Kebohongan yang Melenakan

16 Apr 2009 | Cetusan

Beberapa tahun yang lalu, salah satu teman pernah berujar padaku demikian,
“Kamu jangan bilang siapa-siapa ya, PLEASE!”
“Eh, apa?”
“Aku udah nggak perawan sejak awal kuliah!”
tentu temanku ini adalah wanita.

“Oh, terus?”
“Ya, kamu jangan bilang-bilang, pokoknya jangan…”
“Bahkan calon suamimu nanti?”
Ia hanya tersenyum.

“Lalu kenapa kamu omong sama aku?”
Ia tersenyum lagi, entah kenapa…

Temanku itu tadi sedang menyeretku ke dalam pusaran pembohongan dirinya.
Ia bohong karena malu, ia malu karena bodoh, bodoh termakan mitos!
Di matanya keperawanan adalah segalanya.
Di matanya, keperawanan adalah tuhan yang mengalahkan Tuhan itu sendiri.
Dan sekali ia kehilangan, ia merasa tak bisa berdiri di atas kenyataan kecuali dengan cara berbohong itu tadi.

Jangan ngomong soal dosa untuk bohongnya, itu terlalu jauh kedengarannya.
Tapi berpikirlah siapa yang rugi menyembunyikan bangkai ikan busuk di dalam kantong celana sendiri?
Alih-alih membuat tubuh menjadi harum karena tersimpannya aib, yang didapat malah akumulasi bau baru itu dicampur dengan bau badan lainnya.

Orang yang terlatih untuk bohong, seperti halnya orang yang malas beranjak dari kasur karena dingin, terlenakan.

Bayangkan cerita temanku di atas yang fiktif tapi nyata, nyata tapi fiktif itu tadi, selepas ia menikah nanti (dengan hitungan ia tidak bertemu pacar yang minta jatah ML setiap malam minggu pacaran) pasti akan menyiapkan jawaban “Kan setiap perawan nggak harus ditandai dengan darah, Sayang!” ketika suami barunya bertanya “Kok kamu nggak keluar darahnya malam tadi?”

Kebohongan kedua pun, tercipta.

Dua minggu kemudian, ia menerima email dari mantan pacar yang memerawaninya,
“Congrat, Dear! Gimana suami? Kaget nggak ngedapetin loe udah nggak perawan?! Enakan mana ama punya gw waktu gw “genjot” loe pertama dulu?”

Ia tak menjawab email laknat itu, tapi di status FB ia menuliskan
“Bangga punya suami yang pengertian tak menuntut kesucian!”

Nah dia berbohong lagi padahal suaminya jelas menuntut kesucian.
Eh, tapi apa suaminya nggak punya FB sehingga si istri begitu berani menuliskan demikian?

Punya!
Tapi bahkan ia tak mengenali profil istrinya sejak ia mengganti profil nickname ke sebuah nama yang tak seorang pun tahu bahwa ia adalah orang yang kuceritakan di atas.

Dan kebohongan-kebohongan pun berkelanjutan.
Merajut pola absurd bersama kenyataan yang semakin lama semakin tersodok, terpinggirkan.
Semakin susah bagi seorang pembohong untuk bangkit, karena selain pekat dan absurdnya itu, seperti kubilang tadi, bohong itu melenakan!

Bukan begitu, kawan?

Sebarluaskan!

30 Komentar

  1. Kok saya malah melengceng mikir ke soal clone di pol*t*kana ya. :P
    Apa karena berbentuk dialog dimajiner kayak artikel kasnya Bang N*p. :D

    Balas
  2. kenapa gak jujur aja ya bilang kecalon suami, toh dengan ngomong jujur bakalan keliatan dia sayang beneran atau cuman mau selaout darah aja…ya walaupun aku termasuk orang yg kolot untuk urusan beginian…tetep aja terlalu picik kalau seseorang hanya menilai seorang perempuan dari selaput darahnya…
    dan untuk temenmu itu…kalo jadi dia pastinya akan sebel banget sama mantan pacar itu…duh duh…cowok begitu dibuang kelaut aja deh!

    Balas
  3. Kadang kebohongan itu semata hanya upaya menipu diri sendiri. Seolah-olah dirinya merasa aman. Padahal hidup dari satu kebohongan hanya akan membuat kebohongan yang lain. Tulisan ini bukan bohongan lhoo

    Balas
    • Hahaha, good point, Bro!
      God Bless!

      Balas
  4. Sebuah kebohongan akan menciptakan kebohongan lainnya (kalo bhs Donny – melenakan) embeeer banget.
    Tapi topik keperawanan ini menarik sekali. Tolong jangan gunakan standar ganda dlm hal ini, menuntut kesucian, nah kalian sendiri emang masih perjaka ? Coba ambil kaca yang besar.
    Saya rasa perawan gak perawan bukan hal yang utama. Dapat perawan tapi setelah 5 tahun jadi istri mengekang dan menghisap setiap penghasilan gimana, mending dpt yg gak virgin tapi hati terus ia pelihara kesuciannya selama menjadi istri / suami.
    Biarlah masa lalu menjadi masa lalu dan mata menatap ke depan dengan mengakui kesilafan masa lampau dan menjadikannya pelajaran.
    Buat cewek temenmu itu mas, gue gak heran lu ampe sebel gitu. Sementara buat suaminya, waaah sami mawon istri dewe di FB gak ngenalin.
    Sorry mas Dion terlalu semangat nich ! :) hehehehe

    Balas
  5. tentang keprawanan…agak membingungkan juga
    Kalau seorang gadis terlanjur melakukan sex pra nikah lalu harus menikah dengan orang lain… haruskah dia mengakui keadaannya sebelum menikah? Atau membiarkannya menjadi rahasia antara dia, si pria pelaku, dan Tuhan?
    Kalau jujur : positifnya hilang sudah rasa bersalah dan “gembolan” batin yang gak penting..resikonya : pernikahan bisa batal mengingat pria timur banyak yang mengukur kesucian gadis dari keprawanannya.
    Kalau tidak jujur?..seperti yang mas Donny tulis tadi akan timbul kebohongan2 baru seumur hidup untuk menutupi kebohongan yang lainnya
    Ada yang bersedia berpendapat?

    Balas
  6. Rasa2nya aku paham kenapa temanmu itu tiba2 memaksamu untuk menyimpan rahasia. Mengapa? Mungkin karena auramu yang melenakan, hingga secara otomatis tanpa sadar dia memberitahukan cerita yang menurutnya adalah sebuah rahasia.
    Kedua, ngeri bener ya kalo punya mantan pacar seperti itu.

    Balas
    • Aih, Qq…
      Tiba-tiba berkomentar tentang suatu kebenaran AURAKU!
      Huahuahua…

      Balas
  7. Setuju dengan Mbak Eka , “Sebuah kebohongan akan menciptakan kebohongan lainnya”. Keenakan bohong,jadi keterusan kan. Kalau udah keterusan bakalan susah untuk berbuat baik mengakuinya. Kecuali kalau sudah ketahuan .. what can i say?

    Balas
  8. Uhmm,, soal keperawanan, aku tak mau membahas lebih jauh,, cuma aku bersepakat aja dengan Ria dan Mb Eka :)

    Yang kutangkap dari permenungan ini, adalah bahwa sekali kita berbohong, sama seperti menimbun utang, gali lubang tutup lubang.
    Gak pernah ketemu di mana ujungnya, kecuali bila kita memutus rantainya dari awal. Dan biasanya hasilnya berdarah-darah.

    Dan ya,, analogiku di atas memang aneh :)

    Balas
    • Aku setuju dengan ulasanmu lebih ke soal “kebohongan” karena memang tulisanku ini sebenernya justru bukan mbahas soal keperawanan jhe…

      Balas
  9. kebohongan pertama adalah pintu gerbang menuju kebohongan kedua dan selanjutnya – amin rais

    Balas
    • Sepakat!

      Balas
  10. wah bohong kalau itu jangan diabadikan akan kehidupan kita ini diwarnai dengan kebohongan

    Balas
  11. ah
    kalo aku sih ngga peduli ya, orang lain mau boong atau ngga
    boong di atas keboongan juga
    yang penting aku bertanggung jawab atas semua tindakan dan itu berarti?
    berbohong = tidak bertanggungjawab
    sama juga dgn anonymous
    EM

    Balas
  12. bohong itu melenakan
    bohong itu melelahkan

    Balas
  13. iihh disuruh jangan bilang2 tp malah ditulis di blog! Piyeee ttoohhh….walaupun anonymous tp kan tetep bisa dilacak, mana ditulis lg status FBnya! gimana coba kalo misalnya si anonymous ini (1) ternyata berteman dengan teman FB lo yg lain juga. misal si (2)…trus ternyata si (2) baca postingan ini n kebetulan orangnya rada bernaluri detektif, kan jd bisa dicari-cari tuh si (1)…ditambah kalo si (2) juga ember…wah samudra jadinya…
    hahahaha gue ntar malah mancing temen2 FB lo buat nyari-nyari si (1) lagi..
    ^_^

    Balas
  14. Bohong yang satu akan menciptakan kebohongan lainnya, bahkan orangnya sendiri akan lupa apa aja dan siapa saja yang telah dibohongi.
    Saya punya teman seperti ini, dan geli kalau dia omong, karena cerita dia kadang berlawanan dengan cerita sebelumnya.Hal yang bisa diduga selanjtnya adalah, orang tak percaya lagi kalau dia sedang omong jujur. Nahh lho…

    Balas
  15. wah kapan kita bisa berhenti untuk berbohong yaa

    Balas
  16. bener banget, satu kebohongan akan di tutup dengan kebohongan yang lebih besar…begitu seterusnya kan….

    Balas
  17. kebohongan itu kadang terpaksa dilakukan karena banyak orang tidak siap menerima kejujuran.
    kebohongan itu juga kadang terpaksa dilakukan karena banyak orang tidak siap menerima hukuman.

    Balas
  18. Kebohongan memerlukan kebohongan lebih besar, begitu seterusnya … ibarat snowball menghancurkan kebenaran

    Balas
  19. konon, kebohongan bisa menghancurkan hidup, mas donny. mungkin faktor kebiasaan, sehingga berbohong pada orang seperti bukan beban dosa. tapi konon ada juga loh bohong yang dianjurkan, terutama utk melindungi nyawa seseorang dari ancaman pembunuhan atau yang lain. *walah, ndak nyambung ya, mas, haks?*

    Balas
    • haks juga Pak Haks :)

      Balas
  20. Ya, benar begitu.
    Satu hal yang bisa kupetik dan kuambil kesimpulan sebagai saripati dari tulisan ini: miliki lah sebuah akun fesbuk. Hiihi.
    *ngakak mbaca komen Chandra. Dasar!*

    Balas
    • Gini ini kebanyakan sari pati ayam :)

      Balas
  21. ini perenungan yang serius….
    saat ini banyak juga kaum perempuan yang mempertanyakan balik apakah para pria masih perjaka/virgin?
    calon pacar saya termasuk perempuan yg kalem n manja, dan saat ini pun saya berpikir keras lanjut ato tidak krn saya tidak sengaja membaca history chattingnya dengan mantan pacarnya, “bhw mereka pernah melakukan yang lebih dari sekadar pacaran dan apakah hal itu tidak akan membuat calon pacarmu mendatang akan memojok-kan mu”
    sebenarnya saya sayang dgn dia, tp saya sdh berusaha sabar dengan mencoba memancing agar dia mengaku …. tapi selalu KEBOHONGAN yang muncul…. mau to the point ..kok ga tega, sehingga antara perasaan sayang dan CAPEK di BOHONGI …. terus menghabiskan energi ….. satu hal: saya menghargai kejujuran walau pahit, sebab kebohongan selalu amat sangat pahit.
    Im still virgin till now.

    Balas
  22. Wahhhhh… lagi iseng jalan2, ketemu posting yang ini. Udah telat ya comment-nya (sebulan hehehehe)… tapi gpp deh daripada gak muji cieeeeeeee…wkwkwkw…
    Bagus nih… saya besar di lingkungan keluarga yang menutupi kebohongan dengan kebohongan lain seperti yang kamu bahas. Sampai akhirnya jadi kebiasaan di rumah… Untungnya saya jadi capek sendiri, soalnya otak kudu kreatif terusssssss mencari alasan kekekeke… lama-lama otakku bisa benjut trus cocok jadi kriminolog soalnya bisa mereka-reka kejadian hakhakhak… jadi sekarang?? saya sudah stop ngarang-ngarang… saya sampai memaksakan diri tidak tinggal bareng sama keluarga untuk usaha lebih ekstrim (karena kalo gak ekstrim syuusyahhh… bisa diinstruksi terus buat boong) jadi sekarang kalo mau ngarang, ngarang aja sekalian yang bener biar dibaca orang, dan biar gak dibilang boong lu xixixixi
    Nice nice posting :)

    Balas
  23. Setiap orang pasti pernah berbohong dalam hidupnya. Namun demikian, yg paling penting adalah dalam hal apa dan bagaimana, kepada siapa dan kapan seseorang harus berebohong. Contoh berbohong yg dapat diterima demi keselamatan jiwa tetapi bohong yg tdk dapat diterima misalnya pasangan saling berbohong mengenai kehidupan pribadi. Jadi, menurut pikiran saya, bukan berbohong atau tidak berbohong yabg menbjadi masalah.

    Balas
  24. it all have been happened to me. dan sebentar lagi saya akan menikah dengannya, semoga email bangsat itu tidak muncul.
    saya mencoba menerima dia apa adanya, walau perih.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.