Kekhawatiran yang menyudutkan dan membunuh iman

27 Mei 2019 | Kabar Baik

Kepada para muridNya, Yesus hari ini mengutarakan satu hal yang membuat bulu romaku bergidik. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (Yohanes 16:2)

Waduh! Kenapa bisa ?serem? gitu sih? Apa yang dikatakan Yesus bukanlah ancaman. Hal tersebut merupakan resiko yang harus siap ditanggung para muridNya.

Siapa mengucilkan dan membunuh?

Dan pada kenyataannya resiko itu benar-benar terjadi. Para rasul, kecuali Yohanes, mati dibunuh. Sebuah kenyataan yang jika dilihat dari sisi manusiawi amat mengerikan! Bayangkan, hanya karena memiliki iman yang berbeda, seseorang harus menemui ajalnya? 

Hal seperti itu sayangnya masih tetap terjadi hingga saat ini. Di sudut-sudut dunia kita masih sering melihat, membaca atau mendengar berita horor dimana seseorang dikucilkan, didesak dan dibunuh karena imannya terhadap Yesus.

Jika dua ribu tahun lalu, para pembunuh murid Yesus adalah mereka yang menentang penyebaran iman akan Tuhan, bagaimana dengan masa kini? Siapa yang mengucilkan dan membunuh orang-orang yang beriman pada Kristus?

Jawaban paling tepat adalah mereka yang tidak mengenal Bapa dan Yesus seperti yang dikatakanNya pada Yohanes 16:3.

Selebihnya, kita harus berhati-hati untuk menunjukkan jari. Sekalinya menunjuk seseorang atau sebuah kaum, kita tak ubahnya sebagai orang yang menghakimi padahal penghakiman bukanlah hak kita untuk melakukannya.

Keyakinan yang sama di antara yang berbeda keyakinan

Yang pasti, tak semua yang berbeda keyakinan itu pasti akan mengucilkan apalagi membunuh kita. Aku punya banyak sekali teman yang memeluk keyakinan agama lain dan juga mereka yang tak beragama bahkan tak percaya pada Tuhan sekalipun. Tapi aku hampir tak pernah punya pengalaman buruk dari mereka.

Aku bisa berinteraksi secara ?normal? tanpa halangan. 

Kenapa hal ini bisa terjadi?
Karena meski berbeda keyakinan tapi ada keyakinan lain yang sama-sama kami anut yaitu keyakinan untuk saling menghormati di atas perbedaan yang ada.?

Dan kalau dipikir-pikir, dari siapakah asal muasal semangat untuk saling menghormati kalau bukan dari kasih yang datang dari Tuhan?

Diri sendiri yang membunuh dan mengucilkan

Hal yang menurutku justru perlu dijadikan introspeksi adalah pada diri sendiri. 

Apa kaitannya?
Terkadang diri ini justru kerap berusaha mengucilkan, menyudutkan bahkan membunuh iman kita terhadapNya karena diri ini tak mengenal Bapa dan Yesus secara baik.?

Ambil contoh paling mudah soal kekhawatiran. Kekhawatiran itu menyudutkan dan pada satu titik mematikan iman terhadapNya. Kita jadi merasa tak memiliki Tuhan yang Maha Kuasa ketika kekhawatiran meraja lela.

Seperti yang terjadi kepadaku akhir pekan lalu.

Aku tak bisa menceritakan secara detail tapi implikasi dari hal tersebut adalah timbulnya kekhawatiran akan begitu banyak hal dalam hidup.

Bagaimana kalau begini? 

Bagaimana kalau rencanaku yang itu tak terjadi? 

Bagaimana kalau dia memilih ini dan bukan yang itu?

Hingga di satu titik dimana aku merasa putus asa dan di situ, Joyce, istriku mengingatkan bahwa sejatinya aku sedang ?mengucilkan? dan ?membunuh? harapanku sendiri!

?Kenapa kamu pesimis? Percuma dong kamu tiap hari nulis Kabar Baik kalau untuk berharap pada Tuhan saja sulit!?

Aku tertampar akan ucapannya.
Di situ aku sadar. Perkara mengucilkan, menyudutkan apalagi membunuh itu bukan melulu datang dari lawan yang kelihatan. Kalau tak hati-hati, diri sendiri punya potensi menjadi pembunuh atas iman kita terhadapNya.

Sydney, 27 Mei 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.