)

      Balas
  9. jadi sekarang mana yang lebih enak? jangan bilang dua-duanya sama saja lho, jawabanmu bisa jadi referensiku.
    Sukses kawan!

    Balas
    • Sejujurnya Wang Sinawang..
      Tapi nek dilihat dari gaji, dan tanggung jawab, jelas enak yang sekarang hehehe :)

      Balas
  10. hwe? yg jelas sekarang jadi tertib mandi … entah itu kemajuan atau kemunduran :D

    Balas
    • KEMAJUAN adalah kemunduran bagi KEMUNDURAN sedangkan KEMUNDURAN adalah kemunduran bagi KEMAJUAN.
      Maka dari itu, marilah kita maju-mundur saja hahaha!

      Balas
  11. Mmm bener banget setuju, yang hidup kita maju/mundur itu ya kita sendiri.
    :D yuk mari kirim lagi mas lamarannya :P

    Balas
  12. Congrats Don buat kerjaan barunya… salut sama usaha keras kamu… terus maju yah… sukses selalu…GBU…

    Balas
  13. well….
    aku tidak pernah melamar
    hanya pernah ditawari dan meng-amin-i.
    Jadi tidak bisa membandingkan.
    eniwei…
    selamat melakukan sesuatu yang baru
    EM

    Balas
    • Thanks, EM :)

      Balas
  14. don, piye le nyambut gawe? nek wis bayaran, bali jogja yo, dienteni mangan2ne hihihi :)

    Balas
    • Mbut gaweku apik2 wae.. :)

      Balas
  15. sukses broo…sukses

    Balas
    • Matursuwun Dab, doa-doanya…

      Balas
  16. aku melu seneng sampean wis krasan ojo meneh sakiki wis makaryo ,metine wae banjur iso ngilangake nglangut ,lan mugo mugo wingi kae ndang dadi mas hahaha . trus ono sing nyeluk papi….
    salam kangen seko njowo mas pingin dikirimi geblek wates ra Mas opo geplak mbantul,bakpia pathuk hahahaha

    Balas
    • Hahaha sing paling kukangeni kuwi antarane Sego sayur pedes, iwak pedes lan tempe pedes-nya Pak Dul Gejayan :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.