Kabar Baik Vol. 96/2017 – Dicap sombong? Gak papa yang penting merdeka!

6 Apr 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 6 April 2017

Yohanes 8:51 – 59
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.”

Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.

Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?”

Jawab Yesus: “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya.

Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.”

Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?”

Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.”

Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.

Renungan

Sebagai orang yang kerap dianggap menyombongkan diri, beberapa kali kawan menyentilku dengan memenggal Kabar Baik hari ini utamanya pada bagian, “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya.” Aku dianggap memuliakan diri sendiri, aku dianggap sombong!

Tapi sebentar… sebelum kalian menjatuhkan vonis itu kepadaku, mari kita berpikir bahwa tak jarang kita sulit membedakan antara ‘menyombongkan diri’ dan ‘jujur apa adanya’. Orang jujur dikira sombong meski orang sombong kuyakin tak otomatis dianggap jujur.

Misalnya ketika ada seorang bertanya tentang kemampuan dan pencapaian, aku cenderung menjawab apa-adanya karena aku tak mau bohong tentang diriku sendiri dan siapa tahu si penanya itu bertanya karena membutuhkan bantuan dan berpikir bahwa aku dengan kemampuanku bisa jadi penolongnya?

Tapi ketika aku sudah menyampaikan semuanya lalu si penanya malah bilang, “Ih, sombong banget kamu!?” Aku jadi berpikir, maunya apa? Apakah ia ingin bertanya atau ia ingin bertanya hanya untuk menjatuhkan stempel bahwa aku adalah manusia sombong?

Haruskah aku memilih untuk tak jujur supaya dianggap tak sombong? Yang tak terbuka karena takut dibilang sok tahu? Yang tak terbuka justru supaya dianggap lebih tahu dari yang dicap sombong sekalipun atau yang biasa disebut sebagai false humility atau merendahkan diri untuk meninggikan mutu?

Karena hidup ini adalah pilihan, aku bersyukur memilih sikap yang sekarang. Sikap yang mungkin dianggap sombong, sikap yang dianggap memuliakan diri sendiri. Tak mengapa! Bagiku seperti yang Yesus kemarin bilang, kebenaran itu memerdekakan. Maka aku berpegang pada kebenaran bahwa aku akan berkata benar ketika keyakinanku benar, termasuk kemampuan dan pencapaian-pencapaianku supaya aku bebas merdeka.

Ya, kan?

Simak Kabar Baik kemarin terkait dengan ‘kebenaran yang memerdekakan’ dan tulisan tentang ‘False Humility’ di sini.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.