Keadilan Tuhan

4 Mar 2019 | Kabar Baik

Ucapan Yesus menggemparkan hati para murid. Begini kataNya, ?Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Markus 10:25)

Kawan lamaku mendadak aktif dalam pelayanan di Gereja. Ia yang semula tak pernah akrab dengan peribadatan, sekarang jadi berbeda; tiap minggu ke Gereja, bahkan di sela-sela kerjanya yang padat, ia menyempatkan diri datang ke persekutuan doa.

Dimana letak keadilannya?

Hingga satu saat, ada yang menggelitiknya dan ia pun bertanya kepadaku, ?DV, loe kan tiap hari nulis Kabar Baik, coba loe jelasin ke gue kenapa kita harus menjual semua harta milik lalu menyerahkan pada si miskin? Dimana letak adilnya??

Aku terdiam.
Apa yang dipertanyakan kawanku tadi ada benarnya. Keluarganya kaya-raya karena usaha yang dirintis kakek-neneknya berjaya. Orang tua kawanku kerja tak kenal waktu sampai kawanku sendiri tak pernah mendapatkan perhatian yang utuh dari keduanya. Selepas SMA, kawanku harus berpisah dari kawan-kawan lamanya, termasuk aku, karena harus pergi ke luar negeri menuntut ilmu.

Tiga setengah tahun kuliah, ia kembali pulang ke kota asalnya untuk menjadi ?putra mahkota? dari perusahaan yang kian menggurita. Tak ada lagi waktu untuk santai-santai, yang ada hanyalah kerja, kerja dan kerja!

Jadi, secara manusiawi, kalau ia bertanya dimana letak keadilan itu ya wajar-wajar saja. Ia berkorban begitu banyak hal dan kerja keras membanting tulang, masa lantas semua harta harus ia jual dan berikan pada si miskin? ?Gila aja!? tukasnya.

Tapi keadilan dunia berbeda dengan ?keadilan Tuhan?.

?Keadilan Tuhan? dalam konteks ini berarti menempatkan segala yang kita terima sebagai hasil dari penyelenggaraanNya (providentia Dei). Artinya, harta yang didapat kawanku tadi bukan semata-mata karena usaha kerasnya saja tapi juga karena Tuhan menghendaki usaha keras itu diganjar kekayaan yang setimpal! Sebaliknya, jika Ia tak menghendaki seorang menjadi kaya, mau sekeras apapun usahanya ya akan tetap sia-sia.

?Kalau begitu, kamu juga memintaku untuk menyerahkan semua yang kupunya untuk orang miskin? Jadi ikutan miskin dong aku?!? tanyanya lagi.

?Enggak! Kamu nggak perlu ikutan miskin!?Kalau kamu miskin lantas siapa yang nanti membayar hutang-hutang perusahaanmu? Siapa yang menghidupi anak-anak dan istrimu, dan siapa pula yang menggaji karyawan-karyawanmu yang menggantungkan hidupnya dan keluarganya kepadamu?? balasku.

?Lantas??

?Hiduplah dalam standard yang cukup. Tuhan tak pernah menciptakan seorang kaya raya tanpa maksud yang jelas karena jelaslah maksudNya yaitu untuk membantu mereka yang berkekurangan. Yang kaya memberikan hartanya pada yang kekurangan. Disitulah keadilan Tuhan.?

Sydney, 4 Maret 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.