Dalam hidup, hal-hal yang menyebalkan itu selalu bertransformasi, menyesuaikan bentuk dan level sebel-nya.
Hari-hari ini, selain sebel pada diskusi ohak-ahok yang tak berkesudahan, mendadak ditambahkan dalam sebuah grup Whatsapp (WA) adalah sebuah kesebalan baru.
Eh ngomong-omong, ada berapa grup WA di gadgetmu?
10? 20? 30?
Ada grup alumni SMA X karena dulu bersekolah disana?
Lalu grup alumni SMA X angkatan tahun YY?
Ada lagi grup alumni SMA X angkatan tahun YY kelas ABC?
Grup alumni SMA X angkatan tahun YY kelas ABC bernomer absen genap?
Grup alumni SMA X angkatan tahun YY kelas ABC bernomer absen genap yang badung-badung saja?
Lalu notifikasi di layar gadget berjalan lebih cepat dari perubahan angka menit dan kamu semakin sebal!
Eh omong-omong, kenapa kebanyakan grup WA itu menyebalkan?
Menuh-menuhin memori gadget
Tak semua orang itu menggunakan gadget secanggih dan sebaru yang kamu punya. Tak semua orang pula bergabung dalam grup WA sesedikit kamu.
Jadi misalnya ada seorang yang menggunakan gadget bermemori rendah, lalu kamu tambahkan dia ke grup WA terbarumu, siapa yang nggak jengkel kalu hal itu bikin kerja gadget makin berat sehingga melambat?
Atau, katakanlah ia menggunakan gadget keluaran terbaru tapi bergabung dalam lebih dari lima puluh grup WA, misalnya. So, memori melambat? Jelas lah!
Out of topic
Belum tentu kita tertarik pada topik yang dibicarakan dalam grup WA tersebut. Belum lagi kalau orang-orangnya kita tak kenal, atau ketika kita kenal ternyata ia adalah orang yang tak kita inginkan ada di sana?
Sungkan untuk keluar
Ketimuran sikap yang kita banggakan itu kadang jadi bumerang.
Kamu ditambahkan oleh senior kamu masuk ke grup WA. Kamu nggak suka entah dengan alasan apa, tapi karena kamu orang timur, kamu sungkan untuk keluar meninggalkan grup WA itu.
Sebel nggak?
Lalu sebaiknya bagaimana?
Sebagai orang yang diundang ataupun yang ditambahkan, hal-hal ini yang menurutmu layak dipertimbangkan:
Apakah kamu yakin nggak mau join?
Berpikir positif itu gak ada salahnya meski ia dikelilingi rasa sebal dan gemas yang mengungkung!
Bos mengajakmu bergabung di grup WA pecinta hobi memancing karena dia sangat hobi dan ia pikir kamu juga bisa suka. Kalau kamu langsung keluar dari grup WA, tentu nggak enak banget.
Jadi? Pikirkan dulu apa kamu yakin nggak mau join?
Keluar?Jangan sungkan!
Jangan sungkan kalau memang kamu ingin keluar dari grup WA apalagi yang menambahkan kamu tanpa minta ijin/kamu beri ijin.
Kamu mungkin memang melanggar adat ketimuran yang diagung-agungkan, tapi percayalah sebelum kamu melakukannya, mereka yang menambahkanmu ke grup WA sudah melanggar adat ketimurannya sendiri yaitu menambahkanmu tanpa ijin terlebih dulu.
Sebagai orang yang mengundang, ada beberapa hal yang bisa dilakukan supaya tak membuat sebel orang lain.
Utamakan mengundang (invite) bukan menambah (add)
Intinya, sebelum asal nambah orang ke sebuah grup WA, alangkah lebih baiknya menghubungi secara personal terlebih dulu dan bertanya apakah ia mau bergabung atau tidak.
Membentuk grup WA? Pentingnya apa?
Yakin kamu sanggup mengelola grup WA? Perlu atensi untuk mengelola pembicaraan supaya tetap fokus pada tujuan awal pembentukan lho! Siap?
Apa yang akan kamu bicarakan di grup tersebut??Kalau hanya untuk menyampaikan pengumuman kenapa tidak disampaikan secara personal saja?
Misal kamu jadi panitia acara trus ingin memberikan pengumuman pada peserta, kenapa harus bikin grup WA peserta? Kenapa nggak diumumkan saja satu per satu?
Kecuali kalau kamu mengharapkan ada diskusi dari pengumuman yang kamu berikan, maka bentuklah grup WA. Jika tidak ngapain repot-repot?
Jangan sungkan untuk menutup grup WA
Setiap pembicaraan ada kadaluwarsa-nya. Aku sering menemui grup WA yang kosong melompong setelah sekian lama sebelumnya begitu ramai?
Ketika mendapati grup seperti itu biasanya aku langsung keluar begitu saja daripada menambah berat kerja prosesor gadget kita.
Sebagai admin grup, seharusnya kita nggak ragu apalagi malu kalau harus berkeputusan untuk menutup grup WA kita…
Memang betul, adat ketimuran kadang agak sedikit “mengekang” kita. Tapi saya juga melakukan apa yang Mas Donny lakukan, yaitu menghapus grup. Setelah sebuah kegiatan tertentu selesai dilaksanakan, maka grup yang dibentuk untuk mempermudah komunikasi itu pun dihapuskan. Saya rasa tidak masalah kita membuat dan menghapus sebuah grup asal ada kulonuwun dan kata-kata berpamitan yang baik.
ya artikel nya bagus dan tegas, mmg kalo sudah engga nyaman di grup WA ya keluar aja ngapain pusing2