Kabar Baik Hari Ini, 7 Januari 2017
Yohanes 2:1 – 11
Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ;
Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.
Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.”
Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.”
Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.
Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan merekapun mengisinya sampai penuh.
Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu merekapun membawanya.
Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu?dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya?ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”
Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.
Renungan
Tentu ini alasan yang amat personal, tapi peristiwa mukjizat Yesus yang pertama seperti yang ditukas dalam Kabar Baik hari ini adalah yang paling kusukai dibandingkan peristiwa-peristiwa mukjizat lainnya.
Kenapa? Karena pada peristiwa ini, secara detail Yohanes menuliskan adanya tahapan-tahapan yang dilakukan sebelum akhirnya mukjizat terjadi. Hal ini seolah menjadi satu bentuk argumentasi sendiri ketika banyak orang berharap mukjizat terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya proses tertentu.
Don, tapi kan Tuhan Maha Besar! Kalau Ia mau ada mukjizat langsung jadi tentu bisa juga?
Benar sekali pendapatmu dan aku memang tak mengatakan bahwa hal itu tak mungkin. Apa yang kunyatakan adalah, kalau mukjizat yang kita nantikan tak cenderung terjadi/dikabulkan, barangkali kita memang harus melalui tahapan-tahapan sebelum nanti mendapatkannya.
Proses terjadinya mukjizat dimulai dengan permohonan Maria yang melihat panitia pernikahan porak poranda karena kehabisan anggur untuk para tamu.
Ia lantas meminta Yesus, Anaknya, untuk berbuat ‘sesuatu’ dengan sebuah kalimat pendek bersayap, “Mereka kehabisan anggur.”
Yesus tahu apa yang harus diperbuat, tapi waktuNya belum tiba. Maria tak menanggapi alasan Yesus. Ia malah menyuruh pelayan untuk memperbuat apa yang diminta oleh Yesus.
Lalu Yesus menyuruh para pelayan itu untuk mengisi tempayan-tempayan itu dengan air lalu menyuruh untuk membawa ke pemimpin pesta dan… voila… air telah menjadi anggur. Bukan anggur yang biasa tapi anggur terbaik.
Mari kita membayangkan jika si pelayan itu tak mau menuruti perintah Yesus untuk mengisi air atau untuk membawa cedokan itu ke pemimpin pesta untuk dicecap rasanya, adakah mukjizat itu terjadi dan terlaksana?
Semua tentu kuasa Tuhan, aku tak berani menjawabnya.
Tapi ketika ada seorang bertanya kepadaku kenapa Tuhan tak kunjung memberikan mukjizat padahal ia sudah berdoa langsung kepada Tuhan, padahal ia juga sudah berdoa melalui perantaraan Bunda Maria, “Apakah karena waktu Yesus belum tiba?” aku memberanikan diri untuk memberi jawab.
“Bisa jadi waktuNya memang belum tiba!” tapi bisa jadi juga karena ‘tempayan-tempayanmu’ itu belum penuh semua airnya!
Jadi, mari penuhi ‘tempayan-tempayan’ dengan air supaya Ia bisa ‘mensegerakan’ mukjizat yang kita pinta!
0 Komentar