Rasa takut itu manusiawi, semanusiawi usaha kita untuk meminimalisasinya.
Saat kejadian teror seperti kemarin di Jakarta, takut itu sebenarnya lumrah-lumrah saja untuk mengemuka.
Siapa sih yang enggak? Sedang asyik bekerja menjalankan rutinitas tiba-tiba blarrrrrrghhh, ledakan, serangan terjadi dan bertubi-tubi! Kalau tak bergetar lutut dan tak kelu lidah barangkali dia adalah manusia super atau? bukan manusia sama sekali.
Tapi takut yang berkepanjangan pun juga lebay sebenarnya! Hidup toh harus dilanjutkan dengan atau tanpa teroris, dengan atau tanpa rasa takut itu sendiri.
Jadi? Mari kita tidak takut! Sebagai doa dan harapan supaya kita berani!
Mari kita tidak takut, bukan mari kita gegabah!
Karena yang banyak terjadi, saat kejadian teror seperti itu, sesaat setelah rasa takut kita hilang biasanya yang muncul justru gegabah.
Contohnya begini?
Zona belum benar-benar aman, polisi masih menyisir TKP, tapi orang-orang sudah masuk ke dalam zona tersebut, foto selfie sana-sini lalu diunggah ke social media diberi label ?Kami Tidak Takut?
?Ah tapi itu presiden aja ke TKP ga perlu pakai rompi anti peluru kok?!?
Benar! Tapi kalau ada apa-apa denganmu, paling banter presiden juga cuma akan mengucapkan dukacita, sehebat-hebatnya ia tak kan mampu mengembalikanmu lagi!
Gunakan ke-kami tidak takut-mu itu untuk hal-hal yang membutuhkan keberanianmu!
Misal, di satu kampus akan diputar film terkait pembantaian anggota dan simpatisan PKI pasca 65 dulu lalu sore sebelum acara, ormas menggrebek meminta pemutaran film dibatalkan.
Atau ketika ada aktivis spiritual liberal datang ke kampus yang konon tertua dan terbesar di Negeri Utara. Saat birokrasi kampus sendiri menginginkan acara dibatalkan karena takut ancaman dari ormas.
Saat-saat seperti itulah kamu perlu menunjukkan keberanianmu sekaligus membuktikan ke-kami tidak takut-mu itu?
Berani? Jangan gegabah!
Ya, benar Don. Kalau saya liat di foto targedi bom sarinah banyak orang gegabah daripada orang siaga. Konyol banget, apalagi sampai foto selfie segala. Kalau teroris itu menembak orang kerumunan orang banyak, modhar sia-sia.