Kabar Baik Vol. 90/2017 Pribumi dan non-pribumi, siapa yang lebih berhak berbuat baik?

31 Mar 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 31 Maret 2017

Yohanes 7:1 – 30
Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.

Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.

Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.

Beberapa orang Yerusalem berkata: “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh?

Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus?

Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya.”

Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal.

Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.”

Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.

Renungan

Saat tulisan ini dirawi, demo besar tengah berlangsung di Jakarta. Entah apa maksudnya, aku juga tak tertarik mengetahui sebenarnya, seorang kawan bercerita lewat social media mengatakan bahwa mereka meneriakkan kata-kata ‘Pribumi!’.

Bagi kita yang besar dan pernah merasakan bara suasana reformasi tahun 1998, kata itu amatlah menyeramkan karena saat itu betapa dikotomi anak bangsa dipisahkan dari mana yang pribumi dan mana yang ‘non-pri’. Pribumi dibahasakan sebagai mereka yang lahir dan asli Indonesia sementara ‘non-pri’ untuk mereka yang lahir maupun keturunan bangsa pendatang dari luar negeri.

Aku menebak (dan kalian tak perlu menegaskan) barisan demo itu mengangkat isu ‘pribumi’ terkait dengan Ahok, Gubernur non-aktif DKI Jakarta yang memang keturunan china meski aku tak tahu apakah mereka sadar bahwa calon gubernur yang satunya lagi, Anies Baswedan pun juga berdarah Arab yang jelas-jelas ‘non-pri’ juga.

Kawan, setiap orang berhak melakukan kebaikan; tak peduli pribumi atau non-pribumi, apapun agamanya, apapun orientasi seksualnya, kanan ataupun kidal, atheist atau mereka yang menyembah tuhan yang jumlahnya selusin… semua berhak untuk berbuat baik.

Sama dengan Yesus dalam Kabar Baik hari ini, Ia disepelekan dan dianggap melecehkan (ya, bahasa kini mungkin dianggap ‘menistakan’) Allah dan konsep Kristus sebagai juru selamat yang dijanjikan karena Ia mengaku bahwa Ialah Kristus.

Mereka tahu dan kenal bahwa Yesus hanyalah anak tukang kayu dari dusun Nazareth dan itulah yang membuat mereka geram, “Siapa kamu kok berani mengaku sebagai Kristus?” Kenapa Kristus justru bukan dari kalangan ‘pribumi’ Farisi dan Ahli Taurat yang justru tampak menjaga hukum Taurat di kalangan rakyat?

Jakarta dengan segala kompleksitasnya dan terlepas dari siapapun yang nantinya terpilih jadi gubernur akan menjadi contoh baik bahwa semua orang berhak melakukan kebaikan termasuk gubernur yang non-pribumi, entah yang China maupun yang Arab.

Mari kita nantikan saja…

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.