KABAR BAIK HARI INI, 27 MARET 2016
Matius 28:1 – 10
Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.
Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya.
Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju.
Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.
Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: “Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu.
Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.
Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.”
Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.
Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.
Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
Renungan
Paskah adalah kekalahan hawa nafsu yang sebenarnya?
Sudah baca tulisan yang kumuat di awal masa Pra Paskah lalu? Ketika aku tak sengaja memesan daging babi padahal beberapa hari sebelumnya aku mencetuskan pantang makan daging yang konon adalah yang terenak di dunia ini selama Pra Paskah?
Kalau belum silakan klik di sini.
Beberapa hari yang lalu aku mengulanginya lagi. Bukannya lupa memesan lagi tapi karena nggak ngerti bahwa di dalam sandwich yang kupesan terselip daging babi tanpa sepengetahuanku tanpa seijinku.
?Oh my God! Maaf Tuhan.. Nggak sengaja!? Ujarku sambil mengeluarkan selipan daging babi yang sudah tergigit sedikit itu.
Joyce, istriku tersenyum.
Aku melanjutkan makan dengan meletakkan keratan daging babi itu tak jauh dari tempat dudukku. Semuanya jadi terasa lebih ringan ketimbang saat pertama seperti yang kutulis dulu.
Joyce juga mengalami hal yang sama. Masa Pra Paskah ini ia pantang buka Facebook!
?Kamu berani nggak?? Tantangnya padaku.?Tentu aku menggeleng! Dengan alasan, ?Aku kan pelayanan di Facebook hahaha? aku tahu bahwa ia tahu aku sedang mencari penyelesaian defensif saja!
Sekitar tiga minggu setelah puasa berselang, aku bertanya padanya, ?Gimana ga buka Facebook? Ga kangen teman-temanmu??
Ia menggeleng. ?Awalnya berat apalagi saat Mama (Mamaku, Mama mertuanya, simak serial tulisannya di sini) meninggal atau saat-saat lain waktu aku perlu konfirmasi dari teman…Tapi lama-lama terbiasa!?
Kunci berpantang memang ke soal biasa. Biasa pantang asal tetap harus diimbangi pantang terbiasa!
Maksudnya?
Bagiku, pantang itu seperti melatih diri sendiri. Ketika kita tak bisa apa-apa, kita berlatih lalu kitapun bisa. Ketika kita sudah bisa, dan pola latihan kita segitu-gitu saja, kita jadi terbiasa dan nyaman.
Untuk itu perlulah kita meningkatkan pantang supaya pantang terbiasa!
Seperti yang ditunjukkan Yesus.?Setan menemuinya di padang gurun. Mereka hanya menawarkan batu dan roti dan kekuasaan. Semuanya ditampik Yesus yang sebagai manusia tentu ia juga menahan lapar karena 40 hari berpuasa.
Sepanjang pelayananNya, setan tentu juga tak pernah luput mengintai.
Dan ketika Ia tersudut di Yerusalem, dijual tiga puluh keping perak oleh Yudas yang Iskariyot, setan menawarkan kebebasan bagiNya.
Sebenarnya mudah. Tinggal menggunakan ?super power? Nya, Yesus pasti selamat.
Tapi Ia memilih ketakutan di Getsmani, satu fase Yesus yang paling kusuka karena menunjukkan keberpihakannya pada manusia yang rentan takut dan khawatir.
Ia memilih ditangkap, diludahi dan dicerca, dicambuk dan ditimpuk!
Ia memilih diperbandingkan dengan Barabas si preman kambuhan. Itupun, Ia dinyatakan kalah.
Ia memilih tersengal-sengal bernafas karena tergantung di kayu salib dan Ia memilih untuk pasrah hingga mati.
Di titik kematianNya, setan tak bisa berbuat apa-apa. Tak satupun tunai usahanya untuk menyeret Yesus pada rayuan. Yesus terlalu kuat untuk ditaklukkan.
Aku, kamu dan kalian semua yang tunai dalam berpuasa dan berpantang dalam masa Pra Paskah kemarin juga telah menang melawan nafsu. Tapi kemenangan kita adalah kemenangan yang imajiner jika semua tak ditambatkan pada kerendahan diri di bawah kaki salib Yesus, tempat segala keluh kesah, kesedihan, kemenangan, dukacita dan suka cita harusnya berada.
Selamat Paskah. Yesus menang, Yesus jaya. Wartakan dengan lantang hingga ke ujung dunia!
0 Komentar