Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang (lih. Matius 18:14)
Salah satu narasi yang menurutku tidak layak dikembangkan adalah ketika seseorang mengatakan pada seorang lainnya bahwa dirinya akan masuk surga dan yang lainnya tadi akan masuk neraka hanya karena perbedaan keyakinan, suku, ras, orientasi seksual apalagi pilihan calon presiden!
Pertimbangannya bukan hanya karena soal hormat-menghormati saja tapi lebih pada hal yang bisa dijadikan hakikat bahwa Bapa di surga tidak menghendaki satupun dari anak-anakNya hilang!
Lalu siapakah anak-anakNya itu? Semuanya! Semua orang adalah anak-anakNya tanpa terkecuali karena kasihNya yang luar biasa yang tak bisa menghentikan aliran kasih hanya karena perbedaan.
Dan mari kita membayangkan bagaimana sebuah kehendak itu memiliki daur hidup.
Kehendak adalah niatan.
Dari kecil kalau aku punya kehendak maunya diturutin. Kalau enggak, aku akan berusaha keras bagaimanapun caranya supaya yang kukehendaki bisa kudapatkan.
Pernah aku pengen beli mobil-mobilan tapi papa dan mamaku tak membelikan karena menurutnya bentuknya sama dengan banyak mobil-mobilan yang sudah kupunya.
Aku merengek-rengek dan tetap tak diberi. Minta duit ke eyang, rupanya mama sudah memberi kode ke eyang untuk tak memberi uang. Aku diam, dalam diam aku berpikir. Akhirnya akal terpetik, aku menabung dan dari tabunganku akhirnya terbelilah mobil-mobilan itu.
Nah, itu adalah kehendak seorang anak kecil sepertiku. Bagaimana kehendak Bapa di surga? Karena Bapa itu Maha Kuasa tentu kehendakNya luar biasa. Jangankan gunung, kalau mau barangkali matahari pun bisa dipindahkan!
Jadi jangan pernah menghakimi sesama untuk masuk surga atau neraka hanya karena hal-hal yang tampak karena kita tidak pernah tahu bagaimana Ia menjalankan kehendakNya yang kuat untuk menyelamatkan kita semua dan kita tak pernah tahu bagaimana sesama kita tadi merespon keselamatan yang ditawarkan dan dikehendaki Bapa.
Bisa jadi kita nanti selamat semua apapun agamanya?
Ia Maha Kuasa dan kalau kehendak kuatnya adalah seperti itu siapa tahu, kan?
Kalau begitu kenapa kamu tetap Katolik?
Karena aku percaya dan tak mau beranjak dari wadah atau tubuh yang dibentuk oleh sosok yang menyampaikan kehendak Bapa itu tadi. Sosok terdekat denganNya yang berasal daripadaNya sendiri sehingga kita yang semula tidak mengerti kuat kasih dan kuasaNya jadi bisa mengerti dan merasakanNya setiap saat dalam hidup kita.
Sosok itu adalah anakNya sendiri yang sebentar lagi kita peringati kelahiranNya, Yesus Kristus!
Sydney, 11 Desember 2018
Jangan lupa isi Survey Kabar Baik 2018. Hasil isian kalian dalam survey tersebut sangat mempengaruhi bagaimana pola tulisan dan distribusi renungan Kabar Baik ini akan berkelanjutan. Klik di sini untuk informasi selengkapnya!
0 Komentar